ENAM

1.7K 106 3
                                    

Mentari nggak bilang ya sama kamu? Dia iri karena kamu lebih bersinar.

***

Ting!

Bro. Dateng rumah gua ya hari ini. Ada film baru.

Arkan mengernyit, menimbang apa dia harus lanjut pulang atau justru meng-iya kan ajakan Calvin. Tapi sudah terlanjur berhenti, daripada dia suntuk dirumah, mending dia ke rumah Calvin.

Cowok ber-jeans belel itu memutar motor-nya. Melajukan-nya pelan ke arah rumah Calvin. Namun tiba - tiba hujan mulai mengguyur ibukota, membuat Arkan buru - buru menepikan motor.

Arkan memeluk dirinya sendiri kedinginan. Ia memang memakai jaket. Tapi sudah basah.

"Hiks hiks. "

Glek.

Pikiran Arkan terlempar pada malam senin waktu itu, saat ia menginap di rumah Calvin karena cowok itu memaksa Arkan untuk menemaninya nonton film horor.

Gila!

Hantunya serem abis! Tiba - tiba nongol di depan wajah Arkan dan membuat cowok itu melompat kaget.

Ia ingat betul, tepat sebelum jumpscare dan hantu menjengkelkan itu muncul tiba - tiba, ada suara perempuan menangis.

Arkan jadi merinding.

"Hiks. " Suara itu lagi!

Kalau di lapangan, Arkan disegani karena skill pbb-nya yang bagus dan suara gagah-nya, kini dia tidak memungkiri.

Arkan ketakutan.

Air mukanya memucat. Karena dua hal, kedinginan dan takut. Bertemu hantu saat pergi seorang diri seperti ini adalah hal terakhir yang Arkan pilih jika disuruh memilih.

Hanya...

Hanya...

Arkan tidak mau kalau cerita-nya. Cerita cinta bersama Aura, Arkan dan Aura, berubah menjadi cerita horor. Arkan horor story gitu deh.

"Aura! Lo kenapa?!"

Gadis itu mendongak, menatap cowok yang meneriaki nama-nya malam - malam begini. Untuk mengerutkan alis-pun dia tidak bisa.

Aura terlalu syok melihat Arkan yang muncul entah dari mana dengan wajah super khawatirnya.

Kondisi Aura saat ini seperti gembel. Matanya sembab karena habis menangis, dan wajahnya pucat karena kedinginan. Ia hanya mengenakan kaus lengan pendek dan celana selutut. Baju khas rumahan. Padahal malam ini hujan lebat. Parahnya lagi, ia belum makan.

Mengenai acara nontonnya dengan Josh, ia sudah tidak peduli. Toh sudah kelewat jam tujuh malam. Paling sudah disuruh pulang sama Anjani. Ia hanya ingin pergi dari rumah cepat - cepat setelah kejadian itu. Mungkin ia harus meminta maaf pada Anjani dan mamanya setelah ini, karena pergi tiba- tiba.

"Hei. Aura? Kamu oke?" Tanya Arkan lagi. Entah sejak kapan, jaket Arkan sudah membalut tubuh aura. Hangat. Namun tidak begitu, karena jaket Arkan juga sudah basah kuyup.

Aura menggeleng. Tapi kemudian mengangguk. "Bisa lo liat. G-gue tidak 'nggak papa' An."

Akhirnya Aura mengeluarkan suaranya. Meskipun agak serak.

Dengan ragu, Arkan merengkuhnya. Ia membawa Aura ke motornya yang terparkir tidak jauh dari sana. Aura bergeming, badannya kian menggigil. Ia mulai bersin - bersin.

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now