TIGA PULUH (END)

1.2K 40 18
                                    

Now playing : I still love you - The Overtunes

-------

Jika dua orang ditakdirkan bersama, maka dari sudut bumi manapun mereka berasal, mereka pasti bertemu.

Demikianlah.

– Tere Liye –

Bunyi alat - alat musik juga nyanyian dari vocalist, ditambah riuh-nya canda tawa para tamu mengisi ruangan yang makin nampak penuh. Sudut - sudut ruangan dihiasi bunga - bunga cantik dan diatasnya dipasang kain - kain yang sudah dibentuk sedemikian rupa oleh tangan - tangan terampil. Meskipun riuh, suasana khidmat dan haru tetap terasa begitu kental.

Seorang panitia acara dengan kebaya warna ungu berjalan tergesa - gesa.
"Mbak Umi! Mas Panca ning endi? Dulur-e teka saka Jakarta." (Mbak Umi! Mas Panca dimana? Saudara-nya dari Jakarta datang) Teriak Mbak Winda dari depan. Tidak butuh waktu lama untuk Panca keluar dari sana. Dia tampak gagah dengan balutan beskap-busana adat Jawa. Panca langsung melebarkan mata-nya dan tersenyum lebar.

"Eh! Lo udah sampe Ar? " Itu suara Panca. Arkan mengangguk dan mengangkat tangannya lalu ber-tos ria. "Masih jet-lag. "

"Mau minum dulu? " Tawar Panca. "Mau makan. " Justru cowok itu menyengir dan mengusap perutnya sambil tersenyum lebar. Dia menguap sekali lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Sampai mata-nya mengedip perlahan. Kantuknya hilang diambil angin. Arkan melebarkan mata-nya.

Mungkin hanya kebetulan. Cebiknya dalam hati. "Panca! Buruan masuk ke ruang make up. Bentar lagi persiapan resepsi-"

"-Arkan?!" Anjani melotot kaget. Di depannya, cowok itu menampilkan ekspresi tidak kalah terkejut. Ini bukan kebetulan, bahkan ini kenyataannya. Anjani istri Panca, itu Anjani kakak Aura. Pantas saja di depan tadi Arkan melihat sesuatu yang janggal.

Happy Wedding Anjani&Panca.

Ah! Bukan itu sekarang yang terpenting. "Kak Anjani? " Anjani mengangguk semangat. "Iya! Lo Arkan kan? " Arkan diam saja, tidak menjawab. Dia melebarkan bibir-nya lalu mengangkat tangan untuk menutup mulut sambil tertawa tidak percaya. "How's life? "

"Aura? " Tanya Anjani.

"Siapa lagi emang? " Balas Arkan.

Wanita itu tersenyum memberengut kesal. "Ah serius lo nggak nanya kabar gue duluan?" Gerutu-nya kesal. Namun dia kembali tersenyum lembut. "Dia di rooftop mungkin. " Ucapnya. "Kalau lo mau temuin dia,"lanjutnya. Arkan mengangguk semangat dan langsung mengambil ancang - ancang menghampiri gadis itu. Tanpa perduli dengan Panca yang menatapnya sambil menyipitkan mata.

"But-" cegah Anjani. "Kenapa? " Tanya Arkan. Anjani menggeleng pelan. Dia mengusap pundak Arkan. Kali ini dengan tulus. "Gue harap lo akan baik - baik aja nanti, " ucapnya kemudian, sambil tersenyum penuh arti.

Dengan langkah seribu, Arkan menghampiri dia. Bersama rindu yang berbondong - bondong datang mengikuti langkahnya.


Gadis itu masih sama.

Wajahnya cantik bila diterpa angin. Meski rambutnya yang ditata tidak rapih tambah kocar - kacir. Meski keningnya dipenuhi kerutan. Meski gadis itu terlihat sedang sedih, kesal, marah. Atau saat gadis itu hanya sedang memejamkan mata, menikmati semilir angin yang berhembus pergi. Melewatkan beberapa detik untuk menangis sampai saat dia berteriak hingga kehabisan suara.

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now