DUA PULUH TIGA

856 37 4
                                    

~Cobaan buat hidup kamu jadi warna - warni. Ini akan jadi kepingan seru dihidup kamu kalau kamu berhasil melewatinya dengan baik kelak. ~

****

Tidak ada yang terasa berat bagi Arkan. Justru akhir - akhir ini bahunya ringan sampai terasa mengambang. Perjuangannya mengejar Aura sudah membuahkan hasil, walau Arkan sendiri tidak tahu bagaimana tepatnya perasaan Aura pada Arkan saat ini. Itu tidak penting. Hanya Aura disisinya saja, sudah cukup baginya. Katakanlah Arkan egois. Namun menurutnya, cinta tak harus memiliki hanya kata - kata bohong yang terlanjur terlontar oleh orang penting hingga orang lain mengikutinya. Kenyataannya tidak lebih baik dari patah hati.

Namun kenyataan pahit harus ditelan Arkan. Hidupnya kembali ditimpa cobaan. Arsyi masuk rumah sakit malam itu. Dia dan mama bergantian menjaganya di rumah sakit. Karena papa harus bekerja ke luar kota. Meskipun mama agak tidak percaya bila Arkan bisa menjaga adiknya, namun mama tidak punya pilihan lain. Karena hanya dia dan Arkan yang bisa menjaganya saat ini.

Arkan mendesah lelah. Ia mengusap wajahnya lalu berdiri, hendak keluar. Hari ini Aura berulang tahun dan dia yang mengucapkannya pertama kali. Itu karena Arkan mengucapkannya kemarin malam. Saat mereka melihat kembang api bersama. Karena kalau tidak Arkan tidak sempat. Dia bertugas menjaga Arsyi hari ini dan besok. Juga Arkan tidak mau Aura melihat kondisinya seperti ini. Kantung mata dan mata panda yang mengerikan. Arkan tidak mau pacarnya khawatir.

"Hai! " Sapa perempuan di depannya sambil tersenyum riang. Arkan membalas senyuman itu lalu membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan Abel masuk.

"Cheesecake! " Serunya sambil mengangkat tentengan di tangannya tinggi - tinggi.

Abel menaruh cheesecake itu di meja samping ranjang Arsyi.

"Halo Arsyita, " bisik Abel tepat di samping telinga Arsyi.

"Kamu nggak sekolah hari ini? " Tanya Abel. Arkan menggeleng.

"Ada dispen buat latihan paskib. Tapi aku izin dari latihan. "

"Ohh..." balas Abel sambil menarik selimut Arsyi keatas.

"Aku bawain cheesecake dimakan tuh! Kamu harus makan teratur kalau nggak mau drop, " ujar Abel menasihati.

Arkan mengangguk dan mulai membuka kardus kue itu lalu memakannya.

"Kayaknya aku mau sakit deh, badanku pegel semua. " Abel menoleh, menatap Arkan yang menunjuk punggung belakangnya.

"Jangan sakit dong. Ahilah. Masa kamu sakit sih, nggak asik. "

"Kenapa? Kalau aku sakit nggak ada yang nyakitin kamu dong? " Goda Arkan sambil tertawa.

Ada jeda sejenak, mereka sama - sama diam. Satu sisi bibir Abel tertarik, "Kalau kamu sakit aku lebih sakit. Itu kan, yang kamu bilang dulu pas aku putus asa gara - gara adikku sakit? "

"Hm,"

"Kamu jangan sakit, " aku aja yang nanggung semua sakit ini. Sambung Abel dalam hati.

Arkan mengangguk patuh, "Iya nggak sakit. "

***

Arkan dan AuraWhere stories live. Discover now