BAB 6🌿

4.9K 215 1
                                    

Delisa benar-benar meninggalkan Arvin, ia sudah kehabisan akal menghadapi Arvin. Ia ngga peduli Arvin nangis atau teriak-teriak di sana.

"Mami jahat, Mami ngga sayang Arvin," teriak Arvin yang mampu Delisa dengar.

"Arvin benci Mami!"

"Mami berubah."

"Ngga ada yang sayang sama Arvin."

Arvin teriak-teriak seperti orang gila, sedangkan Delisa tetap melangkah.

"Pasti Arvin ke mobil," gumam Delisa dalam hati.

___

"Lepas tangan gua!" Tegas Fhelisa ngga terima ditarik paksa.

"Lo gila, patahin tangan orang seenaknya. Lo ngga mikir apa dampaknya?" Emosi Nisa.

"Santailah, gua aja ngga peduli. Kenapa lo yang repot."

"Gua tahu lo ngga peduli, tapi lo harus mikirin orang tua lo di sana."

"Buat apa dipikirin, mereka aja bodo amat."

Hubungan Fhelisa dengan kedua orang tuanya kurang baik. Kalian pasti bertanya kenapa? Lima tahun yang lalu Fhelisa mendengar kabar dari Tante Monica di Singapura, orang tuanya bercerai tanpa sepengetahuan Fhelisa, anehnya setiap Fhelisa tanya mereka selalu bilang baik-baik saja.

Sejak itulah Fhelisa hancur.

Fhelisa yang pendiam menjadi barbar, mudah marah, ngga suka basa-basi, dan suka kekerasa.

"Setidaknya lo buat mereka bangga dan menyesal."

"Ah, ngga guna. Buat apa? Hidup gua ya hidup gua, hidup mereka ya hidup mereka. Asal lo tau, rasanya sakit ngga dianggap ada dengan orang tua sendiri. Lo pikir gua selama ini kuat? Ngga gua lemah, cuma dengan berantem gua bisa melupakan beban gua," jelas Fhelisa panjang kali lebar.

"Gua ngerti apa yang lo rasakan, tapi lo harus mikir kedepannya. Kalo lo seperti ini terus kedepannya jadi apa?"

"Buat apa? Lebih baik gua senang-senang."

Nisa tahu pahit manis yang Fhelisa rasakan, ia ngga mau Fhelisa jadi jahat, ia mau Fhelisa jadi anak yang berguna untuk kedepannya.

"Sumpah yah, bicara sama lo buat gua capek!"

"Salah lo sendiri, gua ngga butuh omelan dari lo. Lebih baik kita pulang bersenang-senang."

"Gila lo, jam sekolah belum selesai." Kaget Nisa.

"Jijik, sok-sokan jadi siswi teladan. Biasanya juga ngajak bolos." Sindir Nisa.

"Haha__ gua niatnya mau tobat, tapi ada setan," kata Nisa menekankan kata setan.

"Jijik."

Perdebatan panjang berakhir. Mereka memutuskan untuk pulang melewati pintu tersembunyi, kalo ketahuan bisa-bisa dihukum.

Sepi, itulah yang menggambarkan suasana rumah Fhelisa, pembantu, satpam, dan tukang kebun,  pada pulang di waktu siang dan sore akan kembali.

"Lo ada bir?" Tanya Nisa pertama kali masuk kamar Fhelisa.

"Tenang ada."

"Serius lo?" Tanya Nisa ngga percaya karena setiap ia tanya Fhelisa jawab ngga ada tapi sekarang ada, semakin gila ini anak.

"Serius, semalam gua pesan dan malam itu juga datang, banyak loh 10 botol," katanya dengan santai.

"Gila, lo mau mati?"

"Maunya tapi misi gua belum selesai."

"Lo pikir, Lo punya nyawa cadangan."

"Tenang ngga usah khawatir," kata Fhelisa dengan muka polosnya.

"Terserahlah gua capek."

"Ah ngga asik. Mending kita ngerokok," ajak Fhelisa yang dapat anggukan kepala dari Nisa.

"Kuyy, pokoknya satu bungkus harus habis dalam waktu 1 jam, berani ngga?" Tantang Fhelisa.

"Siapa takut. Apa hukumnya kalo kalah?" Tantang Nisa ngga mau kalah.

"Teraktir bir selama satu minggu."

"Gua ngga setuju!"

"Loh kenapa? Kan enak," jawab Fhelisa seperti anak kecil umur 5 tahun.

"Mata lo enak. Lo pikir konsumsi bir tiap hari ngga bahaya, nanti lo mati gua yang salah."

"Ngga akan mati tenang."

"Enak banget lo bicara. Pokoknya gua ngga setuju!" Tegas Nisa.

"Cari hukuman lain," katanya lagi.

"Ah, ngga asik lo."

"Gua masih pengen hidup ngga kaya lo punya seribu nyawa."

"Oke-oke gua ganti. Bagaimana kalo klub malam?"

"Nah, gua setuju. Siapa tahu dapat PDKTAN baru," kata Nisa sambil tertawa kecil.

"Cowok lagi," sewot Fhelisa dengan mata sinis.

"Terserah gua dong, intinya bahagia."

"Alah bahagia, nanti juga nangis ngadu ke gua."

"Haha__ itu gunanya sahabat," kata Nisa tanpa dosa.

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now