35. Kembali ke kuil

10.1K 1.5K 55
                                    

Seperti yang sudah Sheri perkirakan, dua hari kemudian, pasukan ksatria suci berjejer di depan mansion Duke Maximilian. Lengkap dengan baju zirah dan tombak pedang, mereka siap bertempur berperang demi kebenaran serta menjalankan perintah suci dari Pendeta Agung. Mereka berdiri tegak menunggu dengan sangat patuh aba-aba dari pemimpin mereka, Helios.

Tentu saja hal tersebut langsung menjadi perbincangan hangat di seluruh ibukota. Ratusan pasukan ksatria suci berdiri di depan mansion sang Duke monster untuk menjemput kembali orang suci mereka.

Dan orang suci yang dijemput itu pun rupanya masih dengan tenang bangun dari tidurnya. Ia meregangkan otot-otot tubuh dan mencengkeram pinggangnya.
"Ah pinggangku... Aku ini masih muda, adududuh."

"Mmhh, tidurlah lagi." Sebuah tangan melilit pinggang Sheri, menariknya untuk kembali tertidur. Tangan itu tak lain adalah tangan Kyree yang masih terlelap. "Biarkan mereka."

"Semakin cepat masalah ini selesai, semakin cepat kita bisa kembali tidur. Sekarang bangun, ayo kita temui mereka," jawab Sheri seraya melepas tangan Kyree dari perutnya. "Ugh, jangan mengeratkannya!"

"Kenapa mereka harus datang disaat tidak tepat, huh... Aku ingin membinasakan mereka."

"Tidak boleh. Tidak boleh main asal bunuh hanya karena kamu tidak menyukai mereka. Sekarang biarkan aku bangun, mari kita selesaikan sesuai rencana."

Sheri tahu jika Kyree serius meski nadanya terkesan bercanda. Dia itu monster gila. Jika ia mengatakan akan membinasakan mereka, maka detik selanjutnya Sheri mengiyakan, maka para ksatria suci itu tinggal menjadi mayat. Dengan begitu, Sheri harus tenang untuk meminta Kyree bangun dari tidurnya, lantas menemui mereka.

Meski enggan, Kyree akhirnya bangun. Ia tidak memperdulikan pasukan ksatria suci itu menunggu berapa lama. Yang paling utama didahulukan adalah Sheri. Ia menggendong wanitanya ke kamar mandi, mandi bersama untuk menghemat waktu sekaligus membantunya mandi, kemudian menyuapinya sarapan, dan dikenakannya pakaian layak. Tak lupa Sheri dirias dengan baik untuk menyembunyikan beberapa bagian bekas malam panasnya dengan Kyree.

"Mengapa dia harus didandani sangat cantik? Apa kamu mau membuat para ksatria suci itu menyukainya?" Kyree berucap dengan aura membunuh yang sangat kental, aura tidak suka melihat Sheri didandani sedemikian rupa.

Para pelayan tercekat, diam membeku sambil saling lempar pandang, bingung memutuskan apakah harus menyelesaikan dandanan Sheri atau mengikuti permintaan Kyree untuk berhenti.

"Kyree," panggil Sheri. "Aku berdandan seperti ini untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Duke Kyree Maximillian memperlakukanku dengan sangat baik. Dia memberiku kehidupan nyaman tanpa kekurangan satu apapun. Ini juga menunjukkan bahwa dia menjagaku serta memenuhi segala kebutuhanku. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa kamu bukan Tiran bengis atau sosok monster Calamity. Kamu ya kamu, hanya seorang laki-laki hebat bernama Kyree Maximillian."

Mendengar jawaban tersebut, Kyree terhenyak. Seketika senyum dibibirnya merekah. Ia pun mendekat, memutar kursi Sheri lantas berlutut di hadapannya dan mencium kedua tangannya.
"Mengapa kamu sangat manis? Aku sampai tidak ingin mereka melihat betapa manisnya dirimu."

Mau dilihat berapa kali pun, para pelayan dan bahkan Glen sendiri belum terbiasa dengan pemandangan tuan mereka yang begitu jinak dihadapan seorang wanita! Apa yang dilakukan Kyree saat ini diluar imajinasi setiap orang yang ada disana.

Mereka sudah terbiasa melihat sosok tegas nan bengis, kejam tanpa emosi, dan dingin tanpa ekspresi. Semua kekejaman dan kegelapan tampak berkumpul menjadi satu dalam diri Kyree. Kemanapun ia melangkah, dimanapun ia berada, hanya ada aura kegelapan dan kematian di setiap langkahnya.

Calamity's Obsession ✓Where stories live. Discover now