BAB 1 🌿

13K 465 14
                                    

"Fhelisa Putri Wijaya, ke ruangan saya sekarang!" Tegas orang di balik spiker sekolah.

Siapa lagi kalo bukan guru BK yang berkerja mengurusi anak-anak nakal di SMA. Fhelisa heran, apa ia tidak ada kerjaan lain? Apa ia tidak bosen melihat wajah siswa-siswi yang keluar masuk ruang BK itu-itu saja?

Fhelisa adalah siswi yang terkenal nakalnya, bahkan melebihi para siswa. Setiap hari namanya selalu dipanggil dengan kasus yang berbeda.

Sekarang apa lagi yang ia lakukan?

"Gila, lo dipanggi lagi?" Kaget Nisa Aulia Kusuma, sahabat Fhelisa sejak SMP.

"Biasalah fens berat minta tanda tangan," jawab Fhelisa dengan santai sedangkan Nisa geleng-geleng kepala.

"Fens pala lo botak. Itu bu Dewi marah beras, apa lagi yang lo lakukan?"

Nisa nggak kaget kalo sehabatnya seperti ini, itu sudah biasa buat ia. Yang Nisa pikirkan apa lagi yang ia lakukan, kemarin saja sudah matahkan tangan siswa lain sebab menabraknya tidak sengaja.

Memang Fhelisa jago dalam bela diri sejak SMP, jangan pernah berurusan dengan Fhelisa atau nyawa kalian melayang.

"Ah, bu Dewi saja yang lebay. Gua cuma ngerokok satu batang di taman, sudah heboh. Bagaimana kalo satu bungkus? Atau gua ajak saja sekalian merokok, pasti mantap."

"Ajak saja kalo berani, paling kepala lo hilang detik itu juga."

"Gua tidak akan takut dengan siapa-siapa, kecuali dengan Allah."

"Ah,terserah lo lah pusing gua, punya sahabat macam lo."

"Jijik, pusing-pusing di kasih rokok juga mau," jawab Fhelisa sambil tertawa ngakak.

Dua cewek itu memang sudah bisa merokok di luar sekolah, bahkan mereka bisa menghabiskan satu bungkus rokok dalam semalam.

Apakah orang tua mereka tidak marah?

Tentu saja marah kalo mengetahuinya, selama ini mereka diam-diam merokok dan orang tua mereka juga sibuk dengan bisnis diluar negeri.

"Kalo itu ngga bisa ditolak, itu menyemangat hidup gua."

"Kuy, satu bungkus nanti malam, di rumah gua."

"Kuy," jawab Nisa dengan cepat.

"Fhelisa Putri Wijaya, ke ruangan saya sekarang! Dalam waktu 2 menit kamu tidak datang, saya panggil orang tua kamu," kata Bu Dewi di balik spiker lagi.

"Ah, ngga asik bawa-bawa orang tua kaya anak mami saja pengaduan." Omel Fhelisa yang masih setia di bangkunya.

"Sudah sana, dari pada urusannya makin panjang." Usir Nisa secara halus.

"Okelah," pasrah Fhelisa sambil berdiri lalu melangkah keluar kelas.

"Hati-hati di makan Bu Dewi," teriak Nisa yang masih terdengar dengan Fhelisa.

______

Sedangan dilain tempat seorang pria ganteng masih setia dibalik selimut tebalnya.

"Sayang, ayo bangun."

"Ayo sayang mandi, nanti telat ke sekolah barunya," kata Delisa Kartika.

"Arvin ngga mau sekolah Mi. Arvin mau di rumah dengan Mami, Arvin mau dipeluk Mami 24 jam," kata Arvin ...... dengan tingkah manjanya.

"Mami ngga mau meluk Arvin kalo ngga sekolah. Mami akan marah dan ngga sayang lagi sama Arvin. Sekarang Arvin ngga mau dengar apa kata Mami." Ancam Delisa supaya bayi besarnya mau ke sekolah. Kata orang-orang SMA itu terkenal dengan siswa-siswi nakal, Delisa berharap Arvin bisa menjadi pria yang kekar, ngga manja seperti sekarang.

Delisa sebenarnya kesihan dengan anak semata wayangnya tapi suami mau Arvin menjadi pria kekar dan meminta Delisa stop untuk memanjakan Arvin. Delisa setuju demi kebaikan Arvin.

"Mami jangan marah, Arvin janji akan kesekolah asalkan Mami jangan marah dan mau peluk Arvin."

"Nah, gitu dong baru anak Mami. Sekarang kamu mandi, Mami tunggu di bawah." Baru saja Delisa melangkah pergi satu tangannya ditahan dengan Arvin.

"Arvin mau dimandiin dengan Mami."

"Sayang, kamu sudah besar."

"Arvin maunya dimandiin dengan Mami."

"Sayang malu."

"Kalo Mami ngga mau, Arvin ngga akan mandi."

"Iya sudah sayang, Mami mandiin kamu," pasrah Delisa karena ia ngga mungkin menolak.

"Yeeee dimadiin Mami," kata Arvin dengan bahagia.

"Mami dingin__

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now