1. Mengubah Cerita

33K 3.3K 52
                                    

Dingin

Dingin sekali. Apa aku lupa mematikan AC? Padahal ini seharusnya musim panas, kenapa aku bisa kedinginan?

Membuka matanya, awan hitam menggantung di atas. Angin dingin menderu, bersamaan dengan rintik air hujan yang menyentuh wajahnya. Rumah sederhana dari kayu berjajar. Lantai keras tempat ia berbaring tak lebih dari jalanan kotor. Udara di sekitar terasa pengap dan lembab. Matanya menangkap pemandangan kumuh tempatnya berteduh.

Dia pun bangkit dari tidur, mengucek matanya dan melihat sekeliling. Suatu tempat asing yang aneh. Tempat yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Beberapa orang tampak berbaring lemah, membiarkan tubuhnya diguyur hujan. Beberapa lagi ada yang mencari tempat berteduh.

Ada orang tua, anak-anak, dan orang dewasa.

Mereka seperti seorang tunawisma, gelandangan yang tak memiliki rumah dan hanya bisa tinggal di tempat kumuh seperti kolong jembatan dan gang-gang sempit.

Menunduk, dia melihat tangannya sangat kurus. Setiap ia menggerakkan jarinya, suara krak dari tulang-tulangnya terdengar mengerikan.

Melihat lebih banyak, tubuhnya sangat kotor. Pakaiannya lusuh, hanya berupa dress panjang kumal dan jubah penutup hasil memungut dari tempat sampah. Meraba wajahnya, dia menemukan bibirnya pecah-pecah dan tulang pipinya menonjol. Mengarah pada rambutnya, surai pirang begelombang panjangnya sepinggang terurai begitu saja.

"Dimana?"

Tidak tahu siapa yang ia tanyai, namun tak satupun jawaban ia dapatkan.

"Ini aku?!"

Tiba-tiba ia berteriak. Memekik melihat apa yang terjadi padanya.

"Tidak tidak, mari tenang terlebih dahulu. Tenangkan dirimu Sheriana Sirius, kamu harus tenang. Tidak boleh panik. Mari kita berpikir dengan kepala jernih."

Sheriana mengingat kembali apa yang terjadi padanya. Dimulai dari kamarnya, komputer, dan kopi. Dia ingat benar pada saat itu ia diserang oleh komentar dari pembacanya untuk melanjutkan web-novel yang ditulisnya.

Kemudian dia mengigat ada komentar yang mengutuknya untuk melanjutkan ceritanya. Tetapi karena ia tidak ingat secara rinci jalan cerita dari novel yang telah ia tulis 7 tahun lalu, dia pun memberi pendapat untuk menulis kembali ceritanya dengan jalan yang berbeda, tetapi tidak merubah poin utama dari cerita tersebut. Dia tahu bahwa pembacanya hanya tergila-gila dengan adegan dewasa yang ia jabarkan secara garing.

Belum sempat membaca jawaban pembaca atas pendapatnya, ia keburu tersedak kopi dan jatuh pingsan. Dan ketika terbangun, ia sudah berada di tempat kumuh ini. Tempat yang sangat asing, tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Gaya arsitektur bangunan dan bagaimana suasana di jalanan, Sheri sepertinya mulai paham dengan situasinya.

Dia telah bertransmigrasi ke dalam ceritanya sendiri!

Tetapi cerita yang mana?!

"Aku adalah penulis yang sudah menulis 50 novel dengan judul yang berbeda! Yang mana satu?!"

Sheri mencoba mengingat novel mana yang memiliki setting waktu dan tempat seperti ini. Dia telah menulis setidaknya 20 novel dengan latar belakang kerajaan ala khas Eropa. Akan sulit baginya menebak satu persatu.

Untuk memastikan dimana ia berada, Sheri memutuskan untuk bergerak. Kakinya tanpa alas kaki menapak. Dia berjalan menuju seorang anak kecil yang berlindung dari hujan di bawah kolong jembatan.

"Hai, boleh aku bergabung?"

Anak itu tampak waspada, dia menggigil kedinginan, namun kemudian dia mengangguk. Sudah sepatutnya untuk sesama tunawisma saling berbagi tempat perlindungan.

Calamity's Obsession ✓Where stories live. Discover now