Empat puluh dua

5K 321 17
                                    

"Bos... kita ada masalah. Kau harus datang keruang bawah tanah segera." sebuah suara kasar terdengar melalui panggilan, sesaat setelah Dikra menjawab panggilan tersebut.

"Aku datang." jawab Dikra pada asisten nya Eros, yang mengurus dan menghandle segala sesuatu yang berkaitan dengan bisnis gelapnya, selama ia dalam masa penyamaran. Dari Suara Eros yang terdengar gugup  itu memberitahukan bahwa ada sesuatu hal yang sangat buruk, Eros adalah bajingan yang tangguh dan jika ada sesuatu yang membuat nya gusar maka itu adalah sesuatu yang besar, sesuatu yang tentunya tidak Dikra sukai.

"Dikra, bangkit dari duduk dan keluar dari kamar, tiba di lorong gelap menuju ruang bawah tanah yang dilewatinya Dikra disambut beberapa anak buah nya yang menundukkan kepala mereka sebagai tanda hormat padanya, meskipun Dikra masih terlalu muda sebagai pemimpin mereka, Dikra mendapat rasa hormat dari mereka semua.

Suasana dilorong terasa kaku, langkah Dirka bergema di tengah kesunyian, bersiap menghadapi sesuatu yang menunggu nya.

Saat Dikra membuka pintu, orang pertama yang ia lihat adalah Eros, yang bersandar di dinding dengan kepala tertunduk, dia tampak bingung dan tenggelam dalam pikirannya, hingga tak menyadari Dirka yang telah tiba dan memasuki ruangan, Dirka berdehem dan Eros segera mendongak.

Wajahnya memerah terlihat jelas ia tengah marah. "Bos ini buruk." Kata Eros sambil menunjuk ke arah ruangan. "Lihat lah aku sudah mengamankan nya. " lanjut nya lagi.

Dikra mengangguk, dan bergegas menuju ruangan yang dimaksud, berjalan memimpin sedang kan Eros tertinggal beberapa langkah dibelakang.

Saat memasuki ruangan Dikra menemukan seorang pria dewasa yang memar dan berlumuran darah diikat ke kursi yang ditempatkan ditengah ruangan kosong. Ada lima anak buah Dikra berdiri disekeliling nya. Mereka adalah orang-orang dengan kemampuan hebat yang ditunjuk Dikra langsung.

Dikra tidak mengenali tawanan itu, tetapi ketika dia melihat kearah Dikra, matanya dipenuhi ketakutan. Saat Dikra mendekat, wajah nya yang pucat berubah kesakitan. Orang itu menggeliat di kursi ketika Dikra berhenti didepan nya.

"Apa yang sedang terjadi?" suara Dikra menggelegar di seluruh ruangan, Dikra tidak mengalihkan pandangan dari pria itu tapi saat ia melihatnya tersentak, kepuasan menjalari tubuhnya, memang sudah sebaiknya keparat itu ketakutan.

Eros berjalan mengelilingi Dikra sehingga dia berdiri dibelakang pria itu. Dia menjambak rambut tawanan itu dan menarik nya dengan kuat hingga lehernya tersentak kebelakang dengan rasa sakit, pria itu menjerit kesakitan dan mulai memakai dirinya.

Dikra mengalihkan pandangan dari tawanan yang babak belur itu, untuk menatap meminta penjelasan pada eros.

"Keparat itu menghianati kita, aku mendengarnya membocorkan informasi melalui telepon kepada musuh, orang Italia sialan itu, dia bekerja untuk mereka." geram Eros.

Dikra menatap pria itu yang memejamkan mata, menolak menatap padanya, kemarahan yang menguasai tubuhnya tak terlukiskan. Dia berani menghianati ku.

Selama ini tidak ada yang bisa lolos begitu saja setelah berani menghianati dirinya, mereka yang menjadi bawahan nya sudah seperti keluarga bagi Dikra, tetapi ketika salah satu keluarga ada yang berani menghianati, mereka akan membayar dengan satu-satunya cara yang dapat diterima, kematian. Kematian yang menyakitkan.

Mengambil napas berat, Dikra mengambil langkah menjauh dari pria yang terikat di kursi.

Salah satu anak buah Dikra yang sudah hapal tugas nya, segera membawa kan kursi untuk nya duduk.

"Silahkan bos." ucap bawahan Dikra, meletakkan kursi dibelakang Dikra dan menundukkan kepalanya saat dia melangkah pergi.

Dikra duduk menghadap bajingan itu, dia membuka matanya dan menatap langsung kearah Dikra. Emosi Dikra berkobar, mencondongkan tubuh kedepan  dan menggeram ke wajah nya. "Mengapa?"

Fairy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang