Kutub Selatan

3.3K 150 8
                                    

Saya masih duduk di ruang tamu setelah membaca suratnya yg ke 4. Saya belum sanggup untuk mencari suratnya yg ke 5. Entah apalagi yg akan dia katakan di surat itu. Entah seberapa banyak lagi tangisan Saya yg akan tumpah setelah membaca tulisan di surat selanjutnya. Kaki Saya masih lemah. Tangan Saya gemetar. Atau mungkin lebih baik Saya tidak usah mencari surat itu? Hati Saya sdh tidak mampu lg untuk membaca nya. Dada ini sudah terasa terlalu sesak untuk semua penyesalan yg selalu datang di akhir. Bagaimana Diqie dan Arqie bs memberikan seluruh cintanya dengan tulus tanpa mengetahui perasaan Saya? Mereka memberikan segalanya dengan senyumannya. Bahkan jikapun Saya tidak mencintai mereka, Saya akan dengan senang hati menerimanya. Perempuan mana yg bs menolak perhatian mereka yang begitu hangat dan lembut? Bahkan dari semua laki-laki yang Saya kenal, tidak ada yg 'setulus' mereka.

Apa yg harus Saya katakan kepada hati Saya ketika 'trauma' Saya selalu menang melawan hati yang mencintai, baik kepada Diqie, maupun kepada Arqie.

Saya gagal melihat ketulusan cinta yg Diqie berikan selama 3 tahun ini. Dan skrg, Saya gagal juga melihat ketulusan cinta yg Arqie berikan.

Seluruh kenangan bersama Diqie melintas di kepala Saya. Tidak mudah untuk mengenyahkan Diqie dari benak Saya. Buktinya selama 3 tahun, Diqie lah yg menguasai hati Saya hingga tak ada satupun dari 23 laki-laki yang datang 'melamar', 'ingin' Saya terima. Diqie menang mutlak atas mereka. Jika saja tidak ada pesan terakhir dari ibunda Diqie, mungkin saat ini Saya sudah memberikan kisi-kisi kepada Diqie, tips dan trick agar lamarannya diterima oleh orang tua Saya.

Tapi Arqie, kebersamaan dengannya selama 1 bulan bahkan bisa menghapus seluruh nostalgia tentang Diqie 3 tahun belakangan ini. He is the best of the best. Saya berani bertaruh, jika Saya kehilangan Arqie, maka Saya tidak akan lagi menemukan laki-laki se 'perfect' dia.

Kenangan Saya saat ini hanya dipenuhi oleh Arqie. Ketika Arqie duduk di sebelah Saya di bioskop. Ketika wajahnya tersipu menggeleng saat ditanya oleh temannya apakah kami berpacaran. Entah apa yg membuatnya tersipu saat itu, padahal dia begitu Gagah tapi tiba-tiba dia berubah menjadi pemalu saat ditanya pertanyaan itu.

Ketika dinner, dia akan selalu memberikan bagian terenak dari makanan yg dipesannya ke piring Saya. Dia bahkan memberikan kulit ayam KFC favoritnya kepada Saya karena dia tau Saya jg menyukainya.

Dia akan menyuapkan makanan ke dalam mulut Saya ketika tangan Saya terlalu sibuk dengan laptop yg Saya ketik untuk paparan kasus besok di kampus Saya. Ahh, iya, kalau Saya ingat-ingat, hanya ada 3 laki-laki yg pernah menyuapi Saya seumur hidup Saya, papa, Diqie dan Arqie

Menakjubkan. Dalam waktu kurang dari 1 bulan, Arqie mengetahui segala sesuatu tentang Saya. Arqie bahkan menyingkirkan semua alpukat dr sushi yg Saya pesan karena dia tau bahwa Saya alergi alpukat.

Dan dia lebih memilih bermandikan keringat daripada harus menyetel suhu mobil dengan sangat dingin, karena Saya akan sesak nafas jika suhu ruangan terlalu dingin.

Dia akan meminum kopi yg Saya pesan karena dia tidak ingin insomnia Saya bertambah parah.

Dia akan mengirimkan email berupa tugas jurnal ilmiah bahasa inggris yg harus Saya baca dengan bahasa yg sudah dia terjemahkan ke bahasa indonesia di sela-sela waktu luangnya yg bahkan Saya sendiri si pemilik jurnal tidak sempat melakukannya.

Dia mengisi tas Saya dengan berbagai macam cemilan. "Jaga2 kalo kamu ga smpt makan, biar ga sakit" ujarnya cemas.

Aahhh, Saya terlalu buruk untuk diperhatikan sedemikian rupa. Dengan sejuta hal manis lainnya yg dia lakukan, Saya benar2 berterima kasih kepada nya. Saya beruntung sekali telah diperlakukan dengan sangat baik oleh dirinya. Dan belum ada satu orang pun yg pernah melakukan hal itu untuk Saya sebelum dia, tidak juga Diqie.

ShanarqieWhere stories live. Discover now