LIMA

2K 103 8
                                    

Jangan singgah kalau tak mau menetap. Hati nih, bukan halte.

***

Kemarin tanpa sengaja Arkan meninggalkan Abel sendirian di toko buku. Tanpa pusing - pusing gadis itu pulang naik apa, atau dengan siapa.

Arkan bisa tidak berperasaan juga kadang - kadang. Atau justru terlalu larut dalam kegiatan seru menurut-nya. Modusin Aura misalnya.

Sampai - sampai hari ini Abel tidak berangkat sekolah. Dengan bodoh-nya Arkan baru sadar, sesuatu yang salah terjadi kemarin.

"Maaf. Kalau aku nggak ninggalin kamu, kamu nggak akan demam kek gini."

Lagi, Abel hanya mengulas senyum tipis. Kesalahan cowok di depan-nya itu mendadak hilang saat ia datang dan meminta maaf.

Memang apa lagi yang Abel butuhkan selain Arkan datang, berada disisi-nya dan menemani-nya.

"Aku nggak papa. Udah mendingan, tadi udah minum obat kok. "

Andai suatu saat Arkan tahu. Sekeras apapun ia berjuang, Abel akan memperjuangkan-nya lebih keras lagi.

"Nonton yuk. Ke bioskop. " Arkan mengerutkan dahi. Sebenar-nya ia tidak menyetujui permintaan Abel. "Kamu masih sakit. Nanti aja kalau sudah sembuh. "

Abel menggeleng cepat. Cewek itu menyingkap selimut-nya. "Aku udah sembuh. Ayo! "

***

Sesuai janji Arkan ,ia akan menemani Abel nonton bioskop. Karena Abel terus saja merajuk , akhirnya ia menuruti kemauan cewek itu.

Abel, tersenyum lebar di sampingnya. Hanya seperti ini, Abel merasa punya hubungan spesial dengan Arkan.

Hanya seperti ini, sementara saja, rasanya mereka bisa nampak lebih dari seorang sahabat. Layak-nya sepasang kekasih yang sedang berkencan.

Untuk saat ini, bagi Abel, semua ini terasa cukup.

"Mau popcorn nggak Sam?" Tanya Abel. Gadis itu menampakkan wajah gembiranya. Tapi Arkan bengong.

Merasa fokus Arkan tidak pada-nya, Abel menggamit lengan Arkan, "Kamu ngelamunin apa sih Sam?" Tanya Abel. Wajahnya berubah kusut sekarang.

"Ha? Nggak papa kok. Kamu bilang apa tadi Bel?"tanya Arkan.

Abel mendengus keras - keras, "Aku nggak mau ya Sam, nonton kita kemarin - kemarin nggak jadi terus. Giliran jadi kamunya malah kayak gini. Aku kesel sama kamu." Ketus Abel.

Kini gadis itu berjalan mendahului Arkan yang mengekor dari belakang. Kekehan kecil meluncur dari mulut Arkan. Abel selalu begitu, manja.

"Oh. Abel ngambek nih ceritanya?" Goda Arkan. Abel tidak menyahut.

Ia malah diam berpikir. Kadang orang yang udah kita kenal lama bisa berubah jadi orang yang nggak kita kenal. Abel merasa, sejak Arkan mendeklarasikan bahwa dirinya menyukai Aura, Arkan lebih sering mengabaikannya. Abel merasa kehilangan, kalau Abel pergi, apa Arkan juga akan merasa begitu?

Dahi Abel berkerut, kok Arkan nggak ada suaranya?

Ia menoleh kebelakang, dan tidak mendapati Arkan berdiri di tempatnya tadi.

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now