PROLOG

8.2K 283 13
                                    

"Ya, aku punya banyak hati. Mau kau patahkan yang mana dulu sesukamu tidak apa - apa. Tapi ini kepingan terakhirku, mau kau hancurkan sekalian? "
(Kepingan Hati yang Terakhir)

***

"Gue butuh lo."

Pernyataan itu menguap begitu saja. Hilang, tanpa peduli pernah diucapkan.

Tanpa suara, hati seseorang remuk begitu saja. Menyisakan kepingan halus yang menyayat jantung hingga menjatuhkan buliran - buliran air  yang mulai jatuh membasahi pipi.

Dari jauh, seorang laki - laki memasang sorot terluka. Seperti...

Dia yang terluka, bukan perempuan itu. Tangannya mengepal kuat. Dia ingin-menghilang saat ini juga.

"Gue punya hati. Hati cowok juga bisa remuk Ra, perjuangan gue berujung tidak dihargai."

Aura, tentu saja gadis itu tahu, dirinya sudah keterlaluan. Aura tahu betul, bukan kalimat itu yang ingin Arkan dengar dari mulut Aura. Tapi se-salah itu, kah, Aura di mata Arkan?

Tanpa menunggu gadis itu selesai bicara, Arkan pergi. Hatinya lelah. Percuma. Toh Aura tidak akan peduli. Oh ralat, tidak pernah peduli tepatnya. Gadis itu egois. Selalu mementingkan perasaannya sendiri, kan? Lalu buat apa Arkan memperpanjang malam yang menyakitkan ini.

Arkan mendongak, menatap langit ibukota yang menyaksikan-nya dari atas sana. Cowok itu mengulas senyum tipis. Langit malam ini begitu cerah, seperti tengah mengejek hati-nya, yang tengah mendung.

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now