BAB 32🌿

1.6K 85 3
                                    

Langit jingga berganti menjadi langit gelap ditemani seribu bintang dan cahaya rembulan. Manjadi saksi 2 remaja yang sedang di taman dengan berbagai macam bunga.

Tenang seperti di puncak, itulah yang mereka rasakan.

"Makasih lo selalu menemani gua. Maafkan gua sudah membentak lo padahal lo mau menenangkan gua," ujar Fhelisa sambil memakan telur gulung yang mereka beli di perdagangan kaki lima. Beraneka ragam makanan di jual dari harga 1.000 sampai 5.000 dengan uang 50.000 sudah bikin mereka kenyang.

"Sama-sama sayang. Jangan minta maaf Arvin menerima sayang apa adanya," jawab Arvin sambil memakan pentol bakar.

Fhelisa melihat ketulusan dari mata Arvin, entah sebagai pacar atau karena kesihan. Fhelisa ngga menggap ucapan Arvin serius karena mereka baru kenal bahkan sering bertengkar.

"Sayang tahu ngga?" Tanya Arvin menggantung perkataannya.

Fhelisa mengerutkan dahinya," ngga tahulah bambang."

"Haha__ wajah sayang lucu." Arvin tertawa sedangkan Fhelisa memonyongkan bibirnya seperti bebek.

"Ngga ada yang lucu anjing!" Tegas Fhelisa yang kesal diketawain.

"Jangan marah sayang," kata Arvin lalu memeluk Fhelisa.

Fhelisa ngga menolak karena Fhelisa membutuhkan ketenangan. Semua itu ada dalam diri Arvin.

"Dulu Arvin minta belikan boneka Monyet tapi mami belikan boneka Doraemon, Arvin jadi kesal sayang," adu Arvin berharap Fhelisa terhibur dengan cerita masa lalunya.

"Cowok lo main boneka?" Tanya Fhelisa. Sepertinya ini cowok punya gangguan jiwa sejak lahir. Walaupun masih kecil pasti anak itu mengerti mana mainan cowok dan mana main cewek?

"Cowok sayang tapi waktu itu Arvin pengen boneka Monyet karena lihat kartun monyet di televisi. Arvin membentak mami karena ngga sesuai dengan keinginan Arvin."

"Ngga punya hati lo!" Emosi Fhelisa mendengar cerita Arvin. Fhelisa benci dengan anak yang membentak orang tuanya tapi dirinya sendiri seperti itu.

Ngaca dong mbanya:)

"Arvin punya hati sayang setelah membentak mami Arvin ambil bonekanya lalu minta maaf," kata Arvin tersenyum menatap mata Fhelisa.

"Dasar ngga punya malu," ejak Fhelisa. Entah kenapa berdebat sama Arvin membuat dirinya lebih tenang dan melupakan masalah yang ada.

"Arvin punya malu sayang, kalo ngga punya malu Arvin bukan manusia dong," jawab Arvin ngga mau kalah. Setidaknya Arvin senang melihat Fhelisa marah-marah dari pada diam dan menangis membuat hati Arvin sakit.

"Lo binatang ngga punya hati!"

"Arvin manusia sayang. Buktinya boneka Doraemonnya masih Arvin simpan di lemari. Sayang mau?" Tanya Arvin.

"Gua ngga suka boneka!"

"Kenapa ngga suka? Doraemonnya imut dan gede bisa buat nemani sayang tidur kalo ngga ada Arvin."

"Gua ngga mau!"

"Kasih Arvin alasan, kenapa sayang menolaknya?"

"Pokoknya gua ngga suka boneka! Gua benci boneka!"

Fhelisa memang cewek tapi ia ngga pernah di kasih boneka, jangankan punya boneka main boneka saja Fhelisa ngga pernah. Dari kecil Fhelisa berteman sama cowok. Pertemanan yang mengubah Fhelisa menjadi tomboy, semua permainan cowok Fhelisa kuasain. Kebiasaan tersebut sampai sekarang.

"Sayang aneh."

____

Pagar tinggi warna hitam sudah tertutup dengan sempurna pertanda jam pertama sudah dimulai.

"Lo sih lelet!" Emosi Fhelisa.

Sepanjang jalan Fhelisa mengomelin Arvin, kalian bayangkan Fhelisa sudah siap dari jam setengah 7 sedangkan Arvin jam 7 masih di alam mimpi. Jangan kalian pikir Fhelisa ngga membangunkannya, Fhelisa sudah membangunkannya 100 kali Arvinnya saja yang tidur mati. Capek dengan cara halus akhirnya Fhelisa ke kamar mandi mengambil satu gayung air lalu menyiramkannya ke wajah Arvin, sektika Arvin langsung bangun. Kenapa ngga dari tadi buang-buang tenaga?

"Maaf sayang, 'kan Arvin malas ke sekolah lebih enak tidur di rumah," katanya dengan jujur.

Walaupun di hidupnya ada Fhelisa Arvin tetap ngga mau sekolah di SMA tersebut. Bayangan siswa-siswi nakal semakin jelas di otak Arvin.

Lebih baik di rumah aman.

"Mau jadi apa lo?"

"Malu sama umur sudah gede ngga lulus-lulus!"

"Apa kata tetangga!"

"Arvin ngga peduli. Intinya Arvin disayang sama mami dan kamu," katanya dengan lembut ingin rasanya Fhelisa pukul.

"Gua ngga nanya bambang!"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now