12. Identitas Sirius

18.6K 2.4K 22
                                    

Mulai hari itu, Freya tinggal bersama Sirius. Mereka berdua menjadi kakak-adik sementara sebagai ikatan untuk menunjukkan keakraban keduanya. Freya sendiri tidak memiliki banyak pilihan karena ia berada di wilayah asing dengan perbekalan yang sudah habis. Tidak ada sisa koin untuk melanjutkan perjalanan.

Kehidupan baru yang penuh dengan tantangan, kejahatan, dan semangat bertahan hidup membuat Freya mau tak mau harus beradaptasi dengan cepat.

Ia juga dikejutkan dengan kenyataan tentang bagaimana Sirius mendapatkan makanan dan uang. Gadis cilik penuh energi itu melakukan segala cara untuk mengisi perut mereka setiap hari. Baik itu mencuri maupun bekerja sebagai pembantu.

Bagi Freya yang tumbuh dan dididik dalam lingkungan kuil yang baik, tindakan Sirius sangat tidak dibenarkan. Dia pun juga harus berulangkali tercengang kala melihat maraknya pencurian, perjudian, orang mabuk, dan tindakan asusila terjadi di mana-mana.

Awalnya ia masih sangat fanatik dan membatasi diri, namun kemudian ia sadar tentang kerasnya dunia yang ia tinggali saat ini.

"Jika tidak melakukan ini, kita tidak akan makan. Tenang saja, kamu tidak akan berdosa, aku yang mencuri, biarkan nanti tanganku saja yang dipotong, kamu tak usah risau," jawab Sirius sambil tersenyum ceria setelah ia berhasil mencuri dua potong roti setengah berjamur dari toko bakery. Hukuman untuk pencuri yang tertangkap adalah dipotong tangannya. Sirius sadar akan konsekuensi itu.

Romana adalah kota yang taat. Ketaatan yang bahkan kuil Sanctuary sendiri merasa bahwa mereka menjadi sangat fanatik. Setiap bentuk kejahatan akan diadili dengan hukuman yang sangat berat.

Ajaran dan kepercayaan yang selama ini diajarkan oleh gurunya membuat Freya tertampar kenyataan kala ia diusir saat meminta bantuan ke kuil di ibukota. Dia secara kasar diusir oleh mereka karena dianggap kotor dan pendosa.

Hal tersebut membuka mata Freya yang sempat buta. Kuil tempat berlindung bagi mereka yang terbuang rupanya tak menyambutnya. Satu tempat yang bisa ia jadikan sebagai rumah, ternyata berisi orang-orang fanatik yang menganggap orang diluar mereka itu sampah dan tidak layak mendapat pertolongan.

Freya juga awalnya merasa jijik dan tidak suka atas perbuatan Sirius. Namun lama kelamaan ia menjadi paham sehingga ia pun lantas terdiam.

Setelah melihat bagaimana kerasnya dunia ini, Freya merasa sangat bersyukur ia pernah tinggal di kuil. Disana tempatnya bersih, hangat, dan nyaman. Ia bisa makan tiga kali sehari, ia diajari oleh guru yang sabar, kemudian dia juga bisa tidur dengan nyenyak dan nyaman.

Jika dibandingkan dengan kehidupan Sirius, kehidupannya dulu benar-benar sangat mewah.

Dari sanalah Freya beradaptasi dengan cepat. Dia tetap taat menggenggam ajaran dari kuilnya sehingga ia pun belajar menguasai kekuatan suci secara otodidak. Sirius lah yang menjadi objek percobaannya. Gadis cilik itu selalu pulang dengan bekas luka baru sehingga Freya harus terus mengobatinya setiap hari.

Tak butuh waktu lama, dengan tekad dan semangat yang membara, Freya mampu menguasai kekuatan suci pada tingkat dasar. Itu sudah cukup baginya untuk menawarkan jasa penyembuhan.

Setiap pagi hingga sore ia akan menawarkan jasa penyembuhan di jalanan kota sambil mengawasi Sirius, takut jika anak itu membuat keributan. Sirius sendiri juga melakukan pekerjaan dengan baik sekaligus mengawasi Freya, berjaga-jaga jika ia pingsan lagi karena menggunakan kekuatan suci.

Tanpa terasa, satu tahun berlalu. Uang yang dikumpulkan sudah lebih dari cukup untuk perjalanan dua orang sekali jalan menuju kekaisaran Alexandria.

Malam itu di tenda kecil mereka di bawah jembatan, Freya sedang menghitung koin yang telah ia kumpulkan bersama Sirius.

Calamity's Obsession ✓Where stories live. Discover now