10. Pendeta Agung

20K 2.6K 48
                                    

Suara yang menjawabnya terdengar asing. Sheri menjadi ragu sejenak.

Apa Kyree sakit tenggorokan? Aku seharusnya membawa apel.

Berpikir demikian, Sheri merasa konyol karena menganggap Kyree bisa jatuh sakit. Mana mungkin orang sekuat itu bisa sakit. Lantas siapa gerangan yang menjawabnya?
Suara orang tersebut serak tetapi jelas. Suara yang belum pernah Sheri dengar sebelumnya.

Orang di dalam ruangan itu juga memberinya jawaban ‘masuk’ bukan ‘siapa kamu?’
Jika itu orang normal, maka ia seharusnya bertanya identitas sang pengetuk terlebih dahulu.

Lama merenung, Sheri tenggelam dalam pikirannya sendiri tanpa menyadari pintu di depannya sudah terbuka. Dia mendongak, melihat sang pembuka pintu adalah laki-laki berkulit putih dengan rambut panjang seperti samudera dan mata sebiru langit.

Dia cantik. Kecantikan yang hanya pernah Sheri lihat pada wajah sang pemeran utama Azura.

Pakaian laki-laki itu seperti pendeta, tetapi sedikit lebih mewah dan besar. Dia tinggi, juga senyum di wajahnya sangat menawan. Wibawa lembut dan rasa damai terpancar dari sosoknya yang cantik.

“Azura?” tanpa sadar bibir Sheri terucap. Namun dengan cepat ia membungkam bibirnya kaget. “Oh tidak, tidak mungkin Azura berubah menjadi laki-laki. Tapi... Tapi apa itu mungkin?! Azura? Kamu berubah menjadi laki-laki?!”

Spekulasi bodoh itu disambut tawa renyah dari sosok yang dihinanya tersebut.
“Kamu lucu sekali, seperti yang Azura ceritakan.”

“Azura... Bercerita tentangku?” Sheri menyudahi kekonyolannya. Dia kemudian melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki lantas membuat kesimpulan. “Ah! Pendeta Agung?!”

Wajah Sheri seketika memerah saat Pendeta Agung muda itu menjawabnya dengan senyuman. Dia serasa ingin mengubur dirinya sendiri dan bersembunyi selamanya. Sheri merasa benar-benar sangat malu saat ini.

“B-baiklah, s-s-selamat siang, saya pergi dulu,” ucapnya terbata-bata canggung. Sheri berbalik dengan cepat dan hendak mengambil langkah seribu ketika tiba-tiba Alaric memanggilnya, membuatnya mau tak mau harus mengurungkan niat kaburnya.

“Kamu Sheri bukan? Azura bercerita banyak tentangmu. Mari, masuklah, aku juga tengah menunggumu,” jawab Alaric masih dengan senyumnya, mempersilahkan Sheri untuk masuk ke ruangannya.

Apa sopan bagiku menolak ajakan Pendeta Agung?(・⁠_⁠・⁠)

Ini bukan tujuannya datang kemari. “Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu waktu Pendeta Agung, saya sedang mencari Chamber tempat Duke Ante ditahan. Apa sekiranya anda mengetahui tempatnya?”

Wajah Alaric tetap tersenyum, tetapi ada jejak kekecewaan dalam suaranya. “Takdir yang menuntun kita untuk bertemu. Saya tengah menunggu anda di sini.”

Sheri rasa tidak ada salahnya untuk mampir sejenak. Lagipula yang menyambutnya adalah kakak Azura, Priestess baik hati yang menolongnya dalam kesusahan. Tidak baik bagi Sheri untuk menolak tawaran dari orang yang berkerabat dengan penyelamatnya.

Dia pun masuk ke dalam ruangan tersebut.
Jika ditinjau dari apa yang Alaric katakan, dia sedang menunggunya. Itu berarti Alaric tahu bahwa mereka akan bertemu. Hal tersebut menjelaskan mengapa Pendeta Agung bisa berada di tempat seperti ini.

Ruangan itu cukup besar dengan rak-rak buku disepanjang tembok yang membentang luas. Seperti perpustakaan, namun sangat tersembunyi.

“Um... Apa yang sekiranya Pendeta Agung ingin bicarakan dengan saya?” tanya Sheri lirih. Dia menduga bahwa Alaric memang sengaja menunggunya untuk bertemu.

Calamity's Obsession ✓Where stories live. Discover now