36. Sumpah Kebenaran

9.3K 1.4K 115
                                    

Weekend 🥳
.
,
.



Kyree menutup mata Sheri.

"Tatapan matamu sungguh tidak senonoh, Pendeta Agung," cemooh Kyree. Dia memandang Alaric dengan wajah mengejek sekaligus sombong, menunjukkan betapa tidak sukanya ia dengan pendeta satu ini.

Tersenyum, Alaric menyeringai, "Duke Kyree Maximillian, singkirkan tangan anda. Saya sedang berbicara dengan Ius ku."

"Ius ku? Sejak kapan Sheri menjadi milikmu?"

Entah karena apa dua makhluk ini mulai berkelahi. Sheri menghela nafas lantas menyingkirkan tangan Kyree. Dia memarahinya.
"Diam disitu dan biarkan aku menyelesaikan urusanku. Paham?"

Meski enggan, Kyree pun kembali diam. Ia tetap berdiri di samping Sheri, berjaga pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Sheri pun kembali berfokus pada Alaric, menjawab pertanyaannya dengan penuh senyuman seperti biasa.

Makan nih ku punya senyum palsu! Rasakan haha! Kau pikir aku akan takut dan terdominasi?! Jika aku takut, takkan aku meludah di wajah Castiel!

"Aku yakin, Pendeta Agung. Hanya karena aku naik ke langit dan bertemu dengan Regis bukan berarti aku menjadi sangat istimewa. Aku hanyalah seorang gelandangan biasa yang mencari tempat perlindungan di kuil. Kebaikan kalian tidak akan pernah aku lupakan, aku juga tidak mau menodai reputasi kuil Sanctuary lebih banyak."

"Kamu sama sekali tidak menodainya, Sheri!" Azura memotong. Dia tampak sedih juga enggan menerima kenyataan atas apa yang sahabatnya katakan.

"Azura, aku tidak akan kembali bukan tanpa alasan. Baru-baru ini kabar bahwa aku menghina putera mahkota itu memang benar apa adanya, itu bukan kesalahpahaman. Aku memang menghinanya," ucap Sheri seolah tak menyesali perbuatannya.

"Ap-apa?"

"Terlebih," Sheri memulai berakting. Ia tampak malu-malu seraya melirik Kyree. "Aku... Aku sepertinya jatuh cinta dengan Duke Kyree dan ingin selalu bersamanya."

"Hahhh????!!!!"

Semua orang disana berteriak tidak percaya dengan pengakuan Sheri, kecuali Kyree yang dengan bangganya mengangkat dagu seraya tersenyum penuh kesombongan. Ia merasa menang, tampak bahwa pengakuan Sheri adalah apa yang paling ingin ia dengar meski ini adalah akting yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.

"Tunggu!" Alaric langsung memekik. "Apa demi cinta engkau mengorbankan kehidupanmu?"

"Apa demi keegoisan kau mengorbankan kemanusiaanmu?" Sheri bertanya balik. Ia tersenyum penuh percaya diri. "Jadi, aku kemari untuk mengumumkan bahwasanya aku bukan lagi bagian dari kuil ini. Terimakasih banyak atas segalanya, mulai sekarang aku akan tinggal bersama Duke Kyree."

Meyakinkan akting mereka, Kyree menarik pinggang Sheri lantas memeluknya dari belakang. Menimbulkan pemandangan tak senonoh yang bahkan akan membuat Yash berteriak dari Chambernya.

Sungguh apa-apaan dua makhluk tak tahu malu ini?!

"Ius..." Tampak sangat jelas Alaric berusaha menahan emosinya yang meluap-luap. "Aku bertanya sekali lagi... Apa kamu yakin dengan keputusanmu ini?"

Ini dia, ini adalah moment yang paling ditunggu-tunggu. Alaric mengeluarkan sebuah bola hitam dari sakunya. Ia menunjukkan bola ingatan kepada Sheri, alat terakhir yang akan menjadi kunci keputusannya. Para pendeta langsung dibuat penasaran dengan isi bola ingatan tersebut dan bagaimana Pendeta Agung memilikinya.

Dari sinilah Sheri akan mengambil alih. Bagian Kyree sudah selesai sehingga dia pun juga tidak tahu apa yang akan Sheri lakukan dan rencana seperti apa yang ia jalankan saat ini. Kyree percaya pada Sheri, sehingga dia pun bersiap di sampingnya, siap melakukan apa saja yang diperintahkan oleh wanitanya.

Calamity's Obsession ✓Where stories live. Discover now