BAB 53🌿

1.6K 57 7
                                    

Keluarga yang dulu hancur mulai membaik, keluarga yang dulu berpisah sekarang menyatu kembali, dulu saling membenci sekarang saling menyayangi. Waktu akan menjawab semuanya.

Gengsi Fhelisa pelan-pelan menghilang, kehangatan keluarga kecil mulai terasa diantara mereka. Fhelisa pikir semua ini cuma jadi mimpi ngga akan tercapai ternyata itu salah sekarang Fhelisa merasakannya kembali seperti orang-orang di luar sana. Fhelisa berharap ngga ada lagi yang memisahkan mereka.

"Ayah, minta maaf sebab egois dan dendam Ayah membuat keluarga kita hancur. Sayang, Mama di sini ngga salah, Ayah yang salah. Kamu ngga boleh benci sama Mama." Entah sudah berapa kali Arga mengulang kata tersebut.

"Maaf, tentang perceraian waktu itu kita ngga bilang sama kamu. Kita cuma ngga mau kamu hancur, kita simpan rahasia tersebut rapat-rapat tapi dia seenak memberi tahu kamu. Ayah tahu, sepintar-pintarnya kita menyembunyikan rahasia pasti akan terbongkar."

"Fhelisa sudah menerimanya. Lagian semua itu sudah masalalu, sekarang saatnya kita mulai dari awal." Wajah Fhelisa bahagia.

Tapi sayang kebahagiaan itu akan hancur lagi ketika Fhelisa mengetahui masalah yang menimpa Arga.

Vanessa tersenyum kecil dengan mata berkaca-kaca. Vanessa bahagia putri kecil yang selama ini membenci dirinya sudah memaafkannya. Kenapa ada masalah lagi? Di saat keluarganya bahagia.

"Sepertinya impian kamu ngga berjalan lancar," kata Arga dengan air mata yang membasahi kedua pipinya.

Butiran air yang Arga tahan dari tadi akhirnya jauh.

"Ayah, kenapa nangis?" Bingung Fhelisa.

"Mama, apa maksud Ayah?"

"Apa keluarga kita ngga berhak bahagia?"

"Mama, jawab Fhelisa!"

Arga dan Vanessa menceritakan semuanya sama Fhelisa. Kaget, kecewa, marah, semua menjadi satu dipikiran Fhelisa tapi nasi sudah menjadi bubur.

Setiap orang tua pengen melihat anaknya bahagia. Empat tahun sudah cukup membuat Fhelisa hidup bebas di luar sana. Karena dendam impian Fhelisa untuk bahagia dengan keluarga kecilnya hancur begitu saja. Semoga bisa diselesaikan dengan kepala dingin tanpa melibatkan polisi.

Mereka perpelukan, saling menguatkan satu sama yang lainnya.

____

Jam 13.00 Leo dan keluarga baru sampai di Singapura. Perjalanan cukup panjang ngga membuat Leo dan Arvin capek, karena ngga sabar menangkap pelaku.

Satu Minggu Karrel mencari bukti dan titik merah tersebut akhirnya Karrel mengetahuinya. Tanpa menunggu lama Kerrel dan keluarga Leo menuju ke tempat pelaku, tentu saja dengan mobil polisi dibelakangnya.

"Di sini Bos." Tujuk Karrel ke rumah besar berwarna putih.

"Ternyata bagus juga rumah mereka. Hitungan menit anda akan mendekam di penjara."

"Mas, apa ngga bisa dibicarakan baik-baik?" Delisa ngga tega.

"Tidak bisa! Pokoknya keputusanku sudah bulat. Ayo Karrel kita masuk," emosi Leo lalu turun dari mobil memasuki halaman rumah putih tersebut.

"Saudara Arga Wijaya silahkan anda keluar. Saya dari kepolisian diminta Bapak Leo untuk menangkap anda atas tuduhan tabrak lari lima tahun yang lalu," teriak polisi dari luar.

Mereka yang sedang berpelukan seketika melepaskannya.

"Sekarang saatnya kita menyesalkan masalah." Arga memberikan semangat untuk keluargan kecilnya.

Mereka melangkah ke pintu utama untuk membuka pintu.

"Fhelisa."

"Arvin." Kaget mereka.

"Jadi selama ini Arvin dekat sama anak seorang pembunuh. Apa maksud anda mendekati keluarga saya? Apa keluarga anda ngga cukup membuat mami saya terbaring lemah di rumah sakit bahkan dinyatakan meninggal!" Emosi Arvin.

"Jangan salahkan anak saya. Dia ngga tahu apa-apa dalam masalah ini!"

"Cuma omong kosong kalo anak Bapak ngga tahu semua ini. Sekali pembunuh tetap saja pembunuh!"

"Saya benar-benar ngga tahu masalah ini. Saya mohon maafkan Ayah saya. Jangan masukkan Ayah saya dipenjara!" Mohon Fhelisa disela-sela nangisnya.

Fhelisa ngga menyangka ternyata korban dari tabrak lari Arga adalah Delisa maminya Arvin. Cowok yang selama ini dekat sama Fhelisa.

"Pak, tangkap dia sekarang!" Perintah Leo yang diikuti dengan polisi.

Arga benar-benar dibawa sama polisi. Air mata Vanessa dan Fhelisa terus berjatuhan. Kenapa harus ada kesedihan lagi?

"Bisakah kita masuk, membicarakan masalah ini di dalam?" Tanya Delisa dengan tersenyum kecil.

"Silahkan."

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang