Diqie

3.6K 162 2
                                    

Saya melihat jam yang ada di dinding kamar saya.

Pukul 3 sore.

Hari ini saya pulang lebih cepat dari biasanya karena hari ini adalah hari perpindahan stase. Jadwal hari ini hanya berpamitan di stase lama dan menghadap ke stase baru, Radiologi. Di stase baru hari ini kami hanya mendapatkan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus disiapkan. Kegiatan yang sebenarnya baru akan dimulai esok hari. Satu hal yang paling membahagiakan di stase baru ini adalah kami dapat tidur malam dengan nyenyak selama 4 minggu ke depan. Di stase ini tidak ada jadwal jaga malam. Bahkan jam kerja pun seperti manusia normal pada umumnya, jam 8 pagi hingga jam 3 sore.

Saya terlelap karena lelah setelah terjaga semalam suntuk. Kehadiran pasien yang cukup banyak tadi malam membuat saya tidak sempat tidur sekejap juga. Disisi lain, saya berterima kasih, dengan adanya 'serangan subuh' oleh pasien, membuat saya tidak sempat memikirkan kejadian antara saya dan Diqie.

Dering ponsel yang berada di sebelah telinga membangunkan saya. Tangan saya meraba-raba di sebelah telinga saya untuk mendapatkan ponsel yang entah sudah berdering untuk yang keberapa kali. Saya mengerang malas dan mengangkat panggilan itu dengan suara serak,

"Halo."

"Halo dek. Lagi tidur ya? Yaudah, nanti abang telfon lagi aja. Maaf ya udah ganggu istirahatnya." ujar suara di seberang sana. Pastilah Yuan yang saat ini sedang menelpon saya karena dia menyebut dirinya sendiri 'abang'.

"Oh.. gapapa bang.. ini udah terlanjur bangun kok.." ucap saya masih setengah sadar.

"Aduhh.. maaf ya, abang jadi gangguin shana istirahat."

"Ga ganggu kok bang, tadi emang niatnya ga mau tidur lama. Takut nanti malam malah ga bisa tidur kalo kelamaan tidur siang. Perintah bang?" Tanya saya.

"Ga ada dek. Abang cuma mau minta maaf untuk kejadian kemaren siang di rumah Warsid. Abang jadi ga enak sm Shana gara-gara kelakuan dua orang teman abang itu. Abang benar-benar minta maaf ya dek."

Saya tertawa pahit mendengar permintaan maaf nya,
"Hahaha, Mereka yang buat salah kok abang yang minta maaf? Kenapa jadi abang yang ngerasa ga enak padahal abang ga buat salah."

Yuan terdengar menghembuskan nafas panjang,
"Karena abang yang kenalin Arqie ke Shana. Dan abang juga yang 'masih' berusaha 'nyomblangin' Shana sama Diqie. Andai semua ga abang lakukan, kejadian kemaren ga bakalan ada." jawab nya merasa bersalah.

"Yaudahlah bang.. Yang sudah terjadi ya sudah terjadi.. Abang ga perlu merasa ga enak dengan kesalahan yang diperbuat oleh orang lain. Lagian mereka juga sudah minta maaf ke saya langsung kok. Jadi abang ga perlu merasa bersalah lagi, apalagi sampe ngerasa ga enak sama adek sendiri." terang saya.

"Mereka minta maaf langsung? Atau Lewat telpon? Atau lewat sms?" Tanya Yuan bingung.

Saya ikut menghela nafas panjang, mungkin ini saat yang tepat untuk 'curhat' masalah Diqie,
"Iya bang. Minta maaf langsung. Face to face. Mereka datang ke IGD pas saya lagi jaga semalam."

"Hah? Diqie? Atau Arqie? Pasti mereka dapat info dari Warsid kalo shana bakalan Jaga IGD tadi mlm. Mereka gangguin Shana ya?" Tanya Yuan khawatir.

"Lumayan mengganggu sih bang, hehehe. Soalnya dua-duanya datang di waktu yang beruntun. Arqie dan Diqie. Mereka sengaja nungguin sampe saya agak senggang. Arqie duluan sih yang datang, dan ketika Arqie pulang, Diqie masuk. Diqie sempat melihat Arqie keluar dari IGD, tapi saya ga tahu apakah Arqie juga sempat melihat Diqie masuk ke IGD."

"Trus? Mereka bilang apa?" Lanjut Yuan menyelidik

"Hmmm.. Arqie sih cuma minta maaf dan menjelaskan kalo laki-laki yang dimaksud Diqie itu bukan dia. Sementara Diqie.." ucapan saya terputus. Tenggorokan saya tercekat. Hati saya terasa perih mengingat kembali kejadian semalam.

ShanarqieWhere stories live. Discover now