BAB 45🌿

1.2K 54 0
                                    

Di kamar bernuansa biru seorang anak cowok menangis tanpa henti. Entah dibuat dari apa air matanya dari kemarin sore sampai pagi ini ngga berhenti juga.

"Mami, dia jahat pisahkan Arvin sama Fhelisa," kata Arvin disela-sela nangisnya.

Delisa berusaha menenangkan Arvin tapi Arvin tetap kekeh menangis sebab rasa sedih kehilangan Fhelisa.

"Dia siapa sayang? Coba cerita sama Mami, supaya Mami tahu permasalahan kalian berdua," kata Delisa dengan lembut.

Delisa bersyukur akhirnya Arvin buka suara. Sejak kemarin sore sosok Arvin menjadi pendiam dan mengurung diri di kamar seperti anak perawan. Biasnya Arvin manja melebihi anak kecil yang membuat orang dewasa pusing tujuh keliling.

"Dia orang jahat yang membawa Fhelisa pergi sebab dia melihat Arvin sama Fhelisa berpelukan tapi cuma sebentar Mami ngga lama dan dia salah paham." Arvin kembali teringat peristiwa kemarin.

Ingin rasanya Arvin menolong Fhelisa dari orang jahat itu tapi anak buahnya lebih dulu mengepung Arvin agar ngga ikut campur urusan bos mereka. Namanya Arvin baru belajar bela diri ngga mampu mengalahkan lima anak buah sekaligus. Baru satu tojokan Arvin lakukan mereka sudah membalas lima tojokan, terjadilah wajah ganteng Arvin biru-biru.

"Apa melihat kalian perpelukan? Terus orang jahat itu bilang apa?" Delisa sudah bisa menebak siapa orang jahat yang dimaksud Arvin.

"Kata orang jahat itu 'Apa-apaan kalian tidur satu kamar. Mau jadi apa kalian! Dasar anak ngga tahu diri bikin malu keluarga.' gitu Mami kata orang jahat itu," kata Arvin mulai tenang.

"Mami bisa simpulkan kalo orang jahat itu adalah orang tua Fhelisa. Kamu ngga boleh bilang dia orang jahat. Kalo Mami boleh tahu memangnya pelukan seperti apa yang kalian lakukan sampai orang tua Fhelisa marah?" Tanya Delisa penasaran.

Lagi dan lagi Delisa bisa membayangkan posisi seperti apa yang mereka lakukan tapi Delisa pengen tahu dari mulut Arvin.

"Perpelukan Arvin di bawah dan Fhelisa di atas badan Arvin Mami." Jujur Arvin.

Dugaan Delisa tepat sasaran.

"Kita ngga salahkan Mami? Cuma orang jahat itu saja yang ketelaluan." Bukannya sadar diri Arvin malah menyalahkan orang lain.

"Jelas kamu salah malah memfitnah orang. Untung anak," gumam Delisa sambil mengelus dada.

_____

Di sisi lain seorang anak gadis baru terbangun dari tidur nyenyaknya. Hal petama yang Fhelisa rasakan adalah sakit kepala, entah karena apa. Yang Fhelisa tahu tidur nyenyak tanpa ada pengganggu, semakin Fhelisa mengingat semakin sakit kepala yang Fhelisa rasakan. Perlahan tapi pasti Fhelisa berusaha mengingat kejadian berapa jam yang lalu.

"Anjing, orang tua ngga ada akhlak bawa orang seenaknya," gumam Fhelisa dalam hati.

Fhelisa berusaha bangun dari tempat tidurnya mencari keberadaan Vanessa. Fhelisa muak dengan sifat Vanessa yang seenaknya.

"Anjing, dimana anda." Teriak Fhelisa seenaknya tanpa memikirkan dimana Fhelisa berada.

"Woy, keluar dari persembunyian anda!"

"Anjing, keluar!"

"Manusia anjing keluar sekarang!"

"Non, jangan teriak-teriak di sini bukan hutan," kata cewek paru bayah. Dari pakaiannya Fhelisa bisa menilai kalo dia pelayanan di rumah ini.

"Dimana dia?" Tanya Fhelisa tanpa basa-basi, sedangkan yang ditanya kebingungan siapa yang di maksud 'dia.'

"Maaf Non, saya ngga mengerti," katanya lagi sambil menundukkan padannya.

"Dimana bos anda? Cepat katakan sebelum anda sakit di tangan saya!" Ancam Fhelisa sambil menarik kerah baju wanita tersebut.

Ingat Fhelisa ngga pernah memandang siapa lawannya. Di saat Fhelisa kesal atau emosi Fhelisa ngga bisa menahannya, kalian tinggal pilih rumah sakit atau kuburan.

"Maaf Nona, saya ngga tahu nyonya dimana. Sejak pagi saya ngga melihat nyonya." Memang hari ini Vanessa pergi begitu saja tanpa pamit sama siapa-siapa, entah kemana. Biasanya ngga pernah seperti ini.

"Cepat katakan jangan bohong!" Tegas Fhelisa sambil mengangkat cewek tersebut ke udara.

"Saya ngga bohong Nona. Saya sumpah ngga tahu nyonya kemana."

Fhelisa melihat ketakutan dari bola mata pelayanan tersebut. Apa dia benar-benar ngga tahu dimana orang ngga ada akhlak itu?

"Oke saya bebaskan anda."

"Pergi dari hadapan saya!"

Tanpa berkata-kata cewek tersebut menghilang dari hadapan Fhelisa.

"Anda mau main-main sama saya anjing?"

"Oke, anjing saya ikutin permainan anda."

"Tunggu pembalasan dari saya," kata Fhelisa dengan senyum liciknya.

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now