DELAPAN BELAS(b)

1.1K 52 3
                                    


"Beneran lo jadi kencan berdua sama Aura? "

Mata elang Calvin menelisik Arkan. Siapa tahu Arkan sedang berhalusinasi.

"Iya. Ya Allah! Lo nggak percayaan amat sih sama gue. " seru Arkan tidak senang.

Bukannya Calvin tidak suka Arkan pergi berdua dengan Aura. Tapi ini tidak biasanya. Aneh saja kalau mereka tiba - tiba dekat dan Aura mau diajak pergi dengan mudah.

"Kok bisa gampang lo ngajak dia pergi? "

Arkan berhenti sesaat. Ia menoleh dan menatap, Calvin intens. "Gampang palalu. " yahh kirain.

Calvin tidak tahu saja, setiap malam Arkan mengirimi Aura pesan tapi tidak dibalas. Dia telfon juga di-reject ujung - ujung-nya.

Arkan melempar boneka pororo yang Arsyi ungsikan ke kamarnya dengan alasan dia sudah besar. Cowoknya juga nggak suka kalau kamarnya dipenuhi barang - barang seperti itu. Malahan sekarang kamar Arsyi berbau rock and roll dan penuh dengan speaker berisi lagu - lagu yang memekakkan telinga.

"La terus gimana dong? " tanya Calvin lagi.

"Gue kan, pantang menyerah. " Arkan memasang wajah super menjijikan menurut Calvin.

"Serah. "

Calvin ditelfon Arkan tadi sore. Dia masih ingat bagaimana berlebihannya suara Arkan saat menelfonnya tadi. Calvin tidak berbohong. Dengan suara panik Arkan menyuruh Calvin cepat datang untuk membantunya mengurusi kencan pertamanya dengan Aura.

"Emang lo bilang kalau lo ngajak kencan? "

Arkan menoleh, "Kagak. " Calvin mendengus.

"Gitu pede banget pas bilang mau kencan. " cibir Calvin yang langsung dihadiahi lemparan bantal dari Arkan.

"Biarin. Wlee. "

Kemudian mereka sibuk sendiri - sendiri. Calvin sibuk membalas pesan dari Rebecca, dan Arkan sibuk memilih baju yang akan dipakainya nanti.

"Eh! Gue pake baju apa ya? " tanya Arkan.

"Eh yang. Aku pake baju apa? " tanya Rebecca.

Calvin berjengkit kaget. Ucapan Arkan persis dengan Rebecca. Atau cewek - cewek lain yang bingung akan memakai baju apa saat pergi. Cowok itu bergidik.

"Ucapan lo kayak cewek gue njir. Gue kok merinding ya."

"Yang bener dong. Biasanya di film - film orang - orang kek gini kok kalau mau kencan. Pusing milih baju. Biar tampil maks. "

Calvin menselonjorkan kakinya di ranjang Arkan. "Alah! Kayak lo mau kencan aja. " seloroh Calvin.

"Biarin. Pokoknya menurut gue ini kencan. " kekeuh Arkan.

"Lagian muka lo juga, nggak cocok jadi bintang film. Cocok deng. Jadi satpam!"
Dia terkikik saat Arkan menghadiahi-nya dengan tatapan super kesal.

"Satpam yang jagain hati Aura ya? " selalu, apa - apa disangkut - pautkan dengan Aura. Dasar budak cinta.

"Serah elu. "

"Gue pake baju apa? " tanya Arkan ngotot. Calvin bingung sendiri jadinya. Jadi yang mau kencan siapa, yang disuruh pusing milih baju siapa.

Calvin jadi punya ide jahil, "Lo pake jas aja gimana, mau nggak? Biar ganteng. " sekali - sekali, Arkan itu mudah sekali dibodohi. Sesering yang ia bisa, kalau ada kesempatan, Calvin suka mengerjai teman-nya yang satu itu.

Pakai jas terlihat sangat formal. Kecuali bagi bintang Korea di drama - drama kesukaan cewek - cewek. Biasanya si cowok suka memakai setelah jas necis dan rambut ber-gel. Tapi itu bagi cowok super tajir. Kalau Arkan disandingkan dengan yang seperti itu, dia malah mirip gelandangan.

"Terlalu formal ah! " yah nggak jadi ngerjain.

Calvin jadi penasaran, Arkan sebenarnya mengajak Aura pergi ke tempat seperti apa.

"Emang lo mau pergi kemana? "

"Ke... Hatimuuu. " jawab Arkan asal.

"Ogah gue jeruk makan jeruk. " Calvin bergidik, melempar buku notes Arkan di tangannya. Calvin menjeblak lemari Arkan lebar - lebar, mengambil kaus abu - abu dan celana jeans. "Pake ini aja! "

Dan tatapan Arkan pada kedua benda itu membuat Calvin gemas sendiri. "Mau pake nggak? "

Arkan menimbang - nimbang. Jas terlalu formal. Kaus dan celana jeans tidak apa - apa, kok.

"Gue pilih kemeja!" Calvin menepuk jidat Arkan.

"Eh kok gitu? "

"Apa? "

"Kenapa lo tepok jidat gue?"

"Ya masak gue tepok jidat gue sendiri. Self injury dong. " jelas Calvin sok bijak.

"Iya juga ya. "

"Nahhh. "

Goblok dipelihara. Calvin membatin. Pantesan Aura nggak mau sama lo.

"Gue pilih kemeja aja deh. Ntar kalau Aura pake dress kan gue pake kemeja. Masak kencan pake kaos. Sekali - sekali lah, pake kemeja." ucap Arkan sambil mengeluarkan kemeja biru tua dari lemari bajunya. Dia mendorong Calvin yang berdiri tepat di depan kaca lemarinya. "Minggir. Gue mau ngaca. "

"Ngaca juga muka lo nggak berubah. Berubah paling juga jadi si pemakan pisang, " suara Calvin memelan di akhir kata.

"Gue ngaca biar tahu. " ucap Arkan. "Seberapa tambah gantengnya gue. " serunya percaya diri.

"Prett. " Kali ini Calvin mau muntah rasanya.

"Percaya sama gue. Aura nanti pake kaos. " ucap Calvin mantap. Dia bersedekap di depan Arkan.

Tidak ada alasan khusus. Hanya saja, firasat Calvin bilang begitu.

"Gue nggak percaya! Tahu ah, gue mau mandi." padahal, Arkan juga merasa akan begitu. Tapi Arkan tidak peduli. Ia ingin tampil keren di depan Aura kali ini. Karena baginya tidak ada lain kali.

An.

Up!

MAKASIH! Buat kalian yang setia dukung cerita aku dan ngasih vote.

Sesuatu tahu nggak ♥

Aku mungkin baru akan update hari minggu atau senin.

See ya...

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now