11. Masa Lalu

19.6K 2.4K 8
                                    

Kecupan ringan itu membelakkan mata Sheri. Ia terkejut bukan main kala bibir ranum merah seperti buah apel itu menempel pada dahinya, ia terpaku. Tiba-tiba saja ingatannya mengirim gambaran pada malam dimana Kyree mengecup bibirnya.

Dia mendapat kecupan dari dua pria tampan dalam waktu berdekatan! Apa-apaan ini?!

Pikiran itu langsung sirna tanpa membiarkan Sheri untuk tersipu. Pikirannya digantikan dengan rasa kantuk dan pusing disaat bersamaan bibir Alaric ditarik dari dahinya. Bibir itu kemudian tersenyum, mengirim gambaran cantik dari sosok dengan mata biru seperti langit tersebut.

Pandangannya buram, kemudian ia jatuh tertidur. Alaric dengan sigap menangkapnya, mendekap kepala Sheri menuju dadanya dan mencium ujung kepalanya sebagai bentuk ketulusan yang mampu ia berikan.

"Aku tidak rela engkau melupakanku begitu saja. Tidurlah, dan ingat aku, Ius."

~×~

Jalanan kumuh diperparah dengan salju menggunung di setiap tempat, membuat akses jalan terganggu. Jalan licin sudah memakan banyak korban. Banyak yang mengumpat dan mengutuk jalanan licin tersebut kecuali seorang anak kecil berambut pirang yang berlari dengan roti panas di tangannya.

Dia berlari sangat kencang, meluncurkan kaki mungilnya pada jalan licin. Di belakang sang anak terlihat seorang laki-laki dewasa dengan celemek dan rol roti di tangannya. Wajahnya merah padam tanda ia marah, ia berteriak keras dan memaki, mengeluarkan kata-kata kotor yang tak seharusnya didengar oleh anak kecil.

"Haha! Tangkap aku jika kau bisa! Weekkk!" Anak itu malah mengejek, membuat laki-laki itu tambah marah.

Dengan jalan licin sebagai teman hidupnya, anak itu berhasil melesat dan lolos dari kejaran sang pemilik roti yang dicurinya. Dia kemudian berbelok di gang sempit nan kumuh. Ia merasa sudah aman karena paman itu tak lagi mengejarnya, namun siapa sangka tiba-tiba ia mendengar suara gonggongan anjing.

Dua ekor anjing pemburu yang ganas mengejarnya.

"A-anjing!! Jangan kejar akuu!!!"

Seketika ketakutan merambat ke seluruh tubuhnya. Dia sangat membenci anjing. Ia pun berlari sekuat tenaga, mendorong siapapun yang menghalangi jalannya, tidak peduli dengan apapun, ia hanya ingin menghindar dari kejaran anjing gila itu. Dia takut.

Matanya dengan jeli melihat sekeliling untuk mencari tempat bersembunyi. Beruntung, ia menemukan sebuah pohon untuknya berlindung. Dengan tubuhnya yang sudah sangat terlatih, ia memanjat pohon dengan roti panas yang beralih ke mulutnya.

Sampai di atas pohon, dua anjing pengejar itu tak bisa memanjat, mereka hanya bisa menggonggong di bawah dan berusaha memanjat dengan dua kaki depannya.

"Hahaha! Weekkk!! Kalian tidak bisa naik kan! Haha! Roti ini milikku!"

Dengan bangganya anak itu memakan roti hasil curiannya. Pakaian lusuh, tubuh kotor juga bau, anak itu memakan roti panas mengepul sebagai satu-satunya makanan yang masuk ke dalam perutnya setelah 3 hari. Dia makan dengan lahap, tidak peduli ia akan tersedak sampai mati, dia hanya ingin melahap roti itu sampai habis.

Rasa senang membanjiri hatinya kala roti hangat itu sudah masuk ke dalam perutnya dengan sempurna. Meski tidak sampai membuatnya kenyang, itu sudah menjadi hal paling baik yang terjadi padanya sejak musim dingin.

Musim dingin adalah musim dimana ia berjuang mati-matian untuk hidup. Biasanya ia akan menunggu dengan patuh di tempat pembuangan sebuah kedai makanan untuk memungut sisa-sisa yang ada. Namun sayang sejak musim dingin, banyak kedai makanan yang tutup.

Calamity's Obsession ✓Where stories live. Discover now