BAB 17🌿

2K 86 0
                                    

Pagi yang cerah ditemani dengan cuaca dingin membuat seorang gadis semakin nyenyak masuk ke alam mimpi. Ia kalah dengan burung-burung yang berkicau merdu di alam semesta.

Ia melupakan hari penting untuk anak sekolah. Kalian pasti tahu? Iya benar, hari senin. Ketika semua orang berlomba-lomba untuk ke sekolah, menghindari hukum guru BK. Berbeda dengan Fhelisa yang bodo amat dengan semuanya, seakan-akan ia pemilik sekolah tersebut.

"Woy, monyet bangun!"

"Lo minta gua jemput pagi-pagi buta, tapi lo keenakan tidur."

"Teman ngga ada akhlak lo," omel Nisa bertubi-tubi ketika melihat itu anak tidur dengan nyenyak dibalik selimutnya.

Sebelum alam mimpi menyambut Fhelisa. Ia menelpon Nisa, memberi tahu jika ia mau berangkat bersama ke sekolah. Masalah jam Fhelisa yang mengaturnya, ia bilang jam 06.00. Nisa setuju tanpa berkomter, dan ini yang Nisa dapatkan.

Jangan percaya dengan perkataan orang indonesia, mereka cuma bisa perkata tanpa pembuktian.

Seperti yang Nisa alamin sekarang.

"Monyet, bangun!" Teriak Nisa berkali-kali.

"Harus gunakan cara lain," guman Nisa dalam hati.

Membangunkan kebo dengan cara halus ngga akan pernah berhasil.

"Kebakaran!"

"Woy, pergi apinya makin besar!"

"Fhelisa kebakaran!"

"Apinya semakin dekat!" Teriak Nisa dengan heboh.

1 menit.

2 menit.

3 menit.

4 menit.

5 menit.

Hening seketika sampai akhirnya," kebaran!" Teriak Fhelisa sambil berlari ke kamar mandi mengambil air dalam gayung lalu menyiramnya ke arah Nisa, entah sadar atau ngga ia melakukannya.

Gagal lagi gagal lagi, bukan keberuntungan yang menimpa Nisa, melainkan kesialan yang dibuat sama sabahatnya sendiri.

"Anjing baju gua!"

Habislah basah baju Nisa. Sekarang bagaimana ia ke sekolah?

Fhelisa masa bodoh, seakan-akan ngga terjadi apa-apa. Ia kembali ke kasur empuk kesayangannya. Nisa yang emosi ngga main-main menarik kaki Fhelisa sampai ke kamar mandi. Anggap saja ibu tiri yang menyiksa anaknya, itulah Nisa. Ngga peduli dengan dinginnya air Nisa menyiramkannya ke Fhelisa. Mata yang tertutup rapat sekarang terbuka dengan sempurna.

"Dingin!"

___

Di kolidor sekolah heboh begosip tentang anak baru berparas tampan, yang akan merebut posisi Vero sebagai siswa tertampan nomor 1 di SMA. Dalam pikiran mereka ngga dapat Vero anak barupun jadi, asalkan sama-sama tampan.

"Pokoknya jadi pacar gua, tanpa ada penolakan!"

"Ganteng, culik dedeh atuh."

"Ngebayanginnya saja sudah buat gua melayang. Apa lagi melihatnya langsung?"

"Alay lo semua!" Sewot wanita tiba-tiba.

Mereka ngga berani melawan, mereka sayang sama nyawa. Mereka ngga mau mencari masalah sedikitpun sama Fhelisa. Satu kata  yang salah bisa masuk rumah sakit atau lebih parahnya bisa kuburan. Diam adalah pilihan yang tepat.

"Teriak lagi gua mau dengar!" Bentak Fhelisa.

Fhelisa ngga suka orang-orang yang teriak seenaknya, perihal laki-laki tampan saja heboh. Biasa saja kali, jual mahal dikit coba.

"Masih pagi ngga usah cari gara-gara," bisik Nisa di telinga Fhelisa. Ia kesal melihat sahabatnya yang selalu mencari masalah.

Arvin berjalan dengan santai di kolidor sekolahn dengan satu tangan ia masukkan di kantong celana. Seakan-akan ia anak laki-laki cool yang di sukain para wanita. Menutupin sifat manjanya.

"Gila, ganteng banget!"

"Ganteng, minta nomor WAnya dong."

"Ganteng, pacaran yok?"

"Mampus peran Vero semakin tergantikan."

Seperti itulah tanggapan mereka. Berbeda dengan Arvin yang tertawa dalam hati, ia lucu saja tenyata kata orang benar, orang cuma menilai kita dari luar tanpa tahu dibelakang seperti apa.

Arvin ngga membalas ucapan mereka ia terus melangkah ke ruangan kepala sekolah, karena itu tujuan awal Arvin.

"Anak baru saja belagu," sindir seseorang.

"Palingan juga oplas."

Bukan dunia namanya kalo ngga ada sindiran. Di situ ada pujian pasti ada hal yang menyakitkan, semuanya terus berputar tanpa tahu kapan berhenti.

Mata Arvin mulai berkaca-kaca, ia ngga kuat mendengar kata-kata pedas dari mereka, tapi Arvin harus bisa menahannya kalo ngga bisa jatuh gelar dirinya sebagai laki-laki tampan nomor 1 di SMA.

Brukkkk.

"Lo!"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang