Cepu

218 5 0
                                    

Yuan menghampiri saya dan membuat saya mengalihkan tatapan saya dari Diqie,

"Maaf ya dek. Diqie emang gitu orangnya. Padahal abang udah atur pertemuan ini biar shana bisa lebih dekat dengan Diqie, tapi liat sendiri, dia malah menghindar gitu aja."
Tampak tatapan Yuan kesal sekali dengan sikap teman satu angkatannya itu.

Saya terkejut mendengar pengakuan yuan. Saya pikir yuan mengatur pertemuan ini untuk memperkenalkan temannya yang lain kepada saya, yaitu si Warsid dan Arqie. Maklumlah, beberapa bulan belakangan ini Yuan getol sekali mencarikan laki-laki untuk dijodohkan dengan saya. Dia khawatir jika adik angkatnya ini akan jadi perawan tua jika terus menerus menutup hati dan menjadi jomblo seperti ini.

Dan ternyata, diluar dugaan saya, Yuan justru mengatur hal ini agar Diqie bisa 'lebih berani' kepada saya dan lebih dekat dengan saya. Tapi sepertinya rencana Yuan gagal total bahkan sebelum memulai. Orang yang mau dicomblangin malah kabur entah kemana.

Saya tersenyum menatap Yuan,
"Ga apa-apa kok bang. Saya sudah terbiasa kok dengan sikap dia yang cuek begitu." jawab saya menenangkan abang angkat saya.

Yuan ikut tersenyum,

"Ya udah. Ga usah terlalu dipikirin soal Diqie ya dek. Hari ini ditemenin kita bertiga aja ga apa-apa kan? Cukup ga dengan 3 laki-laki? Hahhaa.." Canda Yuan.

Saya ikut tertawa.
"Tenang bang. Saya wanita perkasa. Jangankan 3, 10 laki-laki aja bisa saya handle sekaligus! Lagian saya datang kesini karena memenuhi undangan abang kok. Tidak peduli siapa yang menemani saya, yang penting saya bisa ketemu abang saya yang ganteng ini." ujar saya menggombalinya.

Yuan tertawa keras.

Kami memang berbeda agama, tapi itu tidak menjadi penghalang bagi kami untuk bersilaturahmi dan menjalin hubungan baik. Bukankah kami bersaudara dalam kemanusiaan.

"Yaudah, kita keatas yuk. Mau makan dulu nggak? Masih ada 1 jam lagi." Tanya Yuan.

Saya menggeleng,
"Satu jam ga sempat buat makan bang. Kecuali abang mau makan buru-buru." Jawab saya

"Yaudah. Kita ngemil aja diatas ya. Ada resto kan di lantai 3? Biar ga terlalu jauh ke bioskop nya." Tawar Yuan lagi.

Kali ini saya mengangguk setuju. Yuan segera melangkah, dia sengaja melangkah lebih cepat dan berjalan berdampingan dengan warsid. Mereka 'terlihat' asik ngobrol berdua dan melupakan saya yang telah diajaknya.

Sementara saya 'terpaksa' harus berjalan bersisian dengan laki-laki yang akan menghipnotis saya untuk mengambil uang di ATM saya. Sepertinya Arqie memanfaatkan wajah tampannya itu untuk melakukan kejahatan.

Suasana menjadi canggung. Kami sama-sama menghindari kontak mata. Entah apa alasan dia, yang pasti alasan saya adalah, saya tidak mau terhipnotis oleh dia, resiko uang di ATM saya hilang itu jauh lebih mengerikan daripada apapun!

Kaki kami secara tidak sengaja melangkah ke eskalator bersamaan. Kami sekarang berdiri bersisian. Jarak kami sangat dekat. Saya menoleh ke arahnya dan dia menoleh ke arah saya. Mata kami kembali bertatapan. Lagi-lagi saya terhipnotis oleh pandangan matanya.

Dia melemparkan senyumannya seraya menatap wajah saya. Nafas saya tertahan melihat senyumnya. Wajahnya terlihat lebih tampan dari dekat. Rahangnya yang persegi menggambarkan kelaki-lakian wajahnya. Tatapan matanya tajam tapi menyiratkan kehangatan disana. Alis hitam lebatnya membuat tatapan mata itu semakin sempurna. Belum lagi lesung di pipi nya dan belahan di dagunya. Saya benar-benar tidak tahu bahwa Tuhan telah membuat ciptaan yang semengagumkan ini. Jantung saya kembali berdetak lebih cepat. Terlihat percikan-percikan api di bola matanya membuat saya semakin melihat jauh ke dalam irisnya untuk mencari tahu apakah saya tidak salah lihat karena saya tidak menggunakan kacamata dan tidak menggunakan soft lens.

ShanarqieWhere stories live. Discover now