SEMBILAN

1.4K 88 5
                                    

~Tidak ada hidup yang sempurna. Kalau kamu pikir hidupmu paling menderita, berarti kamu kurang bersyukur. ~

***

ADA yang aneh dengan Arkan hari ini. Dia seperti tengah gusar. Matanya menyiratkan ia sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya gelisah.

Tak elak gerak - geriknya itu akhirnya ditangkap oleh sepasang mata gadis disampingnya ini.

"Sam?" Panggil Abel.

Mata cowok itu kini nampak semakin gusar. Ia melupakan sesuatu tapi ia sudah terlanjur berjanji pada gadis disampingnya ini.

Bibir Abel membentuk senyum kecil. "Kamu kenapa sih? " Namun, Arkan tetap bisu, tidak menyahut apapun.

Gadis disampingnya itu menghela napasnya, "Kalau kamu ada urusan, aku nggak papa Sam. Kamu pergi aja gih."

Seakan mengetahui yang ada di otak Arkan. Abel menancap tepat sasaran. Arkan hendak membalas namun ragu.

Diraihnya tangan Abel namun malah dibalas genggaman menguatkan dan meyakinkan.

"Aku nggak papa kok."ucap Abel lagi. Terselip nada kekecewaan disana. Namun Abel tidak ingin egois kali ini. Hatinya menyuruhnya untuk tidak.

"Udah sana. Pergi. " Ucap cewek itu lagi.

"Oke."

Arkan buru - buru mengambil kunci motornya dan bergegas meninggalkan rumah Abel. Semoga saja, ia tepat waktu.

***

"NGGAK!"

Suara menggelegar diikuti isakan histeris itu seakan terngiang dan terputar terus seperti film yang diulang - ulang.

Katakanlah drama,memang benar, kondisi dan situasi saat ini melebihi drama Korea yang sering ditonton Aura bersama Rebecca.

Sungguh dramatis seperti sinetron Indonesia.

"Hei. Tenang Ra. Gue ada di sini. I always been you." Kata seseorang.

Namun kata - kata tidaklah cukup.

Kini tangan Rebecca berada di kepala Aura. Mengusap rambut perempuan itu dengan sayang. Sementara Anjani terduduk merangkul mamanya yang histeris mendengar hasil putusan sidang itu.

"Jerry gila. Kalian lihat kan nak, papa kalian sekarang. " Ucap mama-nya dengan suara serak. Anjani sendiri daritadi mengumpat untuk papanya.

"Aura."

Arkan muncul dengan jambulnya yang sudah tumbang dan kulit cokelatnya yang mengkilap terkena keringat.

"Ssstt. Don't be afraid...I'm here for you."

Arkan menepuk pundak Aura dan ikut memeluknya. Saat kondisi seperti ini, Aura sudah tidak punya daya untuk menolak pelukan cowok itu.

Lagipula...

"Ra..gue pulang dulu ya. Nyokap nyariin." ujar Josh.

Tadi, Josh dan Rebecca menemani Aura ke pengadilan. Saat pengacara dari pihak Mama menelpon dan mengatakan bahwa mereka harus segera ke pengadilan.

Aura hanya mengangguk lemah dan mengusap sisa air mata dipelupuknya.

Entah mata Arkan yang sliwer atau apalah. Barusan ia melihat Josh mengusap rambut Anjani dan menatap kakak Aura itu sendu. Arkan memalingkan wajahnya kembali ke Aura. Untuk apa juga ia mengurusi itu.

"Yuk gue anter pulang. Biar lo dan mama lo bisa istirahat." Tawar Arkan.

Aura tersenyum dan mengangguk.

***

Matahari sudah hilang digantikan bulan yang tak kalah indahnya. Tapi hati Aura masih gundah. Mamanya sedaritadi terus meracau tidak jelas. Anjani menemani mamanya tidur.

Aura sendiri tidak bisa tidur. Ia hanya memandangi langit malam lewat balkon kamarnya.

drt...drt...drt...

"Baru mau diangkat sudah mati duluan." gerutu Aura.

Sebuah pesan masuk.

From Arkan

Eh Ra. Mau tanya deh. orang ngidupin kembang api biasanya pagi siang sore atau malem yak?

Aneh - aneh saja Arkan. Tapi tak urung juga dibalas Aura.

To Arkan.

Malem.

From Arkan.

Malem juga sweety pumkin hehehe.

Aura tersenyum memandangi ponselnya.

lahhh...kenapa gue senyum? - batin Aura

To Arkan.

Basi lo.

From Arkan.

Makasih lo pujiannya :)

To Arkan

Gila mas?

From Arkan.

Iya. Kan tergila - gila sama adek ;)

To Arkan.

Jijik bin najisun!!!

From Arkan.

Hahaha love you too.
Good Nite ♡

Senyum Aura yang berusaha ditahan akhirnya pecah juga. Gadis itu tak henti - hentinya terkikik dan senyam - senyum sendiri.

Ah... Arkan.

Sebenarnya dia asik juga. Dia ramah, penyabar, romantis, dan mencintai Aura. Hampir seluruh populasi perempuan di dunia ingin diperlakukan seperti itu.

Namun sesuatu tetap mengganjal saat Aura berniat membuka hatinya untuk Arkan.

Ia mencintai Josh, dan ia tidak semudah itu jatuh cinta. Entah naif atau apa, meskipun Josh tidak menyukainya tak apa. Ia akan setia, Aura tidak mau seperti papa. Pergi meninggalkan mama karena perempuan lain.

Gadis itu kembali tersenyum sendiri. Mengingat dirinya yang sudah berandai - andai kalau ia memiliki Josh. Padahal ia bukan siapa - siapa.

Cinta memang begitu. Penyayang, pengertian, namun juga pencemburu. Ingin memiliki.

Arkan juga begitu.

"Ternyata dia asik juga. " katanya pada diri sendiri.

"Apa gue kesengsem sama dia? "

"Nggak mungkin lah. Mending gue bobok daripada makin ngelantur."

***

An.

Happy reading all ;)

-M-

Arkan dan AuraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora