ʜɪᴛ

4.9K 755 212
                                    

Misa lagi liatin jam di ponselnya sejak tadi. Ini sudah terlambat tiga puluh menit dan Doyoung belum juga menjemputnya di sekolah.

Sekarang Misa lagi duduk di kursi dekat parkiran, sudah sejak tadi dia liatin orang berlalu lalang akan pulang dan Doyoung belum datang juga.

Sekali lagi Misa mencoba menghubungi lelaki tampan itu, ingin lelaki itu menjemputnya sekarang juga. Mungkin ini udah ke sekian kalinya dia coba telepon Doyoung.

Dan kali ini Misa beruntung, panggilannya terhubung dan Misa bisa denger suara Doyoung di seberang sana.

"Halo, Mas Doy?"

'Halo Misa?'

"Mas Doyi dimana? Aku udah pulang, kok belum di jemput," rengek Misa sambil sesekali menghentakkan kakinya, merasa kesal karena lelaki itu tidak kunjung datang.

'Misa maafin saya, ada meeting mendadak di kantor dan saya ngga bisa ninggalin ini. Kamu, minta ikut Kara aja ya?'

Misa majuin bibirnya, merasa kesal kenapa Doyoung ngga ngasi tau dia daritadi. Kan harusnya dia bisa nebeng Kara tadi.

'Misa, jangan marah ya?'

"Terserah Mas." Habis ngomong gitu, Misa langsung matiin sambungan telepon itu. Tidak mempedulikan Doyoung yang hendak menjawab ucapannya.

Mata Misa memanas, dia ingin menangis. Dia sedih karena Doyoung akhir-akhir ini juga mulai sibuk dengan pekerjaannya dan mengurangi waktu dengannya.

Baru aja Misa mau jalan kaki buat pulang tapi tangannya lebih dahulu di tahan dan bikin gadis itu noleh. Ada Mark. Misa majuin bibirnya, dia makin pengen nangis.

"Sini," Mark buka tangannya terus Misa masuk ke pelukannya Mark, menangis disana. Menangis menjadi hal yang tepat ketika merasa sangat kesal dan tidak bisa mengatakannya.

"Udah, jangan nangis. Cantiknya hilang lho?"

"Aku manis. ." Misa ngedongak, bibirnya ia cebikkan. Merasa kesal dengan ucapan Mark tadi, dia kan manis bukan cantik.

"Iya, nanti manis sama cantiknya ilang lho." Tangannya Mark ngusap air mata di pipi gembil Misa, mengeringkan dengan tangannya sendiri.

"Kenapa belum pulang, hm?" Tanya Mark lagi ketika dirasanya si manis telah berhenti menangis dan hanya menyamankan dirinya di dadanya Mark.

"Mas Doyi sibuk, ndak bisa jemput aku."

"Yaudah gapapa, pulang sama aku aja ya?" Misa kembali mendongak, menatap Mark memastikan telinganya tidak salah.

"Iya pulang sama aku, tapi anterin ke ruang ganti dulu ya? Aku mau mandi sekalian ganti baju dulu, habis basket."

"Pantes maceeeem!" Misa nyubit hidungnya Mark, setelahnya terkekeh. Mengangguk mengiyakan ajakan Mark dan membiarkan lelaki itu menariknya menuju ruang ganti.

Misa duduk di kursi panjang yang di sediain di dalem ruang ganti itu, menatap Mark yang masih berdiri menatapnya, "ini ponselku, kalo kamu mau mainin nggapapa, mainin aja."

Misa ngangguk terus nerima ponsel itu, setelahnya membiarkan Mark pergi mandi dan meninggalkannya sendirian di ruangan itu.

Misa baru aja nyalain ponselnya Mark dan nemuin fotonya dia di lockscreennya Mark lagi senyum sambil megang pipi. Misa bersemu, Mark menggunakan fotonya?

Si manis menelusuri ponsel itu lebih jauh. Ada banyak sekali fotonya disana. Jadi ketika Mark memotretnya setiap saat, fotonya disimpan semua? Misa kira hanya iseng dan akan berakhir di hapus.

Misa terkikik ketika dia juga menemukan beberapa foto Mark yang di rasanya aneh, tapi tampan disaat yang bersamaan. Jadi diam diam lelaki itu juga sering memotret dirinya sendiri kan?

Dear Dream [✔]Where stories live. Discover now