BAB 23🌿

2.2K 104 0
                                    

Awalnya Fhelisa benci, marah, bertemu sama Arvin. Fhelisa pernah berkata," Ngga sudi ketemu anak Mami pembawa sial. Ia bertekat membunuhnya," tapi sekarang berbeda kalo Arvin pergi Fhelisa ngga punya teman debat dan kehilangan keluarga barunya untuk selamanya. Fhelisa ngga mau hal itu terjadi.

Bukannya Fhelisa punya perasaan, Fhelisa seperti punya Adek yang harus ia lindungi kapanpun itu.

"Fhelisa akan berusaha mengubah Arvin demi Mami," katanya sambil tersenyum.

Semoga Fhelisa ngga salah mengambil keputusan.

"Makasih sayang, Mami akan mendukungmu dari belakang. Semangat sayang," kata Delisa sambil memeluk Fhelisa dengan erat.

"Mami yakin kamu yang terbaik untuk Arvin," gumam Delisa dalam hati.

Delisa senang akhirnya Arvin dekat sama cewek, dan Delisa beruntung Arvin ngga salah milih teman. Penampilannya memang barbar tapi hatinya mulia.

"Ayo kita makan bersama," ajak Delisa sambil tersenyum manis.

"Tapi Mi... " belum selesai Fhelisa berkata Delisa lebih dulu memotongnya.

"Ngga ada tapi-tapian sayang, anggap saja ini rumah kamu sendiri."

"Fhelisa ngga enak. Fhelisa pulang saja Mami, Fhelisa ngga mau merusak kebahagian keluarga Mami," kata Fhelisa sambil menundukkan kepalanya. Sebenarnya Fhelisa mau gabung sama keluarga Arvin, tapi ia sadar bukan siapa-siapa di sini.

"Kasih kucing kalo ngga enak sayang."

"Mami, Fhelisa serius!"

"Sudah jangan serius-serius ingat kalian masih SMA!"

"Mami!"

"Cie___ pipinya merah."

Pipi Fhelisa merah, tentu saja. siapa yang ngga malu digoda seperti itu? walaupun Fhelisa ngga punya perasaan sama Arvin tetap saja ia malu, entah kenapa?

"Oh iya sayang, mana Arvin?" tanya Delisa baru menyadari anaknya ngga ada disekitar mereka.

"Arvin lagi tidur di kamar Mami, makanya Fhelisa tinggal ke bawah. Apa mau Fhelisa bangunkan?"

"Pantesan, boleh dong sayang. Soalnya Arvin kalo tidur, tidur mati."

"Pantesan Fhelisa ke bawah dia ngga sadar padahal baru berapa menit telelap."

"Jangan heran sayang, begitulah Arvin. Semakin lama kamu kenal, kamu akan paham semua kebiasan Arvin bersabarlah sayang."

"Iya Mami. Fhelisa bangunkan Arvin dulu."

"Iya sayang."

Fhelisa perlahan menaiki tangga, menghafal satu persatu ruang di rumah ini. Bukannya Fhelisa ngga sopan ia cuma menghafal yang ia lihat tanpa masuk ke dalamnya. Fhelisa masih ingat batasan kalo ia cuma orang asing di sini.

Sampailah Fhelisa di pintu warna coklat, perlahan Fhelisa membukanya. Orang yang pertama kali Fhelisa lihat masih tidur dengan nyenyak dibalik selimut tebalnya.

Langkah demi langkah Fhelisa mendekati Arvin," Ganteng juga ketika tidur," gumam Fhelisa tanpa sadar.

"Eh, mikirin apa gua?" Tanya Fhelisa ke dirinya sendiri.

"Arvin," panggil Fhelisa sambil menepuk-nepuk pipi Arvin, berharap ia cepat membuka mata.

Fhelisa ngga kuat melihat pemandangan di depan matanya. Kalo terus di dekat Arvin, Fhelisa ngga kuat melihat kegantengannya bisa-bisa Fhelisa beneran jatuh cinta sama Arvin. Fhelisa ngga mau benci menjadi cinta, cukup sebagai kakak adek ngga boleh lebih, itulah prinsip Fhelisa.

"Arvin bangun! Mami sudah nunggu kita di bawah."

"Ih, susah banget sih."

"Ayo Arvin bangun, nanti lagi tidurnya!"

"Hm," kata Arvin sambil menarik tangan Fhelisa.

Posisi Arvin yang di bawah sedangkan Fhelisa di atas badan Arvin. Fhelisa berusaha bangkit tapi Arvin menahannya.

"Pelisss, seperti ini dulu Arvin nyaman di posisi ini," katanya sambil menutup mata.

"Ogah, gua mau bangun kesihan mami di bawah. Ayo bangun!" kata Fhelisa seperti cacing kepanasan karena Fhelisa ngga suka di posisi sekarang. Fhelisa baru pertama kali sedekat ini sama cowok.

"Mami, ngga akan marah sayang."

"Sayang-sayang matamu peyang!"

Arvin ngga menjawab. Ia mempererat pelukannya, sesekali Arvin mencium pipi Fhelisa.

"Stop cium gua Anjing!" Murka Fhelisa, berbeda sama Arvin yang tersenyum bahagia.

Cup.

"Stop gua bilang anjing!"

Cup.

"Anjing!"

Cup.

"Arvin ngga suka cewek bilang kasar. Kamu lupa di sekolah tadi Arvin bilang apa? Oke, Arvin ingatkan kembali, setiap kamu berkata kasar Arvin akan mencium kamu!"

"An ...

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now