BAB 19🌿

1.9K 101 0
                                    

"Arvin ngga takut sama dia. Arvin janji akan mengubah dia menjadi cewek berhati lembut!" Tegas Arvin sambil melihat cewek yang baru memasuki kantin.

Kebetulan waktu istirahat sudah tiba, banyak siswa-siswi yang berdesakan di kantin untuk membeli makanan yang mereka inginkan.

"Minggir gua mau lewat," teriak Fhelisa seenaknya. Apa ia ngga mikir banyak siswa-siswi yang mengantri dari tadi.

Hati mereka kesal? Itu pasti. Tapi mereka ngga berani untuk melawan, mereka memilih diam dan memberikan Fhelisa jalan.

Dengan santainya Fhelisa berjalan ke tempat bakso makanan favoritnya.

"Mang basko 2, minumnya es teh 2,"  minta Fhelisa lalu mencari meja yang kosong.

"Mulai ngga beres," kata Arvin dengan suara kecil tapi mampu Vallen dengar.

Vallen adalah teman baru Arvin di SMA. Arvin heran padahal Vallen berwajah tampan dan humoris tapi kenapa ngga ada yang beteman sama dia. Apa yang salah dari Vallen? Cepat atau lambat Arvin pasti menggetahuinya.

"Apa lo bilang? Jangan macam-macam?" kata Vallen sambil masukkan keripik singkong ke dalam mulutnya.

"Bentar, aku mau memberikan hukuman untuk tuan putri," kata Arvin sambil tersenyum lalu melangkah ke meja yang di dudukin Fhelisa dan Nisa.

"Dasar aneh."

___

"Ah, mang Asep lama. Rokok yuk," ajak Fhelisa dengan suara pelan.

"Gila lo, ini lingkungan sekolah!" Kaget Nisa. Kalian bayangkan di kantin yang penuh dengan siswa-siswi mau merokok bisa dilaporkan ke guru BK. Nisa mah ogah dapat masalah.

Fhelisa memang selalu bawa rokok kemana-mana, hidup tanpa rokok seperti teh tanpa gula sangatlah hambar. Ia bawa rokok tapi setiap rajia ia ngga pernah ketauan. Ada saja ide licik yang menyelamatkan rokok berharganya.

"Ngga asik lo, hambar mulut gua tanpa rokok," katanya dengan nada sedih berharap Nisa luluh.

"Lo saja sana!" Usir Nisa.

Ia bukannya ngga mau, Nisa juga sama barbar seperti Fhelisa tapi ia ngga mau terus-terusan cari masalah di sekolah kalo di luar Nisa oke-oke saja.

"Ngga setia kawan lo," kata Fhelisa sambil mengambil satu rokok dari tempatnya.

Banyak siswa-siswi melihat kearahnya dan ada juga yang memfoto Fhelisa sedang merokok sebagai bukti ke kepala sekolah. Mereka berharap Fhelisa di keluarkan dari SMA supaya mereka tenang. Entah kenapa sulit untuk mereka mengeluarkan Fhelisa.

Dengan santainya Fhelisa menghembuskan asap rokoknya di udara jangan lupakan satu kaki yang ia angkat ke meja. Sifat itulah yang ngga mencerminkan Fhelisa sebagai siswa, Fhelisa lebih cocok menjadi preman pasar.

"Ngga bagus cewek itu merokok. Apa kamu ngga tahu, merokok ngga bagus untuk kesehatan," omel cowok tiba-tiba. Ia menggambil rokok tersebut lalu menginjaknya pake sepatu.

Semua orang kaget, termaksud Fhelisa dan Nisa.

"Gila ini cowok berani juga. Gua harap lo bisa mengubah sahabat gua lebih bailk lagi. Gua akan dukung dan membantu lo dari belakang," gumam Nisa dalam hati.

"Anjing, rokok gua!"

Dia lagi? Dia pikir siapa ngurusin hidup gua? Orang tua gua saja bodo amat.

"Mau lo apa? Stop ikut campur urusan gua!"

"Arvin cuma ngga mau kamu kenapa-napa."

"Anji ..." belum selesai Fhelisa menghujat satu tanggan membukam mulutnya.

"Jangan bicara kasar!" Tegasnya lalu menarik paksa tangan Fhelisa.

"Jangan tarik-tarik gua!"

"Ayo ikut Arvin!" Tegas Arvin menarik paksa tangan Fhelisa. Ia ngga peduli dengan omelan Fhelisa, ia terus menarik Fhelisa sampai pakiran mobil lalu memasukkannya dengan kasar. Seperti yang Arvin katakan tadi ia akan memberi hukuman untuk Fhelisa.

"Lepasin gua! Lo mau bawa gua kemana?" Teriak Fhelisa berkali-kali tapi ngga dijawab sedikitpun sama Arvin.

"Diam, nikmatin saja berjalan kita."

"Gua ngga mau nikmati perjalanan ini. Gua mau turun!" Tegas Fhelisa.

"Diam! Arvin akan menghukum kamu di suatu tempat yang bagus, Kamu pasti menyukainya."

Mendengar kalimat itu, membuat Fhelisa merinding. Ia memang barbar tapi ia ngga pernah diculik atau disiksa dengan siapapun itu.

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now