He's back!

3.9K 171 4
                                    

Dua puluh hari telah berlalu dari tanggal 1, the foolest day ever in my life. Saya kehilangan Arqie dan juga kehilangan Diqie. Arqie akan segera menikah dan Diqie telah bertugas di perbatasan. Bedanya, Diqie telah benar-benar menghilang dari hidup Saya.

Mungkin Diqie sempat menekan nomor Saya di tuts hp nya, atau dia mungkin pernah mencoba mengirimkan pesan singkat melalui aplikasi chat, tapi ketiadaan sinyal di perbatasan sana selalu berhasil menggagalkan niatnya menghubungi Saya. Itulah salah satu sebabnya dia meminta mutasi ke daerah perbatasan. Sementara Arqie, walaupun undangan pernikahannya telah disebar, dia masih saja intense menghubungi Saya. Entah lewat chat ataupun lewat telpon. Dia tidak henti-henti nya menghubungi Saya.

Pernah Saya membalas chat nya suatu hari yang mengingatkan Saya untuk makan

"Please, stop it!" Kirim Saya

Tapi dia membalas kembali

"Maaf kalo mengganggu kesibukan kamu. Ga usah di balas juga gapapa, kamu baca aja sudah cukup, dan jgn lupa, malam minggu datang ya".

Saya merasa gerah sekali dengan semua chat-chat nya.

Telponnya bisa Saya abaikan bahkan Saya reject. Tapi chatnya, tidak mungkin untuk tidak membacanya. Sempat terpikir untuk memblokir nomornya agar tidak bisa lagi menghubungi Saya, tapi Saya memandangnya sebagai teman Yuan maka hal itu tidak Saya lakukan walaupun sebenarnya Saya sangat cemas, jangan sampai pernikahannya gagal kemudian semua orang menyalahkan Saya. No.. Saya tidak mau di cap sebagai Pe'ca'lakor, perebut calon laki orang.

Akhirnya Saya memutuskan membalas sms nya untuk yang terakhir kali

"Dear my friend, I'm so glad that You will get married this friday. But, do you think it's okay to treat another woman like this? Apa menurut kamu masih sopan bersikap seperti itu pada wanita lain sementara calon istri kamu menunggu dengan penuh harap calon suaminya hanya bersikap manis pada dia seorang? Walaupun kita memang berteman, tapi ada batasan-batasan ketika kamu memutuskan untuk menikah dengan seseorang. Dan jelas sangat berbeda saat kamu masih single dan belum punya pasangan dulu. Please, be a man! Kasian sama calon istri kamu. Kamu bukannya beryukur dapat yang sempurna, malah menyia-nyiakannya. So stop it from now. Berhentilah memberi perhatian pada Saya dan berhentilah bersikap manis pada wanita lain selain calon istri kamu. Berikanlah perhatian kamu hanya untuk calon istri kamu saja, Okey?" Setelah Saya mengirim sms demikian, dia tidak pernah lagi menghubungi Saya. Baik lewat telvon ataupun sms. Saya lega. Setidaknya Saya tidak jadi merusak pernikahan orang lain.

Sabtu sore pun akhirnya datang juga, hari yang membuat Saya galau setengah mati setiap hari. Bingung harus pergi dengan siapa, harus bersikap bagaimana di acara itu nanti. Diqie sudah tidak ada. Arqie pasti diatas pelaminan. Nata? Bagaimana jika Saya bertemu dia? Satu-satunya hanya Yuan harapan Saya. Saya kembali menguatkan diri untuk menghadapi malam ini.

Untungnya, kuliah Saya sudah beres dari jam 1 pada hari itu. Saya bisa berdandan dan bersiap-siap lebih cepat untuk acara mlm ini. Toh, Saya harus menyiapkan mental dan penampilan Saya dengan baik, bukan hanya karena Saya harus menghadiri acara di hotel mewah, tapi juga Saya harus berhadapan langsung dengan Nata dan Arqie hari ini.

Jam 5 Saya sudah siap dengan dandanan puoll ala bintang hollywood, Femme fatale. Dandanan Saya hari ini harus memukau. Minimal Saya bisa berjalan dengan bangga di ballroom itu walaupun tanpa pendamping.

Pedang pora dimulai jam 7, 2 jam sebelum acara Saya sudah siap untuk berangkat. Tidak apa. Daripada terlambat. Pasti macet dan susah cari tempat parkir. Saya harus pergi lebih awal. Saya bisa nongkrong di mall sebelah ballroom resepsi dulu, baru kemudian akan melipir kesana sekitar jam 8. Mumpung Saya juga sedang tidak sholat maghrib.

ShanarqieWhere stories live. Discover now