sebelas

22.6K 1.2K 17
                                    

Tanpa persiapan Leander segera bergegas untuk pergi ke lokasi yang dikatakan orang yang di temuinya tadi, tentang dimana keberadaan seorang anak laki-laki yang mirip dengan adiknya, dan juga anak yang dicurigai merupakan adiknya yang menghilang. Walau masih ragu tapi tidak ada salahnya memastikan kan.

Jika memang benar anak laki-laki itu adalah adiknya yang sedang menyamar. Maka sungguh pintar dirinya bersembunyi selama ini hingga para Anderson serta seluruh bawahnya yang mengobrak-abrik seluruh kota dan negara tak bisa dan kesulitan menemukan nya.

Benar satu ucapan yang mengatakan 'jika ingin bersembunyi dari musuh, tempat teraman adalah didekat musuh itu berada.' Adiknya bahkan masih berada di kota yang sama dengan nya dan keluarga selama ini. Tapi kami tidak menyadarinya. Entah kami yang lemah atau dia yang terlalu pintar bersembunyi.

"Shit. . . dia benar-benar berhasil mempermainkan kami selama ini." umpat Leander kesal sembari mengemudikan mobilnya lebih cepat.

"Siapa yang berada di balik Fairy selama ini, mustahil anak sekecil dia bisa melakukan semua itu." lanjut Leander dengan pikiran yang kacau.

"Pulau seribu ya? Harus dari pulau mana aku mencarinya dari banyaknya pulau di sana. Aku tidak bisa mengerahkan orang suruhan untuk untuk ikut mencari atau Fairy akan menyadari nya dan kembali kabur lagi, dan itu sesuatu yang harus dihindari nya." monolog Leander menilai situasi.

"Aku akan menghubungi mereka untuk mengatur strategi rencana penangkapan kelinci liar itu." ucap Leander mengambil ponselnya dan menghubungi papa dan ketiga saudara nya. Untuk mengatur strategi.

"Lihat saja kau kelinci manis yang nakal, jika kau tertangkap nanti sangkar emas menantimu." senyum smirk Leander penuh tekad.

"Kav, aku kasbon dulu sama kamu boleh yak? Ntar papa pulang baru bayar." tanya Rionel tiba-tiba pada Kavian yang sedang menikmati  kelapa muda. Kavian merespon dengan menatap Rionel aneh.

"Kere kau Onel?" sahut Ares kepo.

"Jatuh miskin kau Onel?" tanya Fairy juga tak kalah kepo.

"Nama aku Rionel, jangan panggil Onel woy." Protes Rionel. "gak lah masih sultan aku mah." lanjutnya lagi pongah.

"Lah terus kenapa mesti hutang?"

"Gak malu apa sultan kok ngutang!"

Cibir Fairy dan Ares mengejek Rionel.

"Sorry ya... Ini tu gara-gara mama." bantah Rionel.

"Lah apa hubungannya." saut Kavian.

"Itu si mama. Pelit banget aku minta beliin sepeda yang mau kita beli itu loh, mama gak mau, Katanya. 'buat apa beli sepeda mahal-mahal begitu pake yang limited edition segala, buang-buang uang, beli yang biasa aja sama-sama diengkol ini.' gitu katanya. Mama mah gitu pelit banget kalo minta apa-apa pasti di omelin dulu baru dikasi sama mama. Beda kalo sama papa mah enak, minta apa aja pasti langsung di kasi, tinggal sebut aja mau apa." keluh Rionel panjang lebar.

"Lah terus kenapa gak minta sama papa?" tanya Kavian heran.

"Itu dia papa lagi gak ada, lagi keluar negeri ada kerjaan, makanya aku mau utang dulu sama kamu  Kavian. Malu lah masa aku sendiri yang besok ke sekolah gak pake sepeda samaan kayak kalian." keluh Rionel lagi. Ketiganya menatap prihatin Rionel.

"Ditelepon lah Onel, trus minta transferan sama papa mu." usul Fairy bijak.

"Gak bisa mama sengaja nyembunyiin ATM aku, jaga-jaga kalau aku nekad beli sendiri katanya." jawab Rionel lesu.

"Kasian.... anak tiri kali kamu Onel." ucap Fairy kalem, membuat Rionel yang mendengar jadi kesal.

"Hahahaha iya, atau anak angkat mungkin." ejek Ares juga tak mau kalah menistakan Rionel.

"Nemu di dalam kardus." saut Kavian ikut mengejek Rionel. Lalu ketiganya kompak tertawa ngakak, melihat raut wajah Rionel yang sudah merah karena kesal.

"Asu," umpat Rionel kesal melempari mereka dengan batok kelapa sisanya minum. Yang langsung sigap di hindari oleh mereka. "Kalian ya kalo ngebully aku pada kompakan." sungut Rionel makin kesal pada mereka tidak ada tanda-tanda akan berhenti menertawakan nya.

"Onel aku kan ada pesan paket, udah mau dua Minggu kok gak nyampe-nyampe?" tanya  Fairy memulai pembicaraan kembali setelah mereka berhenti tertawa. Kavian dan Ares hanya menyimak.

"Mana ku tau, kok tanya beta?!" jawab Rionel acuh yang kini sudah fokus dengan game di ponselnya.

"Ya mesti tanya kau lah, gimana sih?! Expedisi pengiriman kan punya bapak mu Onel, ya mesti tanya kau lah kok bisa pelayanannya gak memuaskan gini, seharusnya begitu pesan langsung di kirim." sungut Fairy berkomentar, dengan keluhannya sebagai konsumen yang menggunakan pelayanan kurir.

"Ya gak gitu konsepnya bego." seru Rionel kembali kesal. Seketika menghentikan permainannya. "Paket telat sampai kok ngeluhnya ke aku, kan bukan aku yang ngantar paketnya." lanjut Rionel menampik keluhan Fairy.

"Kan aku benar tanyanya ke kamu Onel, sebagai yang punya ekspedisi kenapa pelayanannya tidak memuaskan." debat Fairy lagi tidak mau kalah.

"Tapi....__

Bantahan Rionel terpotong karena sautan Ares. "Verro benar Onel, sebagai pihak ekspedisi kau harusnya mengutamakan kepuasan pelanggan, karna tanpa pelanggan kau bukan apa-apa." katanya mengingatkan.

"Ahhkk....dah lah, males aku debat sama kalian. Pada kompak kalo ngebully aku." gerutu Rionel malas menanggapi lagi.

"Lah intan payong ngamok."

_________

Anderson menegakan badannya, ketika benda pipih diatas meja kerjanya bergetar. Menandakan adanya panggilan masuk. Nama Leander  tertera dilayar. Segera Anderson menggeser layar untuk menerima panggilan.

"Ya Lean." sapanya begitu panggilan terhubung.

Leander di sebrang sana menjelaskan singkat tujuan nya menghubungi .

"Apa kau yakin?" tanyanya memastikan dia masih tidak percaya.

" . . . . . "

"Kita kumpul dan akan bahas malam ini."

" . . . . . ."

"Kenapa tidak bisa? Kau dimana?"

. . . .  

"Aku akan menyusul kabari juga yang lain."

Tut. . . panggilan berakhir.

"Alando, siapkan helikopter kita akan menyusul Leander. Dia mengatakan bahwa dia mungkin mengetahui keberadaan lokasi putri ku." perintah nya pada Alando yang baru saja memasuki ruangan dengan berkas ditangan nya.

"Tapi tuan kita akan ada pertemuan penting sepuluh menit lagi." bantah Alando mengingatkan tuanya.

"Batalkan saja, pertemuan itu tidak Lebih penting dari putri ku." jawab Anderson acuh, sembari bergegas keluar ruangan untuk menuju lantai paling atas gedung kantor nya. Tempat helliped milik nya berada.

"Tunggu apa lagi? Cepat Alando!" seru Anderson keras pada Alando yang masih diam di tempat. Memikirkan proyek yang berjumlah milyaran yang akan dilepaskan tuanya.

"Ah. . .Baik tuan."




Hai aku kembali ni !!

Semoga suka ya

Jangan bully ya suhu aku masih junior.

Gak lama lagi Fairy bakal ditemukan tu kayak nya.

Buat kalian yang udah mampir dan ngasih dukungan Vote, makasih kalian baik banget

Bay...bay

Fairy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang