BAB 34🌿

1.3K 72 0
                                    

Di ruangan warna putih beraneka ragam bau obat, Arvin terbaring lemah dimana lagi kalo bukan UKS sekolah.

Setelah Fhelisa teriak-teriak ngga jelas, akhirnya Fhelisa meminta tolong untuk mengangkat Arvin ke UKS. Fhelisa ngga mungkin kuat mengatakan gajah gede seperti Arvin, yang ada Fhelisa patah tulang.

Cukup lama Dokter memeriksa Arvin. Hukuman mereka di bebaskan sama Maya dengan senang hati Fhelisa menerimanya tapi dengan syarat jaga Arvin di UKS bukan masalah besar untuk Fhelisa.

"Temannya Arvin," kata Dokter tiba-tiba.

"Saya temannya Dok. Bagaimana keadaannya?"

"Arvin baik-baik saja, cuma lemas karena ngga sarapan. Apa dia ngga sarapan?" Tanya Dokter itu.

"Ngga tahu Dok, 'kan saya bukan emaknya," jawab Fhelisa seenaknya. Ngga mungkin Fhelisa bilang jujur kalo Arvin memang belum sarapan, yang ada Dokter ini curiga. Kenapa kamu bisa tahu? Jangan-jangan kamu 1 rumah sama dia. Fhelisa sudah tahu isi pikiran Dokter itu, entah benar atau ngga.

"Us, kamu itu. Kalo begitu Dokter permisi, jangan lupa belikan dia makanan!" Perintah Dokter sebelum pergi.

Fhelisa masuk dengan santai sambil melihat ke arah Arvin.

Fhelisa tahu 1 fakta lagi, Arvin kalo sakit manjanya melebihi anak kecil. Bukannya setiap hari memang manja? Entahlah pusing kepala Fhelisa.

"Tayang laper." Manja Arvin telah dimulai.

"Gua ngga peduli!" Acuh Fhelisa sambil membaringkan badannya di sofa UKS.

"Tayang jahat!" Katanya dengan mata berkaca-kaca.

"Arvin sakit tayang."

"Kenapa tayang ngga peduli sama Arvin? Nanti kalo Arvin meninggal tayang sedih."

"Bodo amat, bukan urusan gua!"

Bukannya Fhelisa ngga peduli, Fhelisa cuma menjahilin Arvin sebentar setelah itu Fhelisa membeli makanan untuk Arvin di kantin. Kalo anak mami ini meninggal gara-gara kelaparan yang ada Fehlisa di salahkan karena orang tuanya tahu cuma Fhelisa yang dekat sama Arvin dan Fhelisa juga yang memaksa Arvin cepat ke sekolah ngga memberi celah untuk Arvin sarapan. Sampai di sekolah bukannya ke kantin malah di hukum.

"Tayang, laper!" Pinta Arvin sambil memegang perutnya.

"Merepotkan," sewot Fhelisa lalu melangkah keluar UKS. Senyum kecil terbit di wajah Fhelisa rencananya berhasil. Dasar cowok lemah.

"Tayang jangan marah."

"Kalo tayang ngga mau belikan Arvin makan ngga usah beli tayang. Arvin ngga mau tayang marah," teriak Arvin dari dalam yang Fhelisa dengar dari luar. Bukannya marah Fhelisa malah senang.

Ada apa dengan Fhelisa?

Bukannya dia benci, kenapa sekarang dia senang?

Fhelisa ngga memperdulikan teriakan Arvin, Fhelisa tetap melangkah ke kantin membelikan Arvin makanan.

___

"Mami, tayang marah sama Arvin. Buktinya tayang ngga kembali," gumam Arvin disela-sela nangisnya.

Pikiran negatif tentang Fhelisa terus berputar di kepalanya. Semakin jauh pikiran itu membuat Arvin semakin menangis. Arvin butuh Fhelisa didekatnya kalo ngga ada Fhelisa hidup Arvin terasa hampa.

"Tayang dimana?"

Asik dengan pikiran sendiri ngga sadar ada orang membuka pintu UKS.

"Lo kenapa nangis?" Tanya Fhelisa tanpa basa-basi.

"Tayang, tayang kembali." Bahagia Arvin lalu memeluk Fhelisa dengan erat.

"Lepas, gua ngga bisa nafas! Jadi cowok ngga usah lebay!" Entah Fhelisa menyakiti hati Arvin atau ngga. Fhelisa cuma ngga mau terlihat lemah di depan Arvin. Bagaimanapun Fhelisa terlahir jadi cewek barbar yang di takuti dengan semua orang.

"Maaf, 'kan Arvin kangen sama Tayang."

"Jangan banyak bacot, makan!" Perintah Fhelisa sambil memberikan kantong plastik ke Arvin.

"Suapin tayang," pinta Arvin dengan tatapan memohon.

"Makan sendiri! Gua ogah supain lo." Fhelisa masih acuh padahal Fhelisa pengen menyuapin Arvin.

"Tayang jahat!"

Arvin terus berusaha membujuk Fhelisa, walaupun Arvin tahu Fhelisa sudah dibujuk tapi Arvin terus berusaha. Demi dapat perhatian dari Fhelisa. Kata pepatah benar 'bersusah-sudah dahulu bersenang-senang kemudian'  begitu juga dengan Fhelisa, walaupun sekeras batu Fhelisa akan kalah dengan air.

"Terserah lo, gua sih bodo amat!"

Cup.

Arvin mencium pipi Fhelisa. Gemas rasanya lihat Fhelisa marah-marah rasanya pengen Arvin gigit.

"Kurang ajar lo!"

"Makanya suapin Arvin tanyang!" Pintanya kesekian kali sambil menatap bola mata Fhelisa.

"Banyak bacot lo."

"Buka mulut lo!"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now