BAB 15🌿

2.7K 93 0
                                    

"Mami," panggil Arvin lalu memeluk Delisa dari belakang seakan-akan dengan pacarnya padahal sama bundanya sendiri.

Masalah Arvin semalam berhasil Nisa selesaikan, dengan bujukan maut Arvin menggikuti kemauan Nisa walaupun ada adegan tarik-tarikan.

"Iya sayang. Tumben anak ganteng mami sudah bangun." Delisa ngga risih dengan perlakukan Arvin, ia sudah terbiasa dengan kebiasaan anak manjanya ini.

"Mami tahu ngga tadi Arvin mimpi pocong culik Arvin. Arvin takut Mami mukanya seram."

"Ngga perlu takut sayang 'kan cuma mimpi," jawab Delisa sambil menggaduk-nggaduk nasi goreng sosis kesukaan Arvin.

"Arvin ngga mau tidur sendirian Mami. Arvin mau tidur sama Mami aja!"

"Arvin sudah besar ngga boleh tidur sama Mami, nanti Papi cemburu bagaimana?" Memang belangkan ini Leo sering marah jika Arvin dekat dirinya entah karena cemburu atau apa Delisa ngga paham.

"Biarkan saja papi cemburu, intinya Arvin tidur sama Mami," katanya dengan bahagia.

"No, sayang!"

"Pokoknya Arvin nanti malam tidur sama mami. Tunggu Arvin di kamar Mami yang indah," kata Arvin lalu berlari ke kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Delisa.

Mampuslah Delisa nanti malam:)

Bukan tadi pagi saja Arvin berulah sekarang berulah lagi. Kalo boleh buang anak Delisa pengen membuangnya detik ini juga.

"Mami, suapin Arvin," teriak Arvin mengema diseluruh rumah.

Leo yang mendengar teriak Arvin geleng-geleng kepala. Satu hari saja ngga buat emosi bukan Arvin namanya.

"Anakmu tu," kata Leo pas di depan Delisa, karena ia memasangkan dasi sebelum Leo pergi ke kantor.

"Anak kamu juga," jawab Delisa ngga terima. Enak saja ia bilang anakku, apa ia lupa buat Arvin dibantu dengan dirinya, tanpa ia ngga akan berhasil jadi Arvin.

"Betul aja gerakanku buat itu anak. Kenapa yang keluar anak manja seperti Arvin."

"Mas, malu!"

Leo membanting badan Delisa ke tempat tidur, ia berada di atas badan Delisa. Leo memperdekat jarak di antara mereka, kecupan semakin turun ke __

"Mami, suapin Arvin!" Teriak Arvin dari dapur. Arvin kesal dari tadi memanggil Delisa tapi tak kunjung datang.

"Ganggu aja tu bocah," kesal Leo sebab misinya gagal.

"Jangan kesal-kesal mas dia anakmu. Nanti kita lanjut lagi jangan bete gitu wajahnya," bisik Delisa pas di telinga Leo padahal di kamar cuma mereka berdua, kenapa ngga bicara langsung?

"Langsung sampai pagi," jawab Leo dengan santai.

Delisa berusaha menahan malu dari goda Leo.

"Au!" Teriak Leo ketika tangan kecil Delisa mencubit perutnya.

"Cieee wajahnya merah."

"Mas!"

"Mami, Papi, Arvin laper!"

____

"Mampus suara pak Damar," gumam Fhelisa dalam hati tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Damar baru menyelesaikam urusannya dengan kepala sekolah, ia ingin kembali ke ruanganya tapi dikejutkan sepatu sebelah kiri menghilang. Damar sudah mencari dimana-mana tapi tak kunjung ketemu.

Satu nama terlintas di pikirannya, tanpa basa-basi ia memanggil  bocah nakal tersebut.

"Tunggu pembalas saya anak muda!"

Dilain tempat seorang wanita berjalan dengan santai, ia ngga ambil pusing dengan masalah yang menimpanya.

"Fhelisa, ke rungan pak Damar sekarang!" Kata wanita tiba-tiba.

"Apa urusan lo, nyuruh-nyuruh gua! Lo siapa?" Kata Fhelisa ngga terima.

"Santai dong. Gua menjalankan amanat dari pak Damar, kalo lo ngga suka, marah sama Pak Damar jangan sama gua!"

"Anjing!" Fhelisa bersiap memukul anak sialan.

"Fhelisa hentikan. Kamu yah sudah bikin masalah sama saya sekarang kamu mau buat teman kamu masuk rumah sakit? Mana rasa kesihan kamu, di sini kalian taman jangan saling menyelakakan," ceramah Damar.

Bukan guru penjaskes aja ia juga selalu menasehati anak muridnya jika berbuat salah, walaupun mereka masuk telinga kanan keluar telinga kiri intinya Damar ingin yang terbaik untuk mereka.

"Bodo amat Pak, saya ngga peduli!" Acuh Fhelisa.

"Jangan bicara kamu!"

"Loh kenapa pak? Dia yang cari masalah, dia celaka buat salah saya!"

"Fhelisa stop!"




Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now