ɢᴇᴛᴛɪɴɢ ᴄʟᴏsᴇʀ

5.6K 960 173
                                    

"Perjodohan?" Misa dan Doyoung tampak kaget dengan kalimat yang baru saja orang tua Misa katakan beberapa detik yang lalu.

"Maafin ayah, tapi saham perusahaan kita turun dan butuh bantuan mereka. Katanya, anaknya suka pada Doyoung. ." Ayah menunduk, begitu pula bunda.

Misa bergeming, dia benar-benar tidak tau harus mengatakan apa tentang semua ini. Mas Doy baru saja mencintainya dan dia harus menikah dengan wanita lain?

Kaki Misa memilih melangkah, dia berlari menuju kamarnya tanpa peduli tatapan kaget kedua orang tuanya dan teriakan Doyoung yang terus memanggil namanya.

Doyoung juga tidak mau. Dia terlalu mencintai si manis sekarang.

Doyoung menatap ayah dan bundanya, dia berlutut di hadapan keduanya, tatapannya menggambarkan betapa sedihnya ia sekarang,

"Ayah, bunda." Panggilnya.

Ayah sama bunda bergeming, tidak menjawab panggilan Doyoung. Lelaki itu bergerak mendekat, tangannya menggenggam erat tangan ayah dan bundanya Misa ini.

"Saya bakal lakuin apapun, tapi tidak dengan perjodohan," Doyoung menggantung kalimatnya, ia menghela nafasnya, setelahnya melanjutkan kalimatnya kembali.

"Saya mencintai anak kalian."

Ayah dan bundanya kembali menampakan wajah kaget. Tidak percaya dengan apa yang lelaki ini katakan di hadapan mereka.

"Saya akan berusaha dengan cara saya sendiri untuk menaikan kembali perusahaan ini. Katakan pada saya, hal lain apa yang bisa saya lakukan?"

Ayah dan bunda saling bertatapan, sebelum helaan nafas yang di dapat Doyoung, "pergi ke luar kota, ada satu perusahaan yang bisa membantu kita disana. Ayah tidak bisa pergi kesana karena harus mengurus perusahaan disini. ."

"Saya bakal kesana." Doyoung berdiri, dia masih menggenggam erat kedua tangan orang tua Misa, "saya bakal kesana dan bangkitin perusahaan ini. Saya lakuin ini karena jasa kalian dulu dan. . Karena saya mencintai Misa. Saya tidak mau pergi dengan wanita lain." Tatapan Doyoung menggambarkan betapa lelaki itu yakin dengan kalimatnya.

"Ayah percaya sama kamu." Ayah bangun dari duduknya dan menepuk bahu lelaki itu, "dan ayah percaya kamu bisa cintain Misa dengan caramu."

Doyoung tersenyum, hey, lampu hijau dari calon mertuanya. Lelaki itu mengangguk, setelahnya melepas genggaman tangan mereka, "saya akan bicara pada Misa."

Orang tua Misa mengangguk dan membiarkan Doyoung pergi menuju kamar si manis.

Langkah Doyoung membawanya menaiki tangga, ia berjalan menuju kamar si manis dengan perasaan waswas, takut ia kenapa-kenapa.

Doyoung menatap pintu bercat putih di hadapannya. Ini kamar Misa. Gadis itu menguncinya. Doyoung menghela nafasnya, dua ketukan dari lelaki itu sebelum membuka pembicaraan dengan si manis, "Misa?"

". . ." Tidak ada jawaban, si manis memilih bergeming di dalam kamar.

Doyoung kembali mengetuk pintu itu, "kamu mau dengerin saya ngomong atau engga?"

Kembali tidak ada sahutan yang Doyoung dapatkan dari dalam. Doyoung yakin Misa menangis, jadi gadis itu tidak ingin mengeluarkan suara sedikitpun.

"Dengerin saya ya . . Saya udah nolak perjodohan itu." Doyoung milih duduk di depan pintu gadis itu, menyenderkan kepalanya mencari kenyamanan. Berharap si manis mendengar.

"Saya bakal pergi ke luar kota, mungkin agak lama. Tapi saya lakuin semua ini buat kamu." Doyoung tersenyum, di kepalanya, ia membayangkan betapa manisnya Misa ketika tertawa dan tersenyum.

Dear Dream [✔]Where stories live. Discover now