SEMBILAN BELAS (b)

1.3K 69 2
                                    


Dengan muka nyeleneh, Anjani masuk ke kamar Aura, menaruh buku dan ponsel-nya di meja samping kasur Aura.

Gadis itu menempelkan pantatnya di kasur, lalu menselonjorkan kaki-nya di depan adik-nya. Walaupun dia tahu, hal itu sangat tidak disukai Aura.

"Gue kesel. " serunya tiba - tiba. Tanpa Anjani beri tahu juga, Aura tahu kali kalau Anjani sedang kesal. Orang wajah-nya masam begitu.

"Siapa yang nanya? " dalam hati, Aura berujar seperti itu. Tapi kalau ia lisankan, bisa - bisa Anjani ngamuk dan ngacak - ngacak kamar Aura. Jadi, nggak jadi deh. "Kenapa? " mungkin pertanyaan itu lumayan pas diajukan saat situasi seperti ini.

"Lo tahu nggak. " Anjani mulai bercerita. "Ada lagi orang yang nguntit gue di kampus! " pekik-nya. Seakan itu sesuatu yang seru atau menghebohkan.

"Nguntit gimana? " Tanya Aura dengan satu alis dinaikkan.

"Ya kayak gitu. Gue sebel banget! Dia bikin bete pokok-nya! " Jari - jari Anjani menusuk - nusuk bantal milik Aura. "Baru kenal tuh orang tiga hari, dia langsung nembak gue. Gue tolak, eh, dia malah bilang nggak papa. Dia ngekorin gue kemana - mana. Sumpah ih, gue risih lama - lama. "

Sementara Aura sendiri memutar bola mata-nya jengah. Kok bisa, Anjani mengalami yang persis sepertinya.

"Bayangin. Baru kenal tiga hari loh! " Anjani mengacungkan tiga jarinya ke udara, memberi tahu kalau itu jari-nya ada tiga yang mengacung. Ya, ya, ya, seperti-nya hanya itu yang Aura tangkap.

Aura berpura - pura memperhatikan. Mengangguk sesekali sambil berpura - pura berpikir keras, apa kira - kira solusi dari masalah Anjani. Namun saat ini, novel yang ia baca mencapai klimaks. Dimana mereka-tokoh utama harus mencari portal untuk kembali ke dunia mereka. Kalau tidak, mereka mungkin akan terjebak disana selama-nya.

"Ra. Lo dengerin gue nggak sih? " Anjani bertanya dengan nada kesal. Muka-nya memberengut sebal, menatap raut wajah adik-nya yang berkerut - kerut. Berpura - pura berpikir keras. "Dipikir gue suara kentut! "

"Ha? "

"Diabaikan. "

Tertawa, Aura menggeleng singkat. Anjani punya selera humor juga rupanya. "Sori kak. Gue dengerin. Tapi gue agak nggak fokus. " Aura menutup novel-nya, menaruh-nya di kasur. "Gimana - gimana. "

Anjani mengerutkan bibir. "Yang harus nanya gimana itu gue! " seru-nya kesal.

Aura menyengir, "Iya deng. "

"Um...gue juga. " aku Aura akhirnya.

"Gue juga apa? "

"Gue juga dikejer -kejer sama cowok di sekolah. " ucap-nya terang - terangan.

Mata Anjani membola. "Seriusan lo? "

Aura mengangguk. "Iya. Udah hampir dua tahun malahan. " ucap-nya santai, seakan itu sudah biasa. Bukan apa - apa. Mimik wajah Anjani yang berubah heboh. Tumben, padahal biasa, Anjani kalau ber-ekspresi kira - kira dulu.

"Terus - terus. " Anjani menatap Aura penasaran. Saat itu juga, Aura ingin menjulingkan mata-nya sendiri. Gali kuburan sendiri itu namanya.

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now