dua belas

23.1K 1.2K 218
                                    

Langit mengotak atik ponselnya untuk menghubungi Bintang, saudara kembar nya itu langsung menjawab panggilan di deringan ke enam.

"Apa?" Bintang menyapanya dengan suara serak di sebrang telpon.

Langit terdiam sebentar---tahu benar suara Bintang yang satu ini. "Kau mabuk?" ucap Langit seraya bangkit dari duduknya.

"Hmm."

Langit mendesis bisa bisanya. "Kau sadar tidak, sih?"

"Setengah tidak." jawab Bintang seadanya.

Langit menghela nafas pelan. "Kumpulkan kewarasanmu sebelum aku sampai. Ada hal penting yang harus segera kau dengar dan kita lakukan" Langit memutuskan sambungan telpon.

_______

"Ampun, pa! Ampun . . . Sakit!"

"Dasar anak sialan! Berani-beraninya kamu mempermalukan ku, ha?"

"Aku janji enggak akan ngelakuin itu lagi, ampun, pa! Keluarin aku dari sini."

Perempuan itu menangis tersedu-sedu sambil mendobrak pintu ruangan gelap tempat nya dikurung oleh sang papa, karna ulahnya yang mengacaukan pesta perusahaan papa nya, dami untuk mencari perhatian mereka yang selalu mengabaikan nya selama ini.

"Kamu harus dihukum karena sudah terlalu lancang, dan melewati batasan mu!"

Suara papa nya yang masih terdengar menghentikan nya dari aksi mencoba membuka pintu itu. "Aku gak sepenuhnya salah pa! Kalian udah gak pulang selama setahun terakhir, gak ada kabar apapun dari kalian! Aku cuman rindu dan pengen ketemu dan dengan datang ke pesta itu adalah cara satu-satunya aku buat ketemu sama kalian yang selalu aja sibuk dan gak ada kabar."

"Kamu memang anak enggak tau diri, sudah aku katakan hidup lah seperti orang mati! Apa pun alasan mu tetap tidak bisa di toleransi oleh ku, tidak ada seorang pun diluar sana yang mengetahui bahwa kau yang sial nya juga merupakan bagian dari Anderson."

Napas Fairy tercekat saat mendengar papa nya kembali menyebut nya sebagai anak sialan. Demi tuhan, apa kesalahannya. Ia hanya ingin kasih sayang dan perhatian mereka apa itu salah?

"Kenapa pa? Kenapa kalian benci Fairy? Fairy juga anak papa!"

"BUKAN, dan tidak akan pernah menjadi anak saya."

"Hhhhhahhh...."

Fairy terbangun dengan peluh yang membanjir tubuhnya. Napasnya memburu, mimpi itu datang lagi, membuat kesedihannya terkuak lagi. Fairy mencengkram erat tubuhnya, kuku-kuku panjangnya mencakar kulitnya. Bayangan papanya yang mengurung dan mencaci-maki dirinya membuat Fairy lupa rasa sakit itu, cakaran kuku-kukunya yang menembus kulit dan membuat kulit nya memerah tidak membuatnya mengerang kesakitan. Ia justru berteriak karena rasa sakit di hatinya.

"Ampunnn ... Papaaa, ampunnnn ... Aku takut,pa ..."

Ia berteriak ditengah keheningan malam, meringkuk di atas kasur dengan air mata yang memburai. Ia memejamkan matanya kuat-kuat, menutup telinganya manakala suara-suara cacian itu terus memenuhi pikirannya.

"Jangan harap dengan apapun yang kau coba lakukan, akan membuat kau bisa di akui, selama nya kau tetap orang asing bagi kami."

"Enggak! Enggakkkkk ...."

________

"Pa, papa dah siap nanti jika anak yang kita temui nanti ternyata benar Fairy, putri kecil papa yang selama ini papa dan kami tidak akui?" tanya Leander pada Anderson yang sedang berdiri ditepi balkon lantai tertinggi gedung, mengamati sekitaran yang memperlihatkan sebagian pulau pulau yang terlihat di kepulauan seribu yang sekarang mereka kunjungi.

Anderson terdiam sesaat sebelum menjawab. "Entahlah papa gak yakin, papa malu rasanya jika nanti bertemu dengan adikmu itu, tapi papa juga gak bisa diam aja dan membiarkan dia pergi ninggalin papa semakin jauh, papa menyesali perbuatan papa di masa lalu. Jika papa masih di beri kesempatan untuk bertemu dan berkumpul dengan putri kecil papa lagi, papa akan berikan semua waktu papa untuk putri papa tanpa terkecuali." jawab Anderson dengan penuh penyesalan.

"Leander juga menyesal pa, Leander sadar kalo selama ini Leander itu udah jahat banget, dia masih kecil bahkan paling terkecil saat itu, tapi Leander tetap aja memperlakukan dia dengan buruk. Apa Fairy bakal maafin kita pa?" tanya Leander lirih sadar akan kesalahan nya selama ini yang seharusnya tidak termaafkan. Tapi ia masih saja egois mengharapkan maaf itu dari adik kecilnya, Fairy.

"Kita tunggu Lexian, Langit dan Bintang tiba, untuk atur strategi, agar misi kita kali ini berhasil. Papa gak mau kita gagal lagi seperti yang lalu-lalu cukup dua tahun lebih ini kita selalu gagal kali ini papa akan pasti kan kita berhasil." ucap Anderson yakin penuh tekad.

"Oke, aku setuju, tapi mereka kemana sih, lelet banget?"

"Lexian udah di perjalanan dia lansung pulang dari Jepang dengan pesawat pribadi setelah papa beritahu tadi." jelas Anderson.

"Kalo Langit pasti nungguin Bintang yang pasti kembali mabuk lagi semenjak kepergian Fairy. " lanjut Anderson menjelaskan, dia memang tahu tentang semua putranya kecuali tentang putri nya, ia seakan buta arah tak ada yang ia ketahui sedikit pun.

"Aku harap mereka segera sampai, karna aku gak mau nunda lebih lama lagi dan akhirnya kita bakal gagal lagi." ucap Leander kesal.

"Hmm."

____________

"Woah, lihat deh mereka datang dengan sepeda, mana kompakan lagi."

"Pasti mahal tu, mana keren lagi sepedanya."

"Mau bilang mama ah minta beli in yang sama an."

"Eh mana mungkin woy, itu mahal pasti! mana mampu kamu saingan sama anak Sultan."

"Wah enak ya jadi anak Sultan, kapan ya mak bapak ku jadi Sultan biar aku anaknya bisa pamer juga seperti mereka."

"Tidur dulu ntar malam, dah tu mimpi baru dah tu ngerasain gimana rasanya jadi anak Sultan."

"Anjir lah, iya kalo mimpi nya jadi Sultan kalo mimpi nya mimpi buruk auto langsung sawan aku."

Teriakan serta ucapan kagum para murid begitu Fairy,Kavian,Ares, dan Rionel tiba disekolah dengan sepeda baru mereka.

Mereka yang mendengar keriuhan para murid hanya acuh, dengan gaya pongah mereka berjalan santai menuju kantin sekolah untuk menikmati sarapan pagi mereka.

"Apa aku bilang, kita semakin famous kan?"

"Anak Sultan ni, senggol donk."

"Sultan tapi ngutang."

"Asu lah, woi jangan buka aib."

________

"Woi bintang sadar woi, kau gak cape apa mabuk-mabukan terus?" seru Langit begitu sampai di apartemen Bintang.

"Gak, kalo aku gak mabuk, aku gak bakalan bisa berhenti mikirin dia." jawab Bintang ngawur.

"Tapi gak gini juga caranya, bego! Kau malah merusak diri kalo seperti ini terus." maki Langit kesal.

"Fairy maafin abang." jawab Bintang ngawur.

"Makin rusak ni anak." geleng Langit prihatin. "Kita semua juga menyesal dan kehilangan tapi kita berusaha tetap waras agar bisa terus usaha cari Fairy, gak seperti kau yang malah ngerusak diri."

"Aku jahat... Hahaha ... .hik." tawa Bintang lalu setelah nya menangis.

Langit yang kesal langsung menyeret Bintang menuju kamar mandi dan mengguyur nya dengan air dingin.

"Cepat kembali waras, karna kita gak punya banyak waktu." suruh Langit sebelum meninggal kan Bintang. ia akan menunggu di ruang tamu.

Hai aku kembali lagi ni

Sorry ya, kalo aku up nya kelamaan. Karna aku lagi sakit kemarin.

Buat kalian semua yang udah baca dan vote cerita ini, makasih kalian baik banget.

Bay...bay

Fairy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang