TIGA

2.3K 115 4
                                    

Aku sayang kamu meski kamu sayang dia. Ironi yang selalu ku ulang berkali - kali setiap hari.

***

Untuk beberapa alasan, Arkan cukup suka dengan selasa. Selain hari senin sudah berlalu, ada alasan lain.


Mata Arkan bisa begitu berbinar hari ini. Pukul tujuh, biasanya ia akan memandang ke arah jendela terus - menerus. Memperhatikan gerak - gerik seseorang hingga larut dan kalau beruntung, ia bisa menikmati-nya tanpa ditegur guru.

Aura nampak cantik hari ini dan Arkan suka. Gadis itu tengah berlari dengan rambut Aura yang dikuncir ekor kuda bergoyang- goyang seirama gerak tubuhnya. Apalagi saat keringat mulai mengucur dari dahi dan leher Aura.

Walapun dia lumayan iri dengan guru pengampu mata pelajaran olahraga kelas Aura. Tiap hari dia bisa cuci mata gratis.

"Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan, "gumamnya tanpa sadar. Ya, tanpa sadar.

Calvin sampai menyenggol sikut Arkan berkali - kali agar cowok itu sadar. Tapi malah makin asik ngliatin Aura. Ck ck. Kadang Calvin suka bingung. Otaknya Arkan pas suasana tegang kek gini dipake nggak sih.

"ARKAN!"

Suara itu milik Bu Erlyn tentu saja. Guru super galak yang suka bikin siapapun pengen menutup telinga karena omelan pedasnya. Siapa lagi yang punya suara menggelegar seperti itu.

Arkan menoleh, mendapati Bu Erlyn sudah berkacak pinggang di depan bangku Arkan. Cowok itu menggaruk tengkuk-nya yang tidak gatal. Lalu menoleh, menatap Calvin dan bertanya 'kenapa?' tanpa suara. Calvin sendiri sudah menutupi wajahnya dengan buku.

Merasa tersudut dengan tatapan Bu Erlyn, Arkan nyengir.

Calvin melongo melihat tingkah teman sebangku-nya. Ia mencebik kesal dalam hati. Iya, dalam hati, karena kalau ia mencebik saat ada Bu Erlyn di hadapan-nya itu sama saja bunuh diri. Guru super sensitif-nya itu mungkin akan langsung mengamuk.

Dasar. Bisa - bisanya nyengir. Salah satu sifat Arkan yang suka bikin Calvin jengkel sendiri, dia suka bertindak tidak tepat, tanpa membaca situasi.

"Kamu ngapain liat keluar jendela terus? Hm?" Tanya Bu Erlyn.

Suara lembut namun mencekam. Sampai jangkrik-pun tidak berani bersuara.

Arkan nggak langsung menjawab pertanyaan Bu Erlyn.
Dia malah menolehkan kepalanya ke Calvin dan memberi tatapan menyalahkan seperti 'kenapa lo nggak bilang kalau ada Bu Erlyn?' dan Calvin malah membalas. "Udah gue senggol sikut lo tadi goblok!" Serunya dengan suara kesal.

Mampus! Kelepasan deh.

Calvin menutup mulutnya lamat - lamat.

"Mulut. Mulut,"rutuk Calvin dalam hati.

"Kamu ngomong kasar. Kamu mau saya hukum juga Calvin?" Bu Erlyn mulai mengeluarkan tatapan sadisnya. Guru itu memukul - mukul tangan-nya pakai penggaris papan tulis, seakan tangan-nya itu wajah Arkan dan Calvin yang minta diberi pelajaran.

Calvin meringis dan menatap Arkan 'gara - gara lu tong'. "Maafkan kami bu. " Calvin menyahut normal.

"Saya lagi lihat matahari bu. Cerah banget. Ibu mau lihat?" Jawab Arkan dengan polosnya.

Arkan dan AuraWo Geschichten leben. Entdecke jetzt