ᴀʜ ʏᴇᴀʜ

5.8K 937 63
                                    

Pagi itu cuaca terasa sangat dingin, langit yang seharusnya cerah telah berganti menjadi hitam akibat mendung. Tidak menunggu lama dan akhirnya air hujan itupun turun.

Doyoung lagi perhatiin rintik hujan itu dari balik jendela rumahnya. Sesekali menyesap kopi yang baru aja dia buat tadi untuk menghangatkan tubuhnya.

"Ung Mas Doyi," Doyoung ngerasain pinggangnya di peluk dari belakang, seseorang baru aja menempelkan kepalanya di punggung lebarnya. Oh, siapa lagi kalau bukan si manis?

Doyoung naruh kopinya di jendela, memutar badannya, dia bawa Misa masuk ke dalam pelukannya, "baru bangun?"

Misa ngangguk pelan, "hari ini libur, jadi aku bangun siang." Doyoung ngangguk, dia ngusap rambut sepunggung si manis, membuatnya semakin nyaman.

"Mas ngga ke kantor?"

"Hari ini di perkiraan cuaca ada badai, saya putusin buat ngga berangkat ke kantor. Daripada ada apa apa di jalan kan?" Doyoung ngangkat sebelah alisnya sambil menatap Misa.

Misa ngangguk, mengiyakan ucapan Doyoung yang dirasa sangat benar. Benar, kalau ada apa-apa kan dia bisa sedih.

"Kalo gitu hari ini Mas habisin waktu sama aku!" Misa narik tangan lelaki itu dan membawanya ke depan tv. Tubuh Doyoung di duduk-kan oleh Misa di sofa dan Misa ikut duduk di sampingnya, "Mas udah sarapan atau belum?"

Doyoung menggeleng, "saya baru minum kopi aja." Misa mengerjapkan kedua matanya, ia bangun dari duduknya, berdiri di hadapan Doyoung dan menangkup pipinya, "kenapa Mas baru bilang? Tau gitu aku masakin langsung kan."

Misa lepasin pipinya Doyoung, baru aja kakinya mau melangkah menuju dapur tangannya di tahan membuat si manis tidak bisa pergi terlalu jauh dari Doyoung, "Mas?"

"Saya sengaja belum sarapan, hari ini saya yang bakal bikinin kamu sarapan." Ucapan Doyoung tadi reflek bikin senyum di bibir Misa mengembang.

Gadis itu mengangguk semangat, tidak sabar memakan sarapan yang di masak langsung oleh Mas Doy. Doyoung yang baru aja mau jalan ke dapur malah di tahan Misa juga.

"Mas bungkuk dikit!"

Doyoung bungkuk, dia turuti permintaan si manis dan dua kecupan melayang di pipinya, "karna hari ini aku ngga bangunin Mas, nyiapin baju Mas, sama bikinin Mas sarapan, morning kissnya aku tambahin jadi dua kali!"

Cup.

". ." Kecupan itu kali ini mendarat di pipi gembil si manis, Doyoung terkekeh melihat reaksi Misa yang tampak terkejut.

"Saya juga punya hak buat ngasi morning kiss ke gadis manis seperti kamu." Dan kakinya kembali melangkah. Meninggalkan Misa yang masih membeku di tempatnya.

Misa yang udah sadar dari 'membeku'-nya langsung lari ke dapur dimana Doyoung sudah memulai pekerjaannya.

"Mas Doyi aku ngga boleh bantu?"

"Kamu mau bantu?" Doyoung noleh dan disambut anggukan cepat oleh Misa. Misa deketin Doyoung menatap lelaki itu, bertanya pekerjaan apa yang bisa dia lakukan untuk membantunya.

Doyoung ngasi Misa pisau, ingin si manis membantunya memotong sayuran. Misa tidak suka sayuran, itu kenapa dia jarang memakannya. Tapi hari ini Doyoung akan memaksa si manis.

"Huu, sayur." Bibir gadis itu ia cebikkan, setelahnya tanpa basa-basi langsung memotong sayur-sayuran itu.

"Sayur sehat, kamu harus makan."

"Ngga mau," rengek Misa, dia menghentakkan kakinya tanda penolakan. Doyoung mencubit pipi gembil itu, "bahkan kalau saya yang suapi?"

"Mau . ."

Dear Dream [✔]Where stories live. Discover now