BAB 26🌿

2K 98 2
                                    

Pada suatu hari, seorang Ratu duduk di dekat jendela, jendela tersebut terbuat dari kayu berwarna hitam. Ratu yang sedang menjahit dan melihat salju turun tanpa sengaja jarinya tertusuk jarum tiga tetes darah  keluar dari jarinya darah tersebut berjatuhan di salju. warna merah yang menempel di atas salju, terlihat sangat cantik. Ratu berpikir, "Seandainya aku punya anak dengan kulit seputih salju, bibir semerah darah, dan rambut sehitam kayu jendela____

Hukuman gila itu Fhelisa jalankan dari pada melihat bayi besar ini menangis. Perlahan-perlahan mata Arvin tertutup dengan sempurna, hembusan nafas mulai beraturan bertanda ia sudah tertidur. Arvin masih tidur di paha Fehlisa. Pegal, tapi ia ngga mau membangunkan Arvin. Terpaksa Fhelisa tidur dengan posisi duduk, nyaman ngga nyaman Fhelisa harus tidur karena besok harus sekolah.

___

Pagi yang cerah membuat perasaan Fhelisa semakin bahagia. Akhirnya ia terbebas dari anak mami walaupun cuma berapa jam. Ia senang ada Arvin di dekatnya tapi semakin lama didekat Arvin membuat kepalanya pecah.

Untung Fhelisa berangkat ke sekolah duluan kalo ngga bisa gagal rencananya menengkan diri. Awalnya Delisa meminta Fhelisa untuk berangkat bersama Arvin, tapi dengan alasan yang tepat Fhelisa bisa berangkat sendirian ke sekolah.

"Gila, beraninya lawan yang lemah."

"Sumpah, kesihan banget nasip anak baru itu."

"Kalo gua jadi dia ngga akan gua mau masuk SMA ini!"

"Jelaslah SMA penuh pembullyan."

"Tapi kalo ngga ditolong bisa mati tu anak."

"Biarkanlah, kita ngga mungkin menolongnya yang ada kita mati."

"Gila, dalam hitungan menit ngga ditolong bisa mati."

"Selamat tinggal anak baru."

Bisikan-bisikan Fhelisa dengar. Seketika darah Fhelisa mendidih mendengar gosip mereka. Anak baru? siapa lagi kalo bukan Arvin. Tanpa buang-buang waktu lagi Fhelisa langsung berlari mencari Arvin.

"Kalo anak mami, anak mami saja jangan sok-sokan jadi cool di depan cewek-cewek!" tegas cowok 1 sambil menarik kerah baju Arvin. Ia ngga melawan karena ia ngga bisa bela diri. Arvin cuma bisa menangis dan berharap ada yang menolongnya.

Iya semua sudah terbongkar ketika Arvin di dalam toilet ada kecowa, hewan menjijikan. Arvin teriak,"mami Arvin takut ada kecowa." Seketika ada yang mendengarnya dan terjadilah pembullyan.

"Anak mami saja belagu!" emosi cowok 2 sambil menumpahakan kuah bakso yang panas ke badan Arvin.

Perih, tentu saja tapi Arvin berusaha menahannya.

"Anak mami berani masuk SMA ini. Mana pawang lo panggil!" tegas cowok 3 sambil menampar pipi Arvin kiri dan kanan.

"Dari pada banyak bacot habisin saja langsung jijik gua liahatnya!" Tegas cowok 4.

Brukkk.

Brukkk.

Brukkk.

"Berhenti!"

"Berani lawan yang lemah sini lawan gua!" teriak Fhelisa membuat suasana semakain kacau.

"Hai, cantik mau jadi pahlawan kesiangan?" tanya cowok 1 tanpa rasa takut.

"Lepaskan dia atau nyawa kalian akan melayang!"

"Ahhh, takut!"

"Bacot."

Brukkk.

Brukkk.

Brukkk.

Tanpa ampun Fhelisa memukul mereka. Jangan berani menyakiti orang yang Fhelisa kenal makan nyawa kalian taruhannya. Keadaan meraka memperhatinkan ada yang patah tulang, berdarah-berdarah, pingsan, bahkan ada yang meninggal ditempat. Setelah cukup menyiksa mereka Fhelisa kabur dari sekolah tanpa rasa takut jangan lupakan tanggan Arvin yang terus Fhelisa genggam.

Sampailah mereka di warung kayu yang lumayan jauh dari lingungan sekolah.

"Kenapa lo bisa dibully? untung gua datang kalo ngga lo bisa mati," kata Fhelisa mulai membuka pembicaraan.

"Baru masuk 2 hari sudah cari masalah. Jangan sok jago lo!"

"Arvin ngga tahu kenapa, intinya mereka tahu kalo Arvin anak mami dan mereka ngga suka kalo Arvin pura-pura cool. Arvin ngga sok jagoan tapi mereka yang serang Arvin duluan," jawab Arvin dengan jujur.

"Lo ceroboh, harusnya jangan panggil mami dilingkungan sekolah dan ini akibatnya."

"Maaf, karena Arvin kaget ada kecowa di toilet. Arvin jijik sama kecowa!"

"Gua ngga peduli dengan omongan lo, semua sudah terlambag!"

"Sudah jangan ngomel lagi badan Arvin sakit," kata Arvin mengalihkan pembicaraan kalo terus seperti ini ngga akan ada akhirnya.

"Obatin saja sendiri!"

"Sayang jahat!"

"Bodo amat."

"Auuu," kata Arvin mendrama supaya
dapat perhatian dari Fhelisa.

"Kenapa lo?" Tanya Fhelisa mulai panik.

"Sakit sayang."

"Oke, sini gua obatin," kata Fhelisa ngga sepenuhnya rela.

Perlahan Fhelisa mengobatin luka di bagian tanggan Arvin, Fhelisa meminjam kotak p3k sama orang yang punya warung kayu tersebut.

"Kalo kaya gitu ngobatinnya ngga akan sembuh sayang," katanya sambil menahan sakit.

"Dari pada ngga diobatin sama sekali. Ngga usah banyak bacot!"

"Cium sayang pasti langsung sembuh."

"Ogah!"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now