19. Keputusan Akhir

16.1K 2.3K 52
                                    

Pagi hari

Setelah memakan sarapannya, Sheri diberi pakaian terbaik untuk memberi keputusan di pengadilan suci yang sempat tertunda akibat dewa Regis memanggilnya ke langit.

Para pelayan yang mempersiapkan Sheri untuk berdandan tak kuasa menahan rasa penasaran mereka. Mereka curi-curi sedikit rambut yang jatuh dari sisir ataupun menyentuh kulitnya secara langsung, seolah mereka akan mendapatkan kehormatan dan berkat dari Regis jika menyentuh Sheri.

Sebuah spekulasi aneh yang membuat Sheri mematung pasrah saja diperlakukan seperti apa oleh para pelayan.

Matahari mulai meninggi, ia selesai berdandan. Dengan lentera kuno pemberian Sirius di tangannya, Sheri pergi ke aula utama kuil untuk memberikan keputusan terakhir. Dikawal oleh ksatria suci tingkat elit dan beberapa pelayan wanita, Sheri merasa dia diperlakukan terlalu istimewa. Dia merasa tidak enak dengan semua ini.

Pintu aula terbuka, para pendeta menyambutnya dengan hangat dan penuh hormat. Sejenak, Sheri melihat semua bangku di dalam aula sudah penuh.

Ada juru tulis, wartawan, utusan kaisar, para pendeta yang sudah tua, Pendeta Agung terdahulu, dan beberapa bangsawan dari seluruh kekaisaran Alexandria. Dan di sana, melambaikan tangannya dengan satu tangan, pakaiannya bersih dan wajahnya manis, adik kesayangannya, Eldo memberinya semangat.

Sheri tercekat. Di bawah patung Regis, berdiri sang Pendeta Agung Alaric, dengan dua pengawal setianya, kemudian ada ibu pembela dari kedua kstaria suci, dan Duke Kyree Maximillian berdiri sendiri menghadap patung dewa. Punggungnya yang lebar tak bergeming sedikitpun. Dia berdiri kokoh, sama seperti hari dimana ia berdiri di tengah ibukota.

Entah mengapa gambaran Kyree yang berdiri sendiri di bawah guyuran hujan melintas di benak Sheri. Rasanya seperti deja Vu. Dua kali, dua kali ia akan menyelamatkan kehidupan menyedihkan itu.

Rasanya aneh menyembah diri sendiri (⁠ ̄⁠ヘ⁠ ̄⁠;⁠)
Lagipula patung Regis tidak memiliki ukiran wajah yang jelas, jadi aku tak perlu khawatir mereka tahu tentang kebenarannya!

Sheri memantapkan hatinya. Dia pun melangkah, meraih tangan Azura yang menemaninya. Azura menjadi pembimbingnya, ia membantu Sheri sampai di depan patung Regis.

Tatapan mata mereka bertemu. Kyree dan Sheri.

Alaric membuka acara dengan pidatonya. Lantas tanpa menunggu lebih lama, ia langsung menyampaikan inti dari acara hari ini.

"Berdiri di sini, pihak korban dari pengadilan suci, sosok yang mendapatkan kesempatan istimewa bertemu langsung dengan dewa Regis, dan sosok yang akan memberikan keputusan akhir. Saudari Sheriana Sirius, keputusannya mutlak, tidak akan ada yang menggugat keputusannya, karena dewa Regis sendiri yang memberinya mandat untuk memberi keputusan akhir."

Semua orang mengangguk setuju, mereka bersumpah dan berjanji tidak akan meragukan keputusan Sheri meskipun keputusan tersebut dirasa kurang pas bagi mereka.

Setelah semua dikondisikan, Alaric mendekati Sheri dan menyentuh tangannya pelan. Jika dilihat dari kejauhan, tampak sang Pendeta Agung tengah memberi dukungan kepada gadis tersebut, tetapi bagi Sheri, Alaric sedang berbisik kepadanya dalam suara yang rendah sambil tersenyum.

"Pendosa harus dihukum, bukankah kamu setuju? Dia akan membinasakan dunia ini dengan kehancuran. Aku percaya kepadamu, keputusanmu pasti bijak. Kamu akan membawa perdamaian dan keadilan untuk semua orang."

Sheri tersenyum, "Tentu saja, tidak perlu risau."

Kau tidak perlu risau karena apapun yang kamu harapkan tidak akan terjadi (⁠•⁠‿⁠•⁠)

Calamity's Obsession ✓Where stories live. Discover now