BAB 42🌿

1.2K 69 1
                                    

Setelah mengatakan kata tersebut Fhelisa pergi dari hadapan Monica jangan lupakan tangan Arvin yang Fhelisa tarik agar mengikuti langkahnya, tangan kiri untuk memegang jajanan yang Fhelisa beli tadi sedangkan tangan kanan untuk menarik bayi basarnya.

"Cie ... yang digodain sama cewek murahan," sidir Fhelisa ketika menemukan tempat duduk yang jauh dari tempat sebelumnya.

"Cie ... Yang cemburu!" Goda Arvin sambil
memainkan pipi bapau Fhelisa.

"Siapa yang cemburu, gua biasa saja," bantah Fhelisa sambil memakan pentol bakar kesukaannya.

"Kalo ngga cemburu, kenapa marah hayo?" Arvin menahan ketawa melihat wajah Fhelisa seperti tomat.

"Gua biasa saja anjing!" Tanpa aba-aba Arvin mencium bibir Fhelisa yang penuh dengan bumbu pentol bakar.

"Sayang, makannya kaya anak kecil, bumbunya sampai kemana-mana."

Fhelisa melotot dapat serangan tiba-tiba, apa lagi di tempat rame untung orang-orang ngga lihat kalo mereka lihat mau ditaro di mana wajah Fhelisa.

"Ciuman pertama gua!" Fhelisa tersadar dari lamunannya.

"Bagus dong, itu tandanya Arvin spesial untuk sayang." Tangan Arvin membersihkan bumbu pentol bakar di bibir Fhelisa.

"Bibir sayang manis," bisik Arvin pas di telinga Fhelisa.

"Anjing!" Fhelisa menghempaskan tangan Arvin dengan kasar.

"Gua bisa sendiri!"

___

Hari ini Nisa berencana main ke rumah Fhelisa, sudah lama mereka ngga melakukan hal barbar. Nisa jadi kangen sama sahabat gilanya.

Sambil menenteng ayam bakar kesukaan Fhelisa Nisa masuk ke dalam rumah Fhelisa. Buat mereka keluar masuk rumah tanpa izin sudah biasa.

"Hai, orang cantik sudah datang."

"Huyu, sambut dong."

"Hallo, mana orangnya."

Kemana itu bocah. Ah, pasti molor di kamar. Dengan langkah pelan Nisa menaiki tangga. Perlahan tapi pasti Nisa membuka pintu kamar Fhelisa.

"Woy, sadar kalian belum sah sudah satu kamar saja. Gua panggilkan penghulu baru tahu rasa kalian."

Yap, ketika Nisa membuka pintu kamar Fhelisa dikejutkan pemandangan yang luar biasa. Seorang cewek barbar anti cowok berpelukan sama cowok manja, mana rumah lagi kosong, setan lewat baru tahu rasa kalian.

Waktu di taman tadi Arvin terus menggoda Fhelisa sedangkan Fhelisa yang ngga tahan digoda memutuskan untuk pulang diikutin sama Arvin di belakangnya kata Arvin ngga mau miliknya diganggu sama orang jahat.

Ketika sampai rumah Fhelisa langsung masuk tanpa berkata-kata. Arvin bukannya pulang melainkan mengikuti Fhelisa sampai di dalam kamar.

Sebagai cewek nomor Fhelisa menolak tapi Arvin mengancamnya 'tidur sama Arvin atau Arvin perkosa detik ini juga' pikiran Fhelisa sudah kemana-mana memilih diam.

Nyaman diperlukan Arvin membuat Fhelisa tertidur dengan nyenyak ngga lama Arvin menyusul ke alam mimpi. Terjadilah posisi tidur perpelukan.

"Gila, ini bocah ngga bangun-bangun."

"Woy."

Suara emas Nisa gagal membangunkan dua sejoli yang sedang berpelukan.

"Gua foto dulu ah, lumayan jadi kenang-kenangan." Tanpa aba-aba Nisa mengeluarkan headphonenya dari tas selempang miliknya lalu memfoto dua sejoli yang asik perpelukan di posisi tidur.

"Ahirnya lo menemukan cowok yang bisa mengubah lo lebih baik lagi. Gua ngga salah menilai Arvin selama ini. Gua harap lo terus bahagia sama Arvin," gumam Fhelisa sambil tersenyum kecil.

Byur.

Nisa menyiram dua sejoli tersebut, ngga perlu waktu lama mereka membuka mata dengan sempurna.

"Sudah puas pelukannya," sindir Nisa.

"Sampai mana mba mimpinya?"

"Enak banget yah mba tidurnya?"

"Bacot anjing!" Emosi Fhelisa sebab tidurnya terganggu.

"Ingat belum sah!"

"Atau gua panggilkan penghulu sekarang supaya kalian puas peluk-pelukannya?"

"Arvin setuju." Dengan semangat Arvin menjawabnya.

Arvin pengen nikah muda pasti rasanya mantap. Kapan lagi merasakan nikah muda sekali seumur hidup. Kalo bisa malam ini ke KUA kenapa ngga?

"Ayo, kepenghulu!" Tegas Nisa sambil menarik paksa tangan mereka.

Arvin dengan senang hati ditarik sedangkan Fhelisa ngga terima.

"Bukan begitu konsepnya bambang."

"Gua ngga peduli, pokoknya kalian ke KUA sekarang!"

"Gua ngga mau!"

"Yakin ngga mau?" Tanya Nisa meyakinkan dengan senyum liciknya.

Ada yang ngga beres," yakinlah." Acuh Fhelisa sambil mebaringkang badannya kembali. Arvin cuma menonton berdebatan antara mereka.

"Foto ini menarik disebarkan di SMA." Dengan entengnya Nisa memperlihatkan hasil foto yang Nisa foto berapa menit yang lalu.

"Hapus, Anjing!"

"Ngga akan!"

"Sayang, ayo ke KUA!"

"Diam bangsat!"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora