BAB 9🌿

3.5K 156 6
                                    

"Dunia ngga adil."

"Kenapa harus Arvin diposisi ini. Arvin capek ngga disayang sama mereka, lebih baik Arvin menghilang selamanya, agar mereka tenang disini."

"Arvin benci kalian!" Teriaknya di bawah guyuran hujan.

"Arvin mau mati!" Teriaknya lagi.

"Selamat tinggal dunia."

"Aaaaaaaa__

____

Hujan, apa yang terlintas di pikiran kalian? Pasti enak rebahan, ngga mau kemana-mana. Itulah yang Fhelisa rasanya ngga mau keluar dari selimut tebalnya.

"Ayo ke kelub," ajak Nisa.

"Ah, males gua. Mending tidur," jawab Fhelisa dengan mata tertutup.

"Lo mah ngga asik, tadi lo paling semangat untuk ke kelub sekarang males ngga jelas lo," omel Nisa.

Berbeda dengan Nisa yang semakin bersemangat untuk ke kelub, katanya hujan-hujan paling cocok untuk ke kelub rasanya mantap, entah dimananya.

"Nanti tunggu hujan berhenti baru ke kelub, sekarang gua tidur dulu, okey."

"Ngga ada nanti-nanti, pokoknya sekarang. Lo bisa pake mobil kesayanga lo, hujan bukan jadi alasan," kesal Nisa yang melihat Fhelisa ngga berpindah dari posisi ternyamannya.

"5 menit okey."

Ngga ada cara lain ia menarik Fhelisa dengan paksa.

"Ayo, jangan kaya anak kecil!"

"Lo aja manja, terus kenapa marah-marah mimpi anak manja. Dasar ngga tau diri," sindir Nisa.

Fhelisa manja, tapi diwaktu dan diorang tertentu ia ngga mau sifat barbarnya direndahkan.

"Jangan samakan gua dengan itu orang. Jelas orang itu lebih menjijikan!" Tegas Fhelisa, ngga ada orang yang suka disama-samakan.

"Kalo lo ngga mau gua sama-samakan makanya jangan manja!"

"Auah capek, mending gua tidur!" Kata Fhelisa dengan santai, ia masih nyaman dikasur empuk dan selimut tebalnya.

"Bangun anak manja. Mana Fhelisa yang barbar? Bangun atau gua sebarkan keseluruh sekolah sebenarnya Fhelisa anak manja bukan barbar seperti yang mereka pikirkan!" Ancam Nisa, kali ini ia percaya pasti Fhelisa langsung bangun dari posisi ternyamannya.

"Anak laknat, mainnya ngancam."

"Lonya susah diatur, jangan salahkan gua!" Kata Nisa dengan senyum liciknya.

Fhelisa ngga perduli dengan ancaman orang-orang, tapi ia takut jika Nisa yang ngancam, karena ia tahu jelek baiknya sifat Fhelisa 100% bisa-bisa mereka ngga takut lagi dengan dirinya.

Dengan berat hati Fhelisa bangun dari kasur empuknya, melangkah ke kamar mandi, lalu bersiap-siap kalo lama ibu kos akan marah lagi, siapa lagi kalo bukan Nisa.

"Gua tunggu di bawah, 10 menit lo belum siap tunggu kabar bahagia dari gua!" teriaknya dengan senyum licik.

Kalian tenang semuanya cuma ancaman. Nisa ngga mungkin tega mempermalukan sahabatnya sendiri. Ia sudah ngga sabar ingin bertemu cogan-cogan (cowok ganteng) di kelub sedangkan Fhelisa memperlama, siapa yang ngga emosi?

"Dasar anak anjing," gumam Fhelisa.

Nisa semakin ngga sabar menunggu siput, ia semakin emosi.

"Haii, Fhelisa yang cantik sudah selesai," teriak Fhelisa tanpa dosa sambil menuruni anak tangga.

"Cantik-cantik dari lubang sedotan, gua sampai jamuran buat nungguin siput macam lo. Gua bilang 10 menit Fhelisa bukan 30 menit, telinga lo perlu gua bersihin pake linggis?" Emosi Nisa.

Fhelisa melirik sekilas lalu berlalu begitu saja.

"Anak anjing. Gua belum selesai bicara!" Teriaknya yang mampu Fhelisa dengar. Ia tertawa kecil akhirnya ia berhasil membuat Nisa marah, makanya jangan pisahnya ia dengan kasur empuknya.

Brukkkkk__

Nisa membuka pintu mobil dengan wajah kesalnya," pokoknya gua ngga mau tahu lo harus tanggung makan dan kebutuhan gua selama seminggu. Gua ngga terima lo abaikan, pokoknya ngga ada penolakan," katanya tiba-tiba.

Nah dibalas lagi:v

"Gua ngga mau. Emang lo siapa gua!"

"Yakin ngga mau liat aja apa yang bakal gua lakukan. Gua peringatkan lo akan menyesal!"

"Gua ngga takut!" Tantang Fhelisa balik.

Suasana hujan dan beredebatan diantara mereka menemani perjalanan sore ini. Jalanan sepi membuat Fhelisa tertantang untuk mengendari mobil diatas rata-rata, sudah lama ngga balapan.

"Fhelisa awas__



Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang