DUA PULUH SATU

1K 46 2
                                    

~I'm jealous of the rain. You happy without me.~

(Labirth - Jealous)

"Selamat ya Sam. " Bibir Abel melengkungkan senyum lebar. Nampak begitu bahagia dengan wajahnya yang berseri. Kabar Arkan pacaran dengan Aura sudah sampai di telinga Abel. Ya, gadis itu datang pagi - pagi ke kelas Arkan dan mengucapkan selamat. Sekadar itu.

"Makasih. Ini berkat kamu juga! " Arkan bercerita tak kalah semangat. "Makasih ya Bel. " Ucapnya tulus.

"Ihhhh Arkan. Kotak nasi gue lo apain?! "

Itu Wilo.

Teman Arkan juga seorang anak osis yang lumayan aktif, sedang menggerutu ke cowok itu. Tangannya menyodorkan kotak nasi jatahnya dari rapat osis tadi. Awalnya warna-nya putih bersih. Sebelum tangan jahil cowok itu mengambil pulpen dan mencorat - coretnya dengan gambar dan tulisan asal.

"Jorok banget sih. Totol - totol kayak gini. Pantesan Aura nggak mau sama lo. " Arkan kena semprot dari Wilo. Itu juga karena ulahnya. Cowok itu meringis saat Wilo membawa - bawa Aura sambil marah - marah.

"Udah jadian kali Wil," celetuk Calvin. Cowok itu baru datang. Dengan tas punggung abu - abu kesukaannya dia duduk di kursi samping Arkan persis, dengan wajah mengantuknya.

Wilo menatap Arkan dengan wajah syok. "Beneran?! Ih Aura kok blind sih," ucapnya asal.

Arkan sudah komat - kamit. Kalau Wilo bukan perempuan mungkin sudah ia sumpal mulutnya.

"Hahaha. Yaudah aku balik ke kelas dulu deh. "

Abel berbalik setelah berpamitan dengan Arkan.

"Oke. Hati - hati."

Namun tangannya dicekal Calvin. Cowok itu tiba - tiba saja berdiri di belakang Abel.

"Lo oke Bel? " Bisik Calvin pelan.

Dari belakang, Calvin melihat Abel mengangguk. Namun Calvin terlalu peka untuk tahu perasaan Abel.

"Ar. Gue ke kantin sama Abel! " Pamitnya. Lalu Calvin menarik tangan Abel keluar dari kelas dengan cepat.

"Eh, gue ikut dong! Cal! Bel! Ahilah. " Gerutu Arkan tanpa tahu apa yang terjadi.

***

"Hiks. "

"Hiks hiks hiks. "

Sudah lima menit Calvin menepuk punggung Abel sebagai bentuk kepedulian-nya. Calvin memang care sama orang. Dan tidak ada yang salah paham kok akan hal itu.

"Hiks hiks. " Tangisan Abel mulai mereda. Ia menggigit bibir bawahnya kuat. Tangannya bersedekap, ditumpangkan ke kedua lututnya yang tertekuk. Wajahnya ia tenggelamkan di dalam sana.

"Nangis aja Bel. Nangis aja. " Kalimat - kalimat menenangkan dari Calvin berhasil membuat tangis Abel berhenti.

"Thanks. " Ucapnya saat mendongakkan muka. Matanya sedikit bengkak walau tidak nampak kalau dari jauh.

Calvin mengangguk. Dia menarik tangannya yang semula berada di punggung Abel. Tatapannya lurus ke depan.

Beruntung Calvin sadar tadi, saat gadis itu berbalik, samar - samar terlihat kalau sejak itu pula, bahu Abel mulai bergetar.

Dia cepat tanggap dan menariknya pergi. Dia tahu tanpa perlu dikasih tahu, Abel tidak sedang baik - baik saja.

Arkan... Arkan ... Lo lagi seneng. Tapi temen lo sendiri patah hati gara - gara lo. Batin Calvin bersuara saat ini.

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now