TIGA BELAS(a)

1.2K 68 3
                                    

~"Lo tahu? Pas orang - orang ngomong kalau dia terlalu takut untuk mencintai. Kenapa ya, gue justru takut dicintai. "~

***

Lana-mama Abel tersenyum samar ke arah dua anak manusia di depan-nya. Yang satu mengerut - ngerut-kan kening-nya aneh. Satu-nya lagi senyum - senyum seperti orang stres.

Arkan datang ke rumah Abel, setelah singgah ke rumah Aura sebentar. Wajah-nya super sumringah saat gadis itu membuka pintu. Tidak tahu karena apa. Arkan juga tidak bilang apa - apa.

Arkan melempar senyum ke Abel, setelah Lana pergi. Gadis itu juga sama. Mereka saling melempar senyum. "Gue buka dulu deh, kado dari Calvin. " cowok itu mengeluarkan sebuah kantung kresek berwarna merah. Di dalam-nya ada kotak pemberian Calvin. Masih dibungkus kertas kado.

Abel mengangguk semangat. Perempuan itu juga lumayan penasaran isi kado yang Calvin beri pada Arkan.

Cowok itu menyobek pinggiran kotak. Lalu membuka-nya pelan - pelan. "Bekas-nya bisa dibuat sampul buku," celetuk-nya. Abel tersenyum geli, namun tak urung ikut memperhatikan.

Isi-nya sebuah kotak telephone genggam keluaran terbaru. Wajah Arkan berubah lebih sumringah dua kali lipat. Sementara disamping-nya, Abel berdecak.

"Temen kamu ngasih kado hape nak? " Tanya Lana. "Zaman sekarang ya, masih sma kado-nya elit bener. Kalau dulu paling dikasih buku. " Lana tiba - tiba datang. Membawa segelas teh yang ia minum sendiri.

Arkan mengangguk, setuju dengan Lana. Tapi cowok itu sudah tidak sabar. Dia cepat - cepat membuka kotak itu, tidak sabaran. Tapi...

Bukan Arkan saja, ketiga-nya menganga. Lana tersenyum kecil, terkikik geli dalam hati, namun kasihan juga sama Arkan. Sementara Abel melongo, tidak membatin apapun.

Isi-nya uang koin seratus, duaratus, limaratus, dan seribu. Juga ada sepucuk surat yang di tulis di buku tulis yang disobek tengah-nya.

"Hahahaha. Uang receh," tawa Lana pecah tanpa di kontrol. Ia menahan-nya mati - matian. Namun tidak bisa. Ini terlalu konyol.

ARKANNNN Pibesdey bro!

Gue tahu lo terharu kan, lihat hadiah dari gue?

Iya dong! Calvin.

He he. Bercanda. Gue tahu kok, lo sekarang lagi mencak - mencak. Tapi gue bisa jelasin bro. Itu celengan gue, khusus buat ulang tahun lo. Lo kan lagi pengen sepatu tuh. Cuma duit nggak cukup. Gue nyumbang celengan aja, ntar lo nambahin sendiri.

Btw itu isinya delapan belas ribu. Sesuai ulang tahun lo.

From : Mr. Tamvan- Calvin.

Wajah Arkan memerah, malu. Sementara Lana melenggang pergi, dengan sisa tawa-nya. Abel tertawa pelan. Merutuki Calvin dalam hati.

"Dasar ya, monyet! " Maki Arkan. Abel menatap Arkan tajam, memperingati agar lebih menjaga ucapan-nya.

"Mau tahu kado dari aku nggak? " Arkan mendongak, mata-nya beradu dengan gadis itu. Sesaat kemudian ia mengangguk. "Bentar, diambil dulu. " Abel bangkit, mengambil kado Arkan sebentar lalu kembali lagi.

Kening cowok itu mengernyit. Menatap dua hal yang memenuhi tangan Abel. "Puding? Sama cheesecake? " Gadis itu mengangguk mantap.

"Puding cokelat. Dulu kamu selalu ngabisin puding cokelat jatah-ku, inget nggak? " Arkan mengangguk. "Terus kamu suka banget sama cheesecake . "ujar Abel bersemangat.

"Masih? "

"Ha? " Namun cowok itu mengangguk pasti. "Masih kok. Masih suka, " ia menyisipkan senyum di akhir kata-nya.

"Aku buat sendiri," ucap Abel. Pakai cinta. Gadis itu tersenyum manis.

"Ehem - ehem, " itu suara Lana. Abel melotot ke arah mama-nya saat Arkan sedang menunduk, mengamati makanan yang dibawa-nya. Dengan gerakan mata, Abel mengusir mama-nya halus.

"Makasih ya. Kamu itu hmmmm. " Arkan mencubit hidung Abel gemas. Dengan jari tengah dan jari telunjuk-nya. Abel adalah sahabat paling pengertian se-dunia, bagi Arkan. Sekilas, cowok itu menatap kue di depan-nya sendu. Mengingat, kapan terakhir kali keluarga-nya peduli apa yang Arkan suka atau tidak sukai. Melulu soal Arsyi, selalu soal dia.

Arkan juga tidak lupa. Bagaimana mereka diam - diam saja, tidak mengatakan apapun. Selamat ulang tahun atau ucapan selamat pada umum-nya. Kalau itu keluarga-nya, mereka tidak mungkin se-peduli Abel. Hanya Abel yang begitu mengerti diri-nya.

"Aduh! Hidung aku," rengek Abel sambil memegangi hidungnya yang sudah merah.

Arkan tertawa renyah, menatap bibir gadis di depan-nya yang mengerucut ke depan. Tingkah manja-nya membuat Arkan merasa bahwa inilah rumah. Rumah-nya. Bukan rumah yang ditinggali-nya bersama keluarga asli-nya.

Arkan senang, bahwa ia masih sempat, merasa bahagia.

***

An.

Ini w pecah jadi dua bagian ya gengs. Soalnya nyokap w udah ngomel - ngomel nyuruh tidur. Ya ampun yaudah lah.

Vote jangan lupa! Komen jangan? Harus dong! Wkwk :v

Selamat malam semuaaa.

{M}

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now