DUA PULUH SEMBILAN

818 39 0
                                    

"When I look at you, I see memories of my past. When I saw you for the second time, I saw our future."

Dentuman lagu Move Like Jagger menghentak di ruangan milik seorang perempuan dua puluh empat tahun yang sedang larut dalam pikirannya sendiri. Kakinya bergerak - gerak mengikuti irama lagu yang memang terdengar sangat bersemangat. Ditambah awan sedang tidak menghalangi sinar pagi ini. Cuaca amat cerah kalau hanya dihabiskan untuk duduk dan membaca saja. Oleh karena itu, hari ini dia memutuskan untuk menyelesaikan proyeknya yang sudah dikejar deadline.

"Aw! "

"Aura... " ucap Winda memperingati.

Gadis itu menoleh, "Eh Mbak Winda disini. " Celetuknya. Dia menyengir.

Winda mengangguk, "Jarimu kena lagi? " Tanya dia lalu menaruh kain di meja lalu menghampiri Aura. Mengecek jari perempuan itu. "Kan'udah tak bilangin to, hati - hati kalau megang itu." Winda memperingati.

"Iya mbak,"

"Mbak Winda tumben kesini? " Aura mendongak, memfokuskan perhatiannya ke Winda. Menaruh wadah jarum pentul lalu mengecilkan volume lagu dari speaker miliknya.

"Aku kan nganterin pesenan kain kamu. "
Winda menunjuk setumpuk kain diatas meja, "Tuh'liat kan? "

"Oh iya!" Aura menepuk jidat."Makasih..., Mbak Winda emang the best. "Aura mengacungkan jempolnya.

"Kalau ada maunya aja. " Cebik Winda pura - pura kesal. Kemudian dia teringat sesuatu. "Eh kok dia nggak pernah anter jemput kamu lagi? "

"Sibuk mbak," jawab Aura sekenanya.

"Yakin sibuk? " Tanya Winda bermaksud menggoda.

Dengusan ringan dari bibir Aura serta cebikan pelan, memperjelas keadaan yang Winda ingin tahu. "Iya. Tapi aku juga bilang sama dia nggak usah antar jemput lagi. Aku nggak nyaman. " lanjutnya.

"Jangan gitu... Calon suami lo ini. "

"Iya mbak..., Aura juga tahu. " Sahutnya sewot.

Winda tersenyum lembut. Diusapnya punggung adik sepupunya dengan kasih sayang. "Kalau nggak mau jangan dipaksa. Jodoh itu bukan hutang budi, tapi rezeki dari Allah. "

Perempuan itu menampilkan ekspresi berbeda. "Emang aku punya pilihan lain selain dia mbak? "

***

"Do re mi fa sol la si soooo..."

"Bukan begitu sayang," ralat laki - laki itu. "Do re mi fa sol la si do. " Jari jemarinya menari menekan tuts piano kecil di depannya. Matanya menyorot lembut ke arah anak perempuan dua tahunan itu.

Namanya Frieska.

"Lalalalaalala. " Anak kecil bandel itu justru menekan tuts piano asal - asalan.

"Gila! Kepala gue mau pecah! " Laki - laki itu meremas rambutnya sampai wajahnya memerah.

"Ya wajar kali, anak baru dua tahun. " Celetuk Ayah gadis kecil itu dari arah belakang. Membawa botol susu dan tissue basah khusus bayi tanpa alkohol. Dia menyengir lebar. Ingin mengangkat kedua jarinya ke udara namun tangannya sudah penuh dengan kedua barang tadi. "Sabarin aja deh Ar... Ntar juga, kalau lo punya anak kan'udah pemanasan. " Celetuknya tanpa dosa.

Arkan dan AuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang