Takdir

3.2K 148 9
                                    

Saya membatalkan niat untuk mengirim sms padanya. Setelah berulang kali Saya pikir, Saya tetap tidak bs melakukannya. Trauma akan Nata masih membayang di pelupuk mata Saya. Memang tidak adil menyamakan Arqie dengan Nata, bahkan hal itu juga tidak adil untuk diri Saya sendiri.

Logika dan perasaan Saya berperang habis2an di dalam sanubari Saya. Terkadang, ketika Logika Saya yg menang, Saya akan dengan gagahnya berkata, siapa yg butuh laki-laki? Toh selama ini hidup Saya sangat baik-baik saja tanpa laki-laki. Daripada trauma Saya harus kambuh gara-gara menjalin hubungan dengan seorang makhluk yang berjenis kelamin pria, lebih baik Saya tetap sendiri. Lagipula, jika Saya harus menghabiskan hidup bersama seorang laki-laki, Saya akan memilih seseorang yg akan memperjuangkan Saya hingga titik darah penghabisan. Tidak peduli walaupun di usir ribuan kali, dia akan memiliki sejuta alasan untuk tetap berada di sisi Saya. Bukan laki-laki yg pergi hanya dengan alasan receh begitu.

I will never beg a Love from the man. Kalo pun akhirnya dia memilih tinggal setelah Saya memohon-mohon, lantas apa? apakah itu yg Saya mau? No... I don't want it. A real man will stay no matter what. Laki-laki sejati tidak akan meninggalkan wanita yg dicintainya apapun yg terjadi. Sesulit apapun keadaannya. Dia akan tetap tinggal dan melindungi hati Saya dan hatinya.

Saya harus mengakui bahwa pintu hati Saya sempat sedikit terbuka olehnya. Arqie mampu membuka pintu yang bahkan tidak mampu dibuka oleh Diqie selama 3 tahun ini. He is such a real man in a real life! He got a brain, he got a touch, he got a look, tp itu saja tidak cukup. That won't keep me warm on the long, cold, lonely night.

Saya segera menutup pintu hati Saya sebelum terlanjur terbuka lebar. Karena pintu itu hanya boleh dibuka oleh laki-laki yg berani untuk melamar Saya dan disetujui oleh orang tua Saya.

Entah mengapa, rasa kecewa pada Arqie menyeruak di dlm hati. I thought he is the one who will fight for my honour. I thought he will fight for our love. I thought he is the hero that i am dreaming of. Ternyata dia sm saja dgn yg lain. Hanya karena digertak 'sedikit' begitu saja, dia pergi.

Ya, sedikit. Karena Saya bukan mencari 'pacar'. Saya sedang mencari 'suami' yg bs menghadapi 'banyak' masalah di dalam rumah tangga nantinya. Jika dengan yg 'sedikit' ini saja dia memutuskan untuk pergi, apalagi nanti setelah menikah. Well, i don't need him.

Hal ini yg membuat Saya kecewa. Sebenarnya dia adalah laki-laki yg ideal untuk menjadi suami Saya. Tapi tetap saja se ideal apapun kalo dia tidak mau memperjuangkan Saya, untuk apa?

Tp terkadang ketika hati Saya yg menang, Saya akan menangis sejadi-jadinya karena menyesal. Ini bukan soal memohon. Ini soal 'rasa' yg seumur hidup tidak pernah Saya rasakan. Ketika dengan Diqie, Saya baru bisa merasakannya ketika dia pergi. Saya tidak mau hal yg sama terulang pada Arqie. Saya hanya perlu mengatakan perasaan Saya yg sebenarnya pada dirinya. Just one simple sentence. "I Love You" dan Saya yakin dia akan kembali memperjuangkan Saya, no matter what. Dia hanya butuh sedikit bantuan kecil dari Saya.

I just want to feel love run through my blood this time. Itu saja.

Saya juga ingin mencoba merasakan menjalin sebuah hubungan yang benar-benar berlandaskan cinta, bukan keterpaksaan seperti yg dilakukan Nata. Saya ingin terbebas dari trauma Saya akan belenggu masa lalu. Saya juga berhak merasa dicintai dan mencintai tanpa ketakutan dengan bayang-bayang masa lalu. Baik dari Nata ataupun dari mantan pacar Arqie.

Mengapa Saya tidak mencoba menjalin hubungan dengan Arqie?

Untuk sesaat, hati Saya menguasai pikiran Saya. Saya terhanyut dalam sentuhan cinta Arqie. Saya sudah terpesona oleh kehangatannya dan ketampanannya. Saya yakin seluruh perempuan di negeri ini pun rela memberikan cinta pada laki-laki seperti dirinya.

ShanarqieWhere stories live. Discover now