DUA BELAS (a)

1.4K 79 0
                                    

~ "Sori kalau lo nggak nyaman. Gue nggak tahu gimana buat lo seneng, yang gue tahu, gue sampe se-frustasi ini, ngejar lo Ra. "~

***

MOTOR Arkan menepi, berhenti di sebuah taman yang tidak jauh dari kompleks perumahan Aura. Mesin motor yang tadi berdentum itu berhenti.

"Disini aja ya?" Mata Aura terangkat,  menatap Arkan yang bertanya padanya. Kemudian mengangguk singkat.

Entah perasaan Arkan saja, atau mungkin memang benar. Aura terlihat agak lemas. Agak lemas daripada tadi. Tadi-nya gadis itu baik - baik saja, menyantap nasi goreng-nya lalu berubah murung.

"Tadi nasi goreng-nya nggak enak ya? " Tanya Arkan. Aura menggeleng singkat, terkesan lemas. Cowok itu bingung, menggaruk tengkuk-nya dan kembali bertanya, "Ada rambut-nya ya, tadi? "

Mata Aura menatap Arkan, intens. Sejenak, kedua-nya sama - sama menahan napas. Menahan degup jantung yang makin berderu mengisi kesunyian taman malam ini.

Arkan tahu, pertanyaan itu aneh, tidak tentu juga kalau memang tadi ada rambut di nasi goreng Aura. Tapi kan, bisa jadi.

"Nggak," cowok itu menghela napas. Berkutat dengan pikirannya sendiri. Bingung, kok bisa ya, mood cewek brubah secepat itu? Memang, biasanya begitu ya?

"Enggak kok. "

"Ha? " Aura mendengus geli, "Gue nggak papa An. " ucap cewek itu.

Senyum Aura tertular pada Arkan, cowok itu ikutan tersenyum.

"Duduk situ yuk! " Ajak Arkan.

"Lo mau es krim? " Tawar Arkan. Aura menggeleng, "Malem - malem begini, dingin, makan es krim? " Gadis itu tertawa geli, "Lo suka banget ya sama es krim? " Alis Arkan terangkat satu, seakan menanyakan maksud gadis itu berujar demikian. "Ya elo, sukanya nawarin es krim. "

Arkan menggaruk tengkuknya,  "Ya... Kata orang, cewek biasanya suka makan yang manis - manis. Cokelat sama es krim misalnya?"

"Hm... Tapi gue biasa makan itu pas pengen atau pas sedih doang sih. Soalnya yang manis - manis bikin bahagia," tutur Aura. Arkan menatap gadis itu, aneh, "Kayak gue gitu ya? Manis - manis bikin bahagia," ujar Arkan sembari terkekeh.

Tawa Aura menyembur. Entah cewek itu tertawa karena-nya atau menertawakan-nya, itu semua tidak masalah. Tertawa bersama Aura, momen ini sangat langka, bagi Arkan. Seperti bintang jatuh pada siang hari.

"Lo pasti hobi gombalin cewek ya? " Tanya Aura.

Arkan diam, berpura - pura berpikir sejenak, "Nggak, gue cuma pernah gombalin lo kok," ucap Arkan jujur. "Lo kan tahu, gue pas smp kayak gimana. " lanjutnya sambil menatap kedua mata Aura intens.

Aura diam, hampir terbatuk, saat Arkan mengucapkannya begitu serius. Ada sesuatu yang mencubit hatinya.

Serius.

Entah apa. Namun itu cukup berdampak, hingga Aura bergerak gusar.

Karena Arkan suka sama lo, dan gue suka sama dia.

"Arkan!" Panggil Aura tiba - tiba. Gadis itu berdiri. "Anterin gue pulang. " Arkan mengernyit aneh. "Kenapa? "

Tidak menjawab, justru, Aura cepat berdiri, terkesan tergesa - gesa. "Gue cuma nggak enak badan. "

"Lo nggak papa? " Tanya Arkan khawatir. Aura menggeleng pelan. Arkan tahu, ada masalah yang Aura sembunyikan dari-nya. Kehilatan, dari gerak - gerik cewek itu. Tapi, mencoba mengerti itu lebih baik kan, daripada berdebat dan memperkeruh masalah.

Arkan tersenyum kecut, "Sori kalau lo nggak nyaman. Gue nggak tahu gimana buat lo seneng, yang gue tahu, gue sampe se-frustasi ini, ngejar lo Ra. "

Gadis itu menunduk, enggan membalas tatapan Arkan. Langkah kaki-nya ringan, berjalan ke arah motor Arkan yang terparkir tidak jauh dari sana. Mengkode cowok itu untuk segera mengantarnya pulang.

"Yaudah. Ayo, gue antar lo pulang. "

***

An.

Part ini aku bagi" ya, beberapa bagian. Soalnya rasanya nggak bisa nulis langsung banyak.

Makasih buat yang sampe sini masih ikutin update-an aku.

Selamat malam selasa. Jangan lupa berdoa dan bersyukur. Gimana hari senin-nya?

Doakan saja aku cepat update :v. Oh ya, jangan lupa vote dan komen kalian.

Luv ♥ Micel.

Arkan dan AuraDär berättelser lever. Upptäck nu