BAB 10🌿

4K 172 0
                                    


"Woy, bosen hidup Lo?"

"Minggir woy!"

"Kalo lo bosen hidup sana cari mobil lain jangan di mobil gua!"

"Aaaa__ Arvin mati,", katanya dengan mata tertutup. Ia belum menyadari mobil dengan kecapatan di atas rata-rata yang ia liat tadi berhenti mendadak di depan matanya.

"Gila ini orang, belum gua tabrak sudah teriak mati. Bosen hidup bilang bos supaya gua tenang nabrak lo," sinis Fhelisa.

"Sudahlah ngga perlu ngomel, lebih baik lo cek keadaan itu bocah," ujar Nisa sambil mengatur nafas.

Siapa yang ngga tegang diajak mati.

Fhelisa memang jago balapan dari SMP, difasilitasi uang dan kendaraan mewah membuat ia seenaknya menggunakan mau dalam hal negatif atau positif. Yang terpenting orang tuanya ngga mengetahui semua akan aman. Nisa sudah pasti tahu, tapi ia ngga pernah ikut balapan atau menemani balapan karena ia takut.

"Males banget, siapa dia? Gua ngga peduli."

"Lo ngga kesihan sama itu bocah? Coba lo liat kakinya gemetaran, sana datangin," usir Nisa dengan halus.

"Mau gemetaran, mau kencing di celana gua tetap ngga peduli. Lo ingat baik-baik dia yang mau bunuh diri jadi bukan salah gua!" Tegas Fhelisa ngga suka. Ia paling benci diminta tanggung jawab padahal bukan kesalahannya.

Kenapa ngga Nisa aja yang kesana? Pasti kalian berpikir seperti itu.

"Kalo lo kesihan sama itu bocah sana datangin jangan banyak bicara, dan jangan suruh gua!"

"Lo gila? Gua hampir mati karena lo dan lo suruh gua, ngga punya hati lo," sinis Nisa.

"Alay lo, cuma begitu aja lemah," kata Fhelisa dengan tenang tanpa memperdulikan perasaan Nisa.

Sekali batu akan tetap batu itulah perasaan Fhelisa.

"Lo bilang gua alay? Lo ngga mikir selama ini gua trauma balapan, lo lupakan semuanya."

Iya, Nisa punya troma sejak SMP kelas 1. Waktu dulu ia berlatih balapan dengan mantan kekasihnya, semakin hari ia semakin ahli mengendari roda empat. Semua lomba ia ikuti dari yang terlarang sampai yang resmi. Sampai di suatu kejadian ia menabrak orang hingga mati di tempat, sang kekasih pergi begitu aja tanpa menolong Nisa. Sampai akhirnya warga membawa Nisa ke kantor polisi, ia ditahan selama seminggu karena orang tuanya cepat mengurus semua masalah yang menimpa Nisa, dan sejak itu Nisa ngga pernah ketemu sama cowok brengsek.

"Astaga, maaf gua lupa," kata Fhelisa merasa ngga enak.

"Jahat lo!"

"Gua ngga sadar. Gua kangen balapan, lo tahu kan sudah lama gua ngga balapan."

"Gua tahu lo lama ngga balapan, tapi jangan ajak gua mati!"

"Sorry-sorry."

"Sudahlah ngga ada gunanya dibahas. Lebih baik Lo datangin itu bocah sana," usir Nisa.

"Sampai kapanpun gua ngga peduli."

"Datangi atau lo ngga gua maafin!" Ancam Nisa.

Kelemahan Fhelisa adalah ancaman Nisa, setiap Nisa ngamacam ia pasti nurut kalo ngga seperti itu ini anak tetap batu.

"Ngga asik lo mainnya ngancam."

"Sana Fhelisa, sebelum gua berubah pikiran," kata Nisa dengan senyum liciknya.

"Okey-okey, lo menang kali ini," pasrah Fhelisa sambil membuka pintu mobil dengan kasar.

"Semoga awal yang bagus," gumam Nisa dalam hati. Entah apa arti dari gumaman Nisa tersebut.

Dengan langkah kasar Fhelisa mendekat kearah bocah yang masih setia menutup matanya.

"Mami__ Arvin sudah mati. Arvin minta maaf belum bisa membahagiakan Mami, semoga kalian bahagia. Selamat tinggal dunia," teriak Arvin seakan-akan sudah tiada.

"Mami? Bocah ini manggil mami, gua ngga salah dengar," tanya Fhelisa dalam hati.

"Ganteng sih, tapi sayang anak mami," ejek Fhelisa dalam hati.

"Arvin sayang mami," katanya lagi.

"Woy sadar," teriak Fhelisa pas ditelinga Arvin.

"Aaaa__ sakit, bisa diam ngga?Arvin mau masuk surga jangan ganggu Arvin. Kalo mau masuk surga juga anteri dong."

"Gila ini orang."

"Enak aja bilang Arvin gila. Arvin masih waras buktinya Arvin mau masuk surga dan disayang Mami. Kamu ngga boleh iri," katanya seperti anak kecil.

"Woh sadar ini dunia bukan surga!"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now