ENAM BELAS (b)

1.2K 52 9
                                    


Arkan berpapasan dengan Arsyi di depan pintu kamar. Namun Arsyi melengos pergi setiap melihat cowok itu. Selalu, Arsyi selalu nampak tidak suka padanya. Arkan juga tidak tahu kenapa.

Niat awalnya ia urungkan. Arkan mau pergi ke minimarket tadi, namun sebuah pesan masuk di ponsel-nya, membuat cowok itu lekas berjalan naik ke kamar dan mengambil kunci motor.

Namun setelah tiba di lokasi, kening Arkan mengernyit. Agak terkejut sebenarnya. "Katanya genting. " cibirnya begitu tiba di lokasi.

"Iya, aku nggak bisa ngerjain ini. Kamu kan, jago matematika. Ajarin aku dong, besok ada ujian. " pinta Abel.

Laki - laki itu mengangguk, mengambil tempat duduk di depan Abel. "Yang mana? "

"Yang ini. " Abel menunjuk salah satu rumus persamaan lingkaran yang tidak ia mengerti.

Arkan mulai mengambil pulpen, menjelaskan secara detil, langkah demi langkah. Namun Abel sepertinya tidak memperhatikan.

"Kenapa? "

"Kamu... Ada masalah ya, di rumah? " Arkan menghela napasnya. Cowok itu mengangguk. Lagipula, tidak ada gunanya juga kalau ditutup - tutupi. "Kayaknya Aura marah sama aku. "

"Kamu sedih? " Jelas dia sedih.

Arkan mengangguk. "Aku bingung. Aku pengen minta maaf, tapi takut dia makin marah. "

"Kemarin aku telfon nggak diangkat. Aku sms juga nggak dibales. "

"Aku juga bingung Bel. Masalahku sendiri juga belum kelar. Masalah rumah biasa. Aku butuh waktu sendiri dulu."

Abel mengangguk paham. Sesekali ia menepuk bahu Arkan pelan. "Aku ngerti."

"Kamu harusnya bilang ke aku kalau ada masalah." ujar Abel. "Kamu kayaknya lebih baik minta maaf deh, sama Aura. Aku yakin, kalau kamu serius dia pasti luluh. "

"Gitu ya? " Tanya Arkan.

Abel mengangguk. Meski ia tahu, kemungkinan-nya besar untuk mereka berbaikan dan mungkin, Arkan bisa saja mengejar Aura lebih keras. Mungkin setelah itu mereka akan berpacaran. Membayangkan-nya saja sudah sakit.

"Ih. Bener ya, kamu pinter juga. " Arkan mencubit hidung Abel dengan jari telunjuk dan tengah-nya.

"Hidung aku! " pekik Abel.

Arkan beradu pandang dengan Abel. Kemudian mereka saling melempar tawa.

Di sisi lain, seorang gadis sedang berkutat dengan pikiran-nya sendiri. Diam di kamar tanpa melakukan apapun. Memikirkan ucapan seorang teman yang terus terngiang - ngiang di kepala-nya.

***

Suara mesin motor milik Arkan terdengar memasuki area parkiran. Diikuti sebuah mobil sedan yang menyalip-nya dari arah kanan.

Dua orang gadis turun dari mobil sedan itu. Keduanya tersenyum formal dan mengucapkan terima kasih pada Calvin. Itu mobil Calvin. Rebecca dan Aura berpura - pura menumpang. Agar tidak ada yang curiga kalau Rebecca dan Calvin sudah pacaran lagi.

Di sisi lain, Arkan buru - buru melepas helm-nya saat matanya menangkap sosok Aura yang berdiri di samping Rebecca. Dengan cepat, ia berlari menghampiri gadis itu. Meninggalkan Abel yang belum selesai menanggalkan helm dari kepalanya.

"Aura. " panggil Arkan.

Gadis itu mendongak. Menatap Arkan, namun tatapannya juga menatap sosok gadis yang berdiri di belakang Arkan. Lumayan jauh, karena memang parkir motor dan mobil agak jauh jarak-nya.

"Gue minta maaf. Waktu gue...hape gue ketinggalan dan adek gue hilang. Pokoknya gue bisa jelasin. " cerocos Arkan. Didepan-nya, Calvin mendengus. Mengambil tas lalu melenggang pergi. Tidak ingin melihat wajah Arkan yang malu - maluin itu menurutnya. Menjelaskan masalah ke cewek seperti ber-pidato resmi.

Memang sih, ini pertama kalinya Arkan mengejar perempuan. Se-gila dan se-payah itu. Namun itu gaya Arkan, Calvin tidak mau terlalu ikut campur.

Aura diam. Dia kembali melirik Abel dari jauh. Tentu saja Aura ingat, gadis itu pernah bilang padanya, ia menyukai Arkan.

"Ca. Ayo kita ke kelas, keburu bel. "

Aura memilih pergi begitu saja. Diam tanpa mengucap kata. Menurutnya itu lebih baik. Kalau tidak, mungkin seperti kasus-nya, ada hati yang tidak sengaja ia patahkan secara langsung.

Tentang masalah-nya dan Arkan, bisa nanti, urusan mereka diselesaikan.

An.

Bab 22 klimaks kayaknya. Alias konflik puncak, konflik pokok dimana setelah itu akan ada penyelesaian terkahir.

Nggak jauh beda dari Arkan dan Aura versi lama. Hanya lebih agak terarah sedikit, he he.

Kalau minta vote sama komen-nya boleh dong.

See ya!

Arkan dan AuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang