DUA PULUH ENAM (b)

684 28 3
                                    

Now playing : Just a friend to you-Meghan Trainor.

***

Calvin melempar bantal ke wajah Arkan tepat setelah menekan tombol off di ponsel laknat milik Arkan yang mengeluarkan lagu Ya Sudahlah dengan volume yang naudzubillah. Cowok itu bergelung di selimut Calvin tanpa niatan mau menengok. "Lagu lo nggak nyambung sama situasi tahu nggak,"celetuk Calvin sambil menselonjorkan kakinya di depan Arkan.

"Diem Cal. Gue lagi nggak mood debat," sahut Arkan dengan suara agak lirih.

Sebenarnya Calvin tidak suka jadi orang tidak-enakan seperti ini. Namun sifat bawaan lahirnya tidak bisa dia kendalikan. Sumpah, dia ingin membuang perasaan itu sekarang. Rasanya malas diliputi rasa iba sekaligus gemas.

"Lo nggak dicariin nyokap lo Ar? " Tanya Calvin.

Arkan menggeleng lemah. Matanya menyorot ke arah Calvin, namun pandangannya kosong, tidak fokus. "Nggak bakal ada yang nyariin gue, "gumamnya.

Calvin mendengus. Arkan suka begitu kalau lagi galau. Bersikap seolah dia orang paling tersakiti di dunia ini. Dan dari sekian juta umat manusia yang bersikap seperti itu, sayangnya itu sahabat Calvin. "Ck, nyusahin. "

"Lo..., lo nggak ngehubungin Abel? Sim card lo kan lo cabut tuh! Kalau dia nyariin lo gimana? "

"Dia nggak bisa dihubungin sejak kejadian di kafe kemarin. Gue juga merasa bersalah setelah ninggalin dia gitu aja kemarin."

Calvin mendengus. "Lo nggak coba ke rumahnya? Lo kabur dari rumah, izin dari sekolah udah dua hari, nyakitin hati sahabat lo sendiri lagi. Rumit bener lo, " cerocos Calvin.

Arkan menoleh, mengerutkan alis. "Maksud lo? "

"Ya lo kan ninggalin dia di kafe sendiri kemarin. Barusan lo bilang, " cowok itu berdehem.

"Oh. "

"Besok gue kesana," sahut Arkan. "Besok gue ke rumah Abel. "

***

Tidak ada yang lebih menenangkan selain rumah sahabat, menurut Arkan. Setelah tempat ibadah tentu saja. Tidak keluarga, sanak saudara, apalagi guru. Abel dan Calvin paling mengerti dirinya dari siapapun di dunia ini.

Arkan pergi ke rumah Abel. Dengan jejak air mata di sudut matanya. Atau sisa - sisa pilu yang segera dienyahkannya. Dia akan ke rumah Abel, meminta maaf, menyuruh gadis itu memasak untuknya, dan Arkan akan kembali senang. Sesimpel itu.

"Tante, Abel dimana? "

"Di kamarnya, kamu langsung masuk aja. Tapi jangan macem - macem! " Mama-Abel mengacungkan telunjuknya.

"Ay ay captain! "

Arkan langsung berjalan pura - pura riang ke kamar Abel. Kamar yang didominasi warna merah muda khas cewek, dengan beberapa foto tertempel di dinding kamar.

"Bel... "panggilnya pelan. Arkan mengetuk kamar Abel beberapa kali. Tidak ada sahutan dan pintu kamarnya sedikit terbuka.

Tidak ada siapapun disana. Namun sayup - sayup suara shower dari arah kamar mandi masuk ke indra pendengaran Arkan. "Gue masuk ya Bel," bisiknya.

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now