BAB 52🌿

1.2K 52 1
                                    

Hari ini Leo memutuskan untuk pulang cepat. Leo ngga sabar memberi tahu kabar bahagia untuk anak dan istrinya di rumah. Dengan perasaan bahagia Leo mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, alunan lagu terus Leo nyanyikan beriringan dengan lagu yang Leo putar.

"Papi pulang," teriak Leo ketika memasuki rumah.

Delisa disibukkan sama alat masaknya di dapur. Hari ini Delisa cukup banyak memasak karena moodnya sedang baik, entah karena apa. 

"Astaga, mas jangan teriak-teriak!" Kesal Delisa. Bagimana Arvin ngga teriak-teriak kalo Papinya mencontohkan yang ngga baik.

"Maaf, sayang. Kamu tahu ngga yang nabrak kamu lima tahun yang lalu sudah ketemu." Delisa melotot, ia pikir Leo sudah ikhlas dengan kejadian masalalu tersebut ternyata masih mencari tahu pelaku tanpa sepengetahuan dirinya.

"Kamu masih cari tahu?"

"Tentu sayang, aku ngga akan biarkan pelaku bersenang-senang. Aku akan balas semuanya."

Apa yang Leo katakan ngga akan berubah walaupun Delisa berkata B Leo tetap berkata A. Apa lagi menyakut keluarga kecilnya sampai kapanpun Leo akan balas dendam.

"Mas, ngga boleh nyimpan dendam. Aku ngga suka!" Delisa mau Leo berdamai dengan masalalu bagaimanapun semua sudah terjadi.

"Aku ngga dendam sayang, aku mau memberikan pelaku sedikit pelajaran kecil saja." Leo memperdekat ke arah Delisa, memeluk Delisa dari belakang.

"Sama saja mas!"

"Sampai pelaku mengendap dipenjara baru aku tenang."

"Bagiamana dengan keluarga kecilnya? Apa mas ngga kesihan sama mereka?" Delisa ngga tega sama mereka, bagaimanapun istri dan anaknya ngga terlibat dalam masalah tersebut.

"Mas, akan buat perusahaannya gulung tikar. Kamu tahu istrinya orang terkaya nomor satu di Singapura, aku ngga terima!" Leo kembali membayangkan Delisa koma di rumah sakit bahkan dinyatakan ngga bisa selamatkan tapi keluarga pelaku bersenang-senang membangun usaha.

"Mas, jangan!" Tahan Delisa. Menjatuhkan usaha orang memang mudah tapi membangunnya kembali sangat sulit.

"Cukup kesihan sama mereka. Apa kamu lupa gara-gara mereka nyawa kamu hampir melayang. Pokoknya besok aku terbang ke Singapura menangkap pelaku."

"Arvin ikut!" Entah dari mana datangnya Arvin langsung teriak ikut.

"Tentu boleh. Kita lihat siapa pelaku yang membuat Mami terbaring lemah di rumah sakit lima tahun yang lalu." Leo sama Arvin menyayangi Delisa. Dua cowok yang selalu melindungi Delisa dalam keadaan apapun dan memberikan pelajaran ke orang yang berani melukai Delisa.

"Tunggu besok Arvin akan balas dendam!"

"Arvin ikut aku ikut juga!" Delisa ngga akan membiarkan mereka pergi berdua yang ada pelaku meninggal di tangan mereka, walaupun cuma Leo yang jago bela diri.

"Bagus, besok kita berangkat jam 7 pagi."

___

Gadis cantik berbaju tidur Teddy Bear sedang asik membaca novel di aplikasi Oren. Hari ini Fhelisa ingin bersantai-santai dan Fhelisa ngga mau cari masalah sama Vanessa. Sudah cukup satu Minggu Fhelisa menyusahkan Venessa. Fhelisa tahu tenang musibah yang menimpa perusahaan Venessa, Fhelisa ngga mau ikut campur tapi berharap semoga masalah cepat selesai.

Sebenci-benci Fhelisa, Fhelisa kesihan melihat Vanessa yang selalu pulang dengan wajah yang sedih. Fhelisa lebih baik Vanessa marah-marah dari pada diam.

Tok tok tok (ketukan pintu dari luar).

"Sayang, ayo sarapan," teriak Venessa dari luar.

Tanpa menjawab Fhelisa membuka pintu warna coklat tersebut. Vanessa kali ini menggunakan daster yang cocok di badannya. Daster? Apa Vanessa ngga ke kantor?

"Ngga ke kantor?" Tanya Fhelisa tanpa embel-embel Mama.

"Mama, punya kejutan untuk kamu." Bukannya menjawab Venessa malah berkata lain.

"Saya ngga putuh kejutan dari anda!" Tolak Fhelisa, padahal dalam hatinya penasaran kejutan apa yang di maksud Venessa.

"Mama, yakin kamu akan suka. Ayo, kita ke bawah sekarang." Vanessa ngga peduli mau Fhelisa marah atau apa. Vanessa tetap menggandeng tangan Fhelisa lalu menuruni tangga satu persatu.

"Sayang." Panggil seseorang yang membuat Fhelisa terdiam.

"A ... yah," panggil Fhelisa tebata-bata.

Sosok cowok yang Fhelisa rindukan selama ini akhirnya ada di depan matanya. Tanpa buang-buang waktu lagi Fhelisa memeluk Arga dengan erat. Benci yang dirasakan Fhelisa selama ini hilang begitu saja begitupun sama Vanessa tapi rasa gengsi membuat Fhelisa bersikap acuh padahal Fhelisa menyayangi kedua orang tuanya.

Masa lalu biarlah berlalu, sekarang saatnya membangun semuanya dari awal. Dikasih waktu satu bulan di Singapura membuat Fhelisa bisa menerima kenyataan yang ada, walupun masih gengsi.

"Ayah, minta maaf sayang." Cuma kata itu yang bisa Arga katakan. Fhelisa ngga menjawab cuma air mata yang membasahi kedua pipinya.

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang