My destiny

3.1K 163 10
                                    

Sy siaran dengan sangat tidak tenang. Sy gelisah sekali. Mondar mandir di dalam studio. Memikirkan apa yg sedang terjadi di rmh saat ini. Apa yg akan dikatakan Arqie kepada papa? Apa yg akan dikatakan papa pada Arqie? Sy tidak bs fokus dengan siaran sy, padahal bahan siaran sudah sy siapkan dr malam hari nya. 

Thank's God itu adalah sesi Request, sehingga sy bs memutar banyak lagu tanpa harus banyak menyapa pendengar. Sy tidak memberikan tips-tips seperti biasa. Sy hanya membacakan salam-salam yg dikirim oleh penggemar. Sy terus menatap jam. Lama sekali waktu berjalan. Ingin rasanya segera pukul 3 sore dan mengakhiri siaran. 

Sy melihat ponsel sy berkali-kali. Tidak ada kabar. Bahkan sekedar pemberitahuan
"Sy sudah sampai di rumah kamu" atau "sy sudah bertemu dengan papa kamu" pun tidak ada. 

Ponsel sy kosong. 

Tidak ada notifikasi sama sekali. Sy semakin cemas. Jam baru menunjukkan pukul 2 siang. Sy menggaruk-garuk kepala sy, mengacak-ngacak rambut, sudah seperti orang gila. Hanya duduk menunggu tanpa bs melakukan apa-apa. Sy ingin menelpon Arqie tapi sy takut mengacaukan konsentrasinya. Sy memutar musik dengan volume yg besar di dalam ruang studio. Ikut bernyanyi untuk menghilangkan rasa tertekan sy. Kadang jika musik yg diputar sedikit upbeat, sy ikut berjoget tidak tentu arah. Syukurlah tidak ada CCTV di ruang siaran. Kalau tidak, sy pasti sudah dikirim ke rs jiwa.

Tik tok tik tok. Jarum jam lama sekali bergerak ke pukul 03.00 sore. Sy mengambil tumpukan majalah dan mempersiapkan bahan siaran sy untuk seminggu ke depan agar perhatian sy teralih dengan apa yg terjadi di rmh. Dan akhirnya jam menunjukkan pukul 2.55 menit, waktunya sy closing dan menyiapkan beberapa lagu penutup. Untungnya rekan sy kali ini tidak terlambat sehingga sy bs bergegas merapikan tas sy dan meninggalkan studio. Sy menuruni anak tangga dengan cukup hati-hati, mengingat kaki sy belum pulih sepenuhnya dari insiden kmrn. Sy tidak mau terluka di tempat yg sama. Jelas akan mempersulit penyembuhan.

Sy tertegun ketika tiba di parkiran.

Arqie sudah berdiri bersandar di depan mobil sy. Sy tidak melihat mobilnya disana. Kepalanya tertunduk. Tampangnya kusut sekali. Wajahnya tampak sangat tidak bersemangat.

Sy menelan ludah melihat penampilannya yg sangat kacau. Sy menatapnya khawatir.

Sy mendekati Arqie dengan berjalan sangat perlahan hingga sy tepat persis berada di depannya.

Arqie mengangkat kepalanya. Pupil matanya membesar. Dia sepertinya baru menyadari kehadiran sy.

Arqie lalu tersenyum melihat wajah sy
"Kamu sudah selesai siaran?" Tanyanya.

Sy mengangguk.

Arqie sepertinya benar-benar sedang kehilangan konsentrasinya.

Arqie lalu mengambil tangan sy dan menarik ke arahnya. Dia memeluk sy erat sambil berkata

"Maukah kamu menemani sy sore ini?" Tanyanya lemas.

Sy diam sejenak untuk berpikir apakah sy punya keperluan lain sore ini? Sepertinya sy tidak punya janji apa-apa.

Sy mengangguk menyetujui permintaannya

Sy belum berani bertanya banyak padanya. Dari sinyal tubuhnya saja sy sudah tahu bahwa hasilnya tidak seperti yg diharapkan. Sy tidak pernah melihatnya selesu ini. Bahkan menegakkan tulang punggungnya saja sepertinya dia tidak sanggup.

Sy bertanya padanya
"Kamu mau kemana? Biar sy yg bawa mobil" tawar sy

Arqie menggeleng menolak tawaran sy. Dia melepaskan pelukannya. Arqie menatap mata sy dengan sayu
"Kaki kamu masih sakit. Biar sy saja yg bawa mobilnya. Sy hanya ingin menghabiskan sore bersama kamu. Terserah kamu mau kemana" jawabnya

ShanarqieWhere stories live. Discover now