BAB 16🌿

2.1K 82 0
                                    

"Haha__ gila lo marahin pak Damar balik."

"Salah sendiri cari masalah sama gua," kata Fhelisa sambil memakan kentang goreng kesukaannya.

"Hati-hati nilai lo jelek, nanti nangis."

"Apa nangis? Ngga akan pernah," katanya dengan sombong.

Padahal kenyataannya Fhelisa sama seperti wanita pada umumnya yang sering menangis ketika sendirian atau di malam hari. Fhelisa kangen dengan Vanessa, tapi ia juga benci melihat wajah munafik yang selama ini Venssa sembunyikan, Fhelisa ingin keluarganya kumpul seperti orang di luar sana. Fhelisa ngga bisa memaksakan keadaan, ia cuma bisa menangis secara diam. Fhelisa lemah? Tentu saja, tapi Fhelisa ngga mau orang luar mengetahui sifat aslinya.

"Iyain supaya cepat." Kata terakhir Nisa karena ia tahu Fhelisa akan memang debat.

Kringgggg (bunyi telepon Fhelisa dengan nyaring).

"Ngga berguna, ini orang nelpon gua," kata Fhelisa.

"Angkat saja dulu, mungkin Mama lo kangen," nasehat Nisa.

"Gua ngga butuh di kangenin dengan manusia anjing seperti dia. Gua benci penceraian, kenapa malah orang tua gua yang cerai? Kenapa dunia ngga adil? Gua benci mereka!"

"Lo ngga boleh bicara seperti itu. Mereka pasti punya alasan kenapa becerai, lo harus dengerin alasannya."

"Gua ngga butuh alasan, gua cuma ingin orang tua gua bersatu!"

"Angkat gua bilang sebelum lo menyesal!"

"Gua ngga akan menyesal. Mau manusia anjing itu mati atau kecelakaan gua ngga peduli!"

"Fhelisa angkat sekarang!"

Sekesal-kesalnya Fehlisa jika diancam dengan Nisa ia akan luluh, entah karena apa.

"Hallo, sayang. Kenapa mengangkat teleponnya lama? Sayang baik-baik saja 'kan di sana?" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan Venessa ketika Fhelisa mengangkat teleponnya.

"Hm." Berbeda dengan Fhelisa yang menjawab singkat, padat, dan jelas.

"Bagaimana sayang sekolahnya lancar?" Tanya Venessa lagi.

"Hm." Lagi dan lagi kata itu yang Fhelisa ucapkan.

"Ayolah sayang cerita sama Mama. Apa kamu ngga kangen sama Mama?"

"Hm."

"Kamu kenapa sayang, kamu sariawan?"

"Hm."

"Sayang ayo cerita sama Mama."

"Hm."

"Sayang cerita, kalo kamu jawab hm terus Mama ngga akan tahu kamu kenapa."

"Hm."

"Nisa, Fhelisa kenapa? Kamu pasti tahu. Ayo kasih tahu tante," kata Venessa yang kesal bertanya tanpa ketemu jawaban sedikitpun. Ia baru ingat di situ ada Fhelisa pasti di situ ada Nisa juga. Mereka ngga akan terpisahkan sejak SMP.

"Saya ngga tahu Tante, padahal tadi baik-baik saja. Mungkin Tante melakukan kesalahan yang belum bisa diterima Fhelisa. Cobalah Tante jelaskan, apa yang selama ini Tante sembunyikan?" sindir Nisa agar Venessa buka suara tentang perceraian yang selama ini mereka sembunyikan.

"Tante ngga ada menyembuyikan apa-apa. Tante selalu cerita ke anak kesayangan Tante."

Kacau, dalam hitungan ke 3 pasti Fhelisa ngamuk.

1.

2.

3.

"Dasar munafik, lo ngga usah sok suci di depan gua. Gua sudah tahu semuanya!"

"Lo ngga usah sembunyikan perceraian kalian di depan gua. Gua sudah tahu!"

"Lo  ngga perlu nanya gua tahu dari siapa? Intinya gua benci sama lo!"

"Jangan pernah anggap gua anak. Gua sudah ngga punya orang tua!"

"Jaga bicara kamu. Dengarin alasan Mama dulu sebelum kamu marah-marah. Mama ngga akan ceraikan Ayah kalo ia ngga berbuat salah. Oke Mama akui, Mama salah ngga cerita sama kamu."

"Munafik__ terus maksud anda saya tahu dari orang lain, itu lebih baik. Dasar manusia anjing ngga punya hati!"

Menangis, tentu saja Venessa nangis. Orang tua mana yang ngga sakit hati dikatain anjing dengan anak kandung sendiri.

"Pelis, dengarin penjelasan Mama dulu," kata Venessa di sebelah sana dengan suara bergetar.

"Gua ngga butuh penjelasan anda!"

"Sayang jaga bicara kamu. Ingat Mama adalah orang yang melahirkan kamu ke dunia ini."

"Buat apa saya mengingat anda? Jika anda sendiri melupakan saya di perceraian anda 5 tahun yang lalu. Bagus saya ngga dianggap anak dengan kalian berdua, saya terima mulai detik itu dan seterusnya saya bukan anak kalian. Anda ngga mungkin lupa hal yang saya benci. Terima kasih atas rasa sakit hati yang selama ini kalian sembunyikan dari saya!"

"Sayang ng__"

Tut tut tut.

Belum selesai Venessa berkata Fhelisa lebih duhulu mematikan panggilan sebelah pihak.

"Anjingg!" Teriak Fehlisa.


Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now